Jumat, 27 Desember 2013

Kebenaran dan Kesesatan

Merambah dunia dan akherat (Kebenaran VS Kesesatan) Sudah menjadi suratan Ilahi bahwa ada kebenaran, ada kesesatan. Ada pembawa kebenaran, ada pembawa kesesatan. Ada pendukung kebenaran dan ada pendukung kesesatan. Kedua-duanya selalu bertolak belakang. Dalam kasus awal, iblis yang sudah divonis sebagai Rajanya kesesatan karena tidak mau tunduk kepada perintah Yang Maha Pencipta swt sebagai Sumber kebenaran, sudah memproklamirkan diri untuk menghalangi manusia dari jalan kebenaran bahkan akan dijadikannya sebagai budak-budaknya, dalam surat Al-A’raf ayat 16-17 :”Karena Engkau sudah telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan Mu yang lurus, kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau akan mendapati mereka bersyukur” Dengan demikian pembawa kesesatan akan selalu bersifat agresif untuk mengalihkan keimanan manusia menuju kesesatan dalam hidupnya. Dari satu sisi sekenario akan kehadiran Iblis/syetan adalah sebagai ujian bagi orang-orang yang berada dalam kebenaran, pembawa dan pendukung kebenaran akan keimanan yang mereka anut dalam perjalanan hidup mereka. Sehingga ketika secara komunitas kebenaran keimanannya sudah mulai luntur, Allah swt akan me-charger mereka dengan mengutus Rasul dan Nabi yang baru. Sehingga dalam sejarah selalu dikatakan bahwa setiap Rasul sebagai pembawa kebenaran akan selalu mempunyai musuh. Muhammad, sebagai Rasulullah saw merupakan Rasul yang terakhir yang diutus oleh Allah swt dalam kehidupan manusia. Dalam periode dakwah dan kehidupan yang relatif singkat dibandingkan dengan Rasul-Rasul sebelumnya, Muhammad Rasulullah saw telah berhasil meletakkan dasar-dasar keimanan dan miniatur kehidupan Islam sebagai kebenaran dalam kehidupan di dunia ini untuk menjadi anutan bagi manusia generasi berikutnya hingga akhir zaman. Keberhasilan ini bukanlah sesuatu yang didapat dengan mudah, karena peran iblis/syeitan pun bergerak sungguh luar biasa dalam membendung kebenaran tersebut. Mereka pun berupaya hingga berdarah-darah dalam membendung Islam ini, baik dari luar Islam maupun dari dalam Islam itu sendiri. Sehingga ada diistilahkan dengan kaum kafir dan kaum munafiq. Pencapaian adanya kaum munafiq merupakan prestasi tersendiri dari iblis/syeitan, karena proses menghalang-halangi keimanan manusia dimulai dari dalam kaum sendiri. Allah berfirman dalam Al-Quran, “Dan diantara manusia ada berkata, “ Kami beriman kepada Allah dan hari akhir, padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.” Di ayat lain dikatakan, “Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, “kami telah beriman.” Tetapi apabila mereka kembali kepada syeitan-syeitan (para pemimpin) mereka, mereka berkata , “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok.” Tipu daya mereka untuk membelokkan ajaran Allah swt sungguh luar biasa . Namun Rasulullah saw sudah mewasiatkan kepada umatnya untuk memegang Al-Quran dan Sunnahnya , dan menjadikannya imam dalam kehidupan sehari-hari. Sepeninggal Rasulullah saw, perjuangannya menegakkan kebenaran dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin. Seperti disabdakan oleh beliau saw, “ikutilah Sunnahku dan sunnah khulafaur Rasyidin”. Hanya boleh jadi iblis/syeitan, agak berbangga hati karena para khulafaur rasyidin adalah manusia biasa ditambah lagi dengan semakin banyak orang yang memeluk Islam dan semakin