Senin, 25 Agustus 2014

Laknatullah untuk para Sahabat Rasulullah saw? (Muawiyah ra)

Sebagai orang yang berkeyakinan bahwa para sahabat Nabi saw adalah orang-orang yang terbaik yang mendampingi Beliau saw dalam perjuangannya menegakan kalimat Tauhid, Tiada Ilah atau Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah, tentu akan sangat sedih dongkol dan marah kepada orang-orang yang mencaci maki, mencap sudah murtad hingga melaknati mereka dengan laknatullah. Benar mereka bukan orang-orang suci (maksum) yang lepas dari kesalahan dan dosa, tetapi mereka lah yang dengan ikhlas mengorbankan diri, harta dan keluarganya untuk kemenangan Islam. Apalagi memang dari sabdanya sendiri Rasulullah saw ada beberapa sahabat yang sudah dijamin masuk syurga.

Namun begitu, orang-orang yang hatinya kotor tetap saja tidak menerima akan kenyataan seperti itu. Apalagi hal itu dihubungkan dengan masalah kepemimpinan setelah Rasulullah saw wafat. Mereka, yang biasa disebut kaum Syiah, bahwa para sahabat sudah merampok kepemimpinan yang seharusnya menjadi hak idola mereka yaitu Ali bin Abi Thalib ra beserta keturunannya. Mereka dengan mudah menyandingkan beberapa sahabat dengan kata laknatullah di belakang nama mereka, hingga istri Rasulullah saw pun yang sangat dicintainya, Aisyah ra, dicaci maki oleh mereka.

Hanya perlu para pemirsa mengerti bahwa kalau ada orang khususnya kaum dari agama syiah yang mensandingkan sahabat dengan laknat Allah, bahwa Allah yang dimaksud oleh mereka bukan Allah swt yang kita orang Islam yakini. Ulama besar agama syiah, Nikmatullah al-Jazaairi mengatakan, "Sesungguhnya kami (syiah) tidak berkumpul bersama mereka pada satu tuhan, tidak juga pada satu nabi, dan tidak pada satu imam. Hal ini dikarenakan mereka berkata : bahwa Rabb mereka-lah yang Muhammad adalah nabi-Nya dan khalifah setelahnya adalah Abu Bakar. Dan kita tidak mengakui Rabb yang seperti ini, dan juga nabi yang seperti ini. Sesungguhnya Rabb yang khalifah nabi-Nya adalah Abu Bakar, bukan Rabb kami, nabi tersebut juga bukan nabi kami" (Al-Anwar an Nu'maaniyah 2/278 dalam Abidin).

Khusus kasus Muawiyah ra bagi umat Islam, (1) Bagaimana cucu Rasulullah saw sendiri, Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra (yang orang agama syiah menjadikannya imam ke-2) menyerahkan masalah kepemimpinan umat Islam kepada Muawiyyah ra, pertanyaannya Bagaimana mungkin Al-Hasan ra yang merupakan penghulu pemuda di Syurga menyerahkan kepemimpinan ke orang yang dilaknati Allah. Tidak mungkin toh!? (jadi itu mah karangan agama syiah saja)

(2) Apa yang dilakukan oleh Al-Hasan ra adalah seperti apa yang disampaikan sendiri oleh Rasulullah saw ketika beliau saw masih hidup, sebagai mukjizat kenabian yang dimiliki oleh Rasulullah saw, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya cucuku ini adalah sayyid (pemimpin). Allah akan mendamaikan dua kelompok besar kaum muslimin melalui tangannya” (HR Bukhari). Dari hadist ini jelas bahwa dua kelompok besar itu adalah kaum Muslimin (kelompok Muawiyah rad an kelompok Ali ra) dan yang mendamaikan adalah Allah swt sendiri. Bagaimana mungkin Allah swt mendamaikan dua kelompok dimana salah satunya dilaknati! Tidak mungkin toh?! (jadi itu mah karangan agama syiah saja!)

(3) Imam Jafar shodiq rohimakumullah (yang oleh agama syiah dijadikan imam ke-6) menjawab ketika ditanya mengenai Muawiyyah ra, beliau hanya menjawab, "Aku menjawab sebagaimana yang Allah swt berfirman :"Pengetahuan tentang itu ada di sisi Rabbku, di dalam sebuah kitab. Rabb kami tidak salah dan tidak (pula) lupa” (thaha, 52). Bagaimana mungkin imam yang diklaim syiah yang lebih hebat dari nabi, yang tahu akan kejadian sebelum dan sesudah, tetapi tidak mau terbuka dan malah membuat bingung kaum syiahnya. Tidak mungkin toh?! (jadi itu mah karangan agama syiah saja!

(4) Memang benar bahwa Muawiyyah memegang tampuk kepemimpinan terutama menjadi gubernur Syam ketika ditunjuk oleh Umar bin Al-Khathab rad an diteruskan ketika Ustman bin Affan ra menjadi khalifah. Kita sebagai kaum Muslimin tentu meyakini bahwa Umar dan Ustman ra adalah sahabat-sahabat yang dijamin masuk surga, tentu tidak mungkin lah memilih pemimpin yang dilaknat oleh Allah swt. Mereka berdua tentu tidak akan sembarangan memilihnya menjadi gubernur kalau tidak mempunyai kemampuan, begitu pula kenapa Hasan bin Ali ra menyerahkan kepemimpinannya kepada Muawiyyah ra. Dan itu terbukti ketika memimpin setelah era kekhalifahan bertahan hingga waktu yang cukup lama. Islam pun lebih berkembang hingga tembus ke konstantinopel karena nya.

Sebenarnya masih banyak lagi keutamaan yang bisa kita tampilkan. Namun bagaimana pun Muawiyyah ra adalah seorang manusia juga, kalau ada kesalahan-kesalahan yang pernah beliau lakukan (seperti yang dituduhkan oleh orang yang beragama syiah) kita sebagai yang berkeyakinan Islam kita kembalikan kepada Allah swt. (seperti yang dilakukan oleh Imam Ja’far shodiq yang diakui sebagai imam ke-6 agama syiah!). wallahu a’lam

=====

Pendapat Para Sahabat tentang Muawiyah ra.

1. Amirul Mukninin Umar bin Al-Khathab ra : "Kalian menyebut-nyebut kecerdikan Kisra Persia dan Kaisar Romawi, padahal kalian mempunyai Muawiyah.
2. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ra : "Jangan membenci kepemimpinan Muawiyah, demi Allah, bila kalian kehilangan dia niscaya kalian melihat kepala-kepala terjatuh dari leher seperti buah Hanzhal"
3. Abdullah bin Umar ra : "Aku tidak melihat seseorang yang lebih tinggi kepemimpinannya daripada Muawiyah." Seseorang berkata kepada Abdullah, "Bagaimana dengan Umar?" Beliau menjawab, "Umar lebih baik darinya, tetapi dia lebih mumpuni kepemimpinannya".
4. Abdullah bin Abbas ra : "Aku tidak melihat seseorang yang patut atas kerajaan daripada Muawiyah"
5. Umar bin Abdul Aziz : Abdullah bin Al-Mubarak berkata dari Muhammad bin Muslim dari Ibrahim bin Maisarah, dia berkata, "Aku tidak melihat Umar bin Abdul Aziz mencambuk siapapun kecuali orang yang mencaci Muawiyah, dia mencambuk beberapa kali"
6. Al-Mu'afa bin Imran ditanya, "Siapa yang lebih utama, Muawiyah atau Umar bin Abdul Aziz?' Maka dia marah kepada penanya dan menjawab, "Apakah kamu menyamakan seorang laki-laki dari sahabat Rasulullah saw dengan seorang laki-laki tabi'in? Muawiyah adalah sahabat Rasulullah saw, ipar, juru tulis, dan orang kepercayaan beliau saw atas wahyu Allah."
7. dll



Daftar Pustaka :