luas daerah kekuasan Islam. Tetapi janji Allah swt tetap berlaku bagi orang-orang yang beriman dan tetap dalam keimanannya akan memdapatkan kebahagian di akherat kelak. Zaman Abu Bakar dan Umar bin khaththab ra. dilewati dengan letupan-letupan kecil (dibandingkan dengan kejadian-kejadian berikutnya) yang mampu diatasi. Zaman Ustman bin Affan ra terjadilah apa yang dinamakan fitnah hingga kematian menjemputnya seperti yang sudah disampaikan oleh Rasulullah saw, “Sesungguhnya kalian akan menemui fitnah dan perselisihan –atau (kalau tidak salah) beliau bersabda, ‘perselisihan dan fitnah’- setelahku nanti. Seseorang bertanya, “Siapa yang harus kami ikuti ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ikutilah al-Amin (yang terpercaya) ini dan para sahabatnya (yang berada di pihaknya). Sambil beliau menunjuk kepada Ustman.” Di hadist lain dikatakan bahwa “Orang yang menutupi wajahnya ini, akan terbunuh secara zhalim waktu itu’ Lalu aku melihat orang tersebut, ternyata ia adalah Ustman bin Affan ra.” Dimulai dari Kejadian zaman Ustman bin affan ra inilah rentetan kejadian-kejadian besar berikutnya terjadi, termasuk pada zaman khalifah berikutnya yaitu Ali bin Abi Thalib ra. Mulai dari tuntutan akan kematian Ustman bin Affan ra, hingga munculnya golongan-golongan dalam Islam. Upaya iblis/syeitan dengan pasukannya sungguh luar biasa hebatnya. Dengan mengadu domba kaum muslimin dari dalam sehingga kaum muslimin dalam bentuk berkelompok-kelompok dan berselisih. Sampai Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ra berkhutbah, “Sesungguhnya Allah telah memuliakan kita dengan Islam dan mengangkat derajat kita dengannya. Dan Allah telah menjadikan kita bersaudara setelah kita hina, minoritas, saling membenci dan saling menjauhi. Umat manusia mempertahankan hal itu sampai waktu yang dikehendaki Allah. Islam adalah agama mereka. Kebenaran tegak di antara mereka. Kitabullah adalah imam mereka. Hingga lelaki ini (yakni Ustman bin Affan ra) terbunuh di tangan orang-orang yang disesatkan oleh syeitan untuk menghembuskan api permusuhan di tengah umat ini. Kita berlindung dari keburukan yang terjadi. Dan hal itu pasti terjadi. Ketahui, umat ini akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Golongan yang paling buruk adalah golongan yang menisbatkan diri kepadaku, namun tidak mengikuti amal perbuatanku. Kalian telah menemukan dan melihat sendiri. Komitmenlah di atas agamamu dan ikutilah petunjuk Nabimu. Ikutilah sunnah beliau saw. Tinggalkanlah masalah-masalah sulit atas kalian, hingga kalian mendapatkan solusinya pada Kitabullah. Ambilah perkara-perkara yang diakui Al-Quran, sedangkan perkara-perkara yang ditolak maka tolaklah. Ridhoilah Allah sebagai Rab kalian, Islam sebagai agama kalian, Muhammad sebagai nabi kalian dan Al-Quran sebagai hakim dan imam kalian.” Namun apa daya, setelah melewati masa-masa yang sulit, Ali bin Abi Thalib ra pun terbunuh ditangan pengikut iblis/syeitan. Bisikan-bisikan syeitan akan selalu mengganggu hati kita, mengganggu keimanan kita, hingga kita keluar dari jalan kebenaran. Berbagai cara mereka tempuh untuk meruntuhkan Kebenaran Islam. Semoga kita tetap istiqomah dalam kebenaran dan diberi kekuatan oleh Allah swt menolak kesesatan yang akan meruntuh keimanan diri kita maupun Islam secara keseluruhan. “Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa” (Al-An’am ayat 153) Wallahu a’lam