1. Ali Muhammad Ash-Shalabi, Prof. Dr. Khawarij dan Syiah dalam timbangan ahlu sunnah wal jamaah. Pustaka Al-Kautsar. 2012
2. Ali Muhammad Ash-Shalabi, Prof. Dr. Mu'awiyah bin Abu Sufyan. Darul Haq. 2012
3. Ali Muhammad Ash-Shalabi, Prof. Dr. Umar Bin Al-Khathab. Pustaka Al-kautsar. 2009
4. Al-Hafizh Ibnu Katsir. Perjalanan Hidup Empat khalifah Rasul yang Agung. Darul Haq. 2012
5. Firanda Andirja Abidin, Lc, MA. Banyolan Syiah Imamiyah. Nasirussunnah. 2014
6. 'Utsman bin Muhammad al-Khamis. Dr. Inilah Faktanya. Meluruskan Sejarah Umat Islam sejak wafat Nabi saw hingga terbunuhnya al-Husain ra. Pustaka Imam Asy-Syafi'i. 2013
7. Muhibbuddin Al-Khatiib. Mungkinkah Sunnah & Syiah Bersatu? (Sebuah tinjauan kritis terhadap prinsip-prinsip dasar sekte syiah Imamiyyah Itsna 'Ashariyyah) Pustaka Muslim. 1959

Jumat, 22 Agustus 2014

Syair-syair klasik

Bila orang keji bertemu dengan orang keji
Itu artinya bejana bertemu dengan tutupnya
Keburukan dan orang yang terbiasa melakukannya
Adalah seperti gagak jelek yang berteriak sesukanya
Atau seperti keledai buruk bila kamu memberinya makan
maka dia akan menyepak orang,
tetapi bila lapar, ia meringkik
Atau seperti budak yang buruk
bila kamu membiarkannya lapar,
dia mencuri dari tetangga,
namun bila dia kenyang, dia berbuat dosa
Atau seperti wanita pecemburu
dia mengangkat ujung jubahnya
Kemudian menurunkannya kembali di depan madunya
Lalu ia robek
Wahai orang yang bertanya
tentang orang-orang yang telah berlalu
Adakah yang baru itu seperti yang sudah terpakai lagi usang

=====

Apiku dan api tetanggaku adalah satu
Kepadanya bejana diturunkan sebelumku
Tidak ada tetanggaku yang dirugikan olehku
Sekalipun pintu rumahnya dibiarkan tanpa penutup
Aku menutup mata bila tetanggaku yangwanita keluar
Sampai tetanggaku yang wanita itu masuk ke rumahnya


Karya : Miskin Ad-Darimi (Zaman Muawiyyah ketika menjadi Pemimpin)
dari buku : Muawiyyah bin Abu Sufyan karya Dr. Muhammad Ash Shalabi



=====



Wahai orang yang mengajar orang lain
Mengapa kamu tidak mengajari dirimu dulu?
Kamu membuat resep obat bagi orang sakit
Agar dia bisa sembuh sementara dirimu sendiri sakit
Kami melihatmu terus memperbaiki akal kami dengan nasihatmu
Sedangkan justru kamu tidak memilih arahan sendiri
Mulailah dengan dirimu, cegahlah ia dari keburukannya
Bila jiwamu sudah meninggalkannya, maka kamu adalah orang bijak
Saat itu apa yang kamu ucapkan di dengar dan kata-katamu
dijadikan obor dan pengajaranmu pun bermanfaat
Jangan melarang sebuah perbuatan
tetapi justru kamu melakukannya
Aib sekali bagimu bila kamu melakukannya sekaligus buruk





=====



Bila engkau mencari sebuah hajat dari hajat-hajat hidup
Maka berdoalah kepada Tuhan dan perbaikilah pekerjaanmu
Agar Dia memberimu apa yang Dia kehendaki
dengan kuasa-Nya, Dia Yang Maha Lembut
bagi apa yang ingin Dia lakukan
Biarkan manusia dengan urusan dan kesibukan mereka
Di Tangan Tuhan yang membolak-balik keadaan hidup



Karya : Abu Al-Aswad ad-Du'ali (Zaman Muawiyyah ketika menjadi Pemimpin)
dari buku : Muawiyyah bin Abu Sufyan karya Dr. Muhammad Ash Shalabi



========



Jika kau berada pada kenikmatan, jagalah ia
karena kenikmatan 'kan lenyap disebabkan dosa
turunkan nikmat dengan ketaatan kepada Rabb hamba
berapa banyak hamba yang begitu cepat mendapat siksa
jauhi kezhaliman meski engkau memiliki kesanggupan
karena kezhaliman hamba mencerminkan sifat keburukan
berkelanalah di antara manusia dengan hatimu
agar kau tahu akibat dari kezhaliman itu
sesudah itu ada bagi mereka ada tempat tinggal
ada saksi yang memberatkan dan tak dapat disangkal
tak ada yang lebih berbahaya dari kezhaliman
ketika mereka ada di ambang kebinasaan
berapa banyak mereka meninggalkan kebun dan istana
yang lain lagi dalam benteng tinggi bangunannya
mereka mendekam di neraka tanpa sedikit pun kenikmatan
karena yang mereka terima dahulu seakan-akan kesenangan



Karya : NN
dari buku : Setiap Penyakit ada obatnya karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah.

Kamis, 21 Agustus 2014

Keputusan MK (mahkamah konstitusi) atas sengketa pilpres 2014 dan pasca setelah itu

Keputusan MK (Mahkamah Konstitusi) atas sengketa pilpres 2014

Seperti sudah diduga sebelumnya bahwa keputusan MK atas sengketa pilpres 2014, tidak merubah keputusan KPU yang memenangkan capres dan cawapres dari kandidat no. 2 yaitu Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Dengan begitu berarti proses secara legal sudah berjalan hingga langkah terakhir, terlepas atas puas atau tidak puas dari hasil keputusan dari MK dari pihak pemohon yaitu kandidat no 1 yaitu pasangan Prabowo dan Hatta Rajasa. Kita semua masyarakat Indonesia tinggal menunggu ceremony pelantikan presiden dan wakil presiden periode 2014 – 2019.

Yang menjadi rasa penasaran masyarakat akan langkah-langkah yang diambil Presiden dan wakil presiden terpilih yang pertama adalah komposisi para pembantu presiden yaitu susunan cabinet, entah apa namanya (bagi saya itu penting), berupa nama-nama menteri serta komposisinya. Hal ini menjadi penting karena menjawab isu-isu yang berkembang selama proses pencalonan, masa kampanye hingga pemilihan presiden dan wakil presiden berlangsung. Dengan keanekaan dan kemajemukan suku bangsa, agama dan ras serta kepentingan yang tampak maupun tidak nampak setidaknya gambaran awal akan terlihat dari komposisi cabinet yang akan diusung oleh pak Jokowi dan pak JK.

Isu yang paling mendasar yang berhubungan dengan keyakinan masyarakat dan banyak dibahas dimedia social yaitu bahwa mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama Islam, sementara banyak yang bergabung dengan gerbong pak Jokowi dan pak JK adalah para tokoh Islam liberal dan kelompok-kelompok minoritas yang bercirikan kepada Islam. Sehingga isu yang berkembang bahwa kaum Muslimin Indonesia akan tertekan dengan kebijakan-kebijakan yang ada, seperti wacana penghapusan perda syariah, penghapusan kolom agama di Kartu Tanda Penduduk (KTP), melegalkan kelompok-kelompok tertentu yang selama tersisihkan. Sehingga tokoh atau nama yang akan menduduki kementrian agama menjadi perhatian banyak orang.

Lebih dari itu semua adalah masalah kepribadian bangsa yang berdasarkan pada keluruhan masyarakat yang beragama, sehingga isu-isu yang mendistorsi agama dan membuka kran untuk paham komunisme harus diclearkan dengan lebih jelas dan tegas. Bagaimana pun kalau isu terjadi maka ditakutkan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi di masyarakat.

Dalam bidang ekonomi, yang merupakan titik sentral akan peningkatan kesejahteraan masyarakat juga menjadi perhatian para pengamat baik di dalam negeri maupun luar negeri. Indonesia yang kaya raya akan sumber daya alam dan manusia namun ternyata secara ekonomi kita masih belum mampu untuk berdiri sendiri dalam pengelolaannya. Memang tidak mudah dan semudah membalikkan tangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui peningkatan laju ekonomi Indonesia. Di depan, subsidi BBM menjadi perhatian penting pemerintah pak Jokowi dan pak JK, dengan langkah yang mendesak dengan menaikkan harga BBM. Namun kebijakan ini bukanlah tindakan popular di masyarakat apalagi untuk kelas menengah ke bawah. Tetapi sosok pak JK, sebagai wakil presiden sudah mempunyai pengalaman tentang hal ini ketika menjabat dalam jabatan yang sama bersama presiden SBY. Apakah dalam waktu dekat ini atau menunggu waktu, itu yang akan kita tunggu.

Isu berikutnya yang menjadi perhatian adalah pemanfaat sumber daya alam yang dikuasai oleh perusahaan asing. Terakhir ini berita perpanjangan Freeport menjadi sangat menarik perhatian. Kemandirian dan martabat bangsa dipertaruhkan tidak hanya kasus Freeport saja tetapi juga kontrak-kontrak kerja sama dengan perusahaan asing. Jangan sampai istilah Indonesia ada dalam cengkraman asing yang menghisap kekayaan bangsa dan Negara Indonesia terus berlangsung.

Masih banyak lagi masalah yang harus ditangani oleh Presiden dan wakil presiden baru nanti. Semoga dengan visi dan misi yang disampaikan bisa menangani semua masalah yang ada tersebut. Mari kita dukung kiprahnya, sehingga ada imbal balik kepada kita masyarakat Indonesia. Amin

Sabtu, 16 Agustus 2014

Kompetisi, prestasi dan prestise!

Hiks! miris rasanya ketika melintas di depan kami, rombongan defile SD yang membawa poster, "Kami datang bukan untuk juara, kami datang untuk berpartisipasi". Ya...boleh jadi miris bagi saya, belum tentu bagi anda. Bagi saya, saya berfikir bahwa seharusnya ditanamkan sifat berkompetisi yang baik kepada anak-anak sejak dini sehingga bisa mencapai prestasi yang terbaik. Bagaimana pun prestasi nantinya akan menghasilkan prestise baik bagi dirinya sendiri mapun kelompok/komunitas/bangsa.

Apalagi dalam kehidupan bermasyarakat nantinya, kompetisi dalam kehidupan akan selalu ada dan semakin berat. Dengan berkompetisi, kita akan diajarkan sifat percaya diri, berani bertindak, sportifitas, berjiwa kesatria. Dengan semua itu akan timbul kemandirian dalam menghadapi kehidupan, apalagi ketika prestasi mereka dapatkan tentu semua orang akan memandang dengan pandangan yang menghormati, memuja dan menempatkannya pada kedudukan yang teratas. Itulah yang dinamakan dengan prestise.

Prinsip ini banyak dipakai pada jaman modern ini untuk meningkatkan prestasi dan menggapai prestise dalam kompetisi dalam kehidupan. Bagaimana sekolah yang ingin dipandang ternama menerima calon-calon siswa dari siswa yang berprestasi yang nantinya diharapkan akan mengangkat nama sekolah. Aspek pengetahuan kadang tidak terlalu diperhatikan artinya dijadikan nomor dua. Kita lihat juga dicabang olah raga, dalam lingkup klub professional mereka berani membayar atletnya dengan harga atau gaji yang mahal dengan catatan mempu menghasilkan prestasi dalam kompetisi. Bahkan dalam setiap pertandingan kadang diiming-imingi bonus dan lainnya untuk memacu semangat dan prestasi. Begitu pula di dunia kerja, perusahaan yang ingin cepat mencapai prestasi dalam kompetisi yang semakin ketat, mereka berani untuk membajak karyawan yang potensi yang mempunyai skill atau keahlian yang mampu mengangkat nama perusahaan.

Untuk kerja seperti ini diperlukan kata sehati dan kebersamaan yang luarbiasa. Ketika ada satu orang yang tidak sejalan dan selaras apalagi tidak terlalu bergairah untuk menyetujuinya maka proses pengangkatan prestasi dan prestise tidak akan berjalan dengan baik. Selain itu juga diperlukan sumber daya yang lain untuk mendukung itu. Ketika mau menjalankan proses kompetisi, ketika harus membayar lebih karyawan yang dibajak atau atlet professional. Tapi yakinlah semua sumber daya yang dikerahkan dan dikeluarkan pasti akan terbayar dengan lunas dan tuntas nantinya bahkan boleh jadi lebih dari semuanya itu. Kebalikan bagi seseorang yang tidak mau berkompetisi dalam kehidupannya, ada istilah yang biasa disebut untuk itu yaitu : "mengikuti arus", untung-untung kalau arusnya membawa kepada kebaikan, klo tidak yaa....istilahnya termakan arus atau terbawa arus. Boro-boro berkompetisi untuk menggapai prestasi tapi boleh jadi hanya sebagai penggembira. Bahkan boleh jadi ketika arusnya kepada ketidak baikan maka akan jadi perusak kehidupan.

Mengenai kompetisi dalam agama saja diajarkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, Fastabikul khoirot, untuk menjadi yang terbaik dalam melakukan amal di dunia ini. Dalam firmannya, Allah swt menyatakan bahwa tujuan Tuhan menguji manusia supaya diketahui mana yang amalnya terbaik.

Hayo! Kita berkompetisi, untuk mencapai prestasi terbaik! Selamat memperingati HUT RI ke 69. 17 Agustus 2014. Selamat berlomba : Balap karung goni, makan kerupuk, panjat pinang, membawa kelereng di sendok dan lain sebagainya.

Merdeka! Merdeka! Merdeka!

Jumat, 15 Agustus 2014

Rusaknya Dunia

Dalam kesempatan membagi-bagikan bantuan untuk anak yatim, istri saya dimintai juga oleh anak kecil berumur kurang lebih 4 tahun untuk memberikan bantuan ke teman yang tinggal di sebelah rumahnya dengan alasan bahwa temannya juga tidak mempunyai Bapak. Istri saya pun membantah anak kecil itu karena sepengetahuannya keluarga itu masih ada Bapak dan Ibunya, dan istri saya mengenal sang ibu (sebut saja ibu A) itu karena anaknya juga mengaji di rumah dimana istri saya mengajar mengaji anak-anak. Tetapi ternyata dari informasi tetangga dan keluarga sang ibu itu ternyata Bapak dan Ibu A itu sudah bercerai.

Saya tahu sedikit tentang prahara rumah tangga mereka dari informasi teman di masjid yang masih termasuk tetangga. Teman ini punya tempat kos-kosan tetapi tempatnya agak jauh dari rumahnya. Kos-kosan itu diisi oleh para mahasiswi dari daerah yang kuliah di Makassar ini. Rupanya salah satu mahasiswi yang kos di tempat itu selalu menerima tamu laki-laki dan bermalam di tempat kos tersebut. Setelah ketahuan berbuat seperti itu akhirnya mahasiswi tersebut diusir dari tempat kos-kosannya. Hanya yang membuat kaget teman saya, ternyata laki-laki yang selalu bermalam dengan mahasiswi tersebut adalah Bapak sebagai suami dari sang ibu A yang saya ceritakan di alenia pertama tadi, yang tidak lain adalah tetangganya sendiri.

Kembali kepada istri saya, ketika istri saya mendapat berita dari keluarga sang ibu A tentang masalah keluarga itu, mereka (keluarga sang ibu A) menyayangkan kejadian hal itu, padahal menurut mereka bahwa kehidupan mereka mulai meningkat. Hal itu dibuktikan dengan mereka mampu membangun rumah baru yang cukup lumayan bagus walau belum selesai semuanya. Saya pun penasaran dengan kenyataan itu, saya fikir mereka mampu membangun rumah dari hasil penjualan tanah di kampungnya seperti saudaranya sang ibu A yang membangun rumah dari hasil menjual tanah, yang rumahnya juga tidak jauh dari rumah ibu A. Jawaban istri saya cukup mengagetkan bahwa pekerjaan Bapak, suami sang ibu A itu menjual kupon judi. Waduh!

Tadi pagi, dalam perjalanan pulang shalat subuh di masjid bersama-sama dengan teman yang punya kos-kosan, saya konfirmasi mengenai pekerjaan Bapak mantan suaminya ibu A. Ternyata jawaban istri saya dibenarkan sama teman itu. Wah! Yang tidak habis fikir adalah masyarakat sudah menilai biasa-biasa saja pekerjaan yang tidak diridloi oleh Allah swt, malah bangga dengan hasilnya yang bisa terlihat dalam kehidupan. Padahal boleh jad kejadian rumah tangga itu berasal dari penghasilan yang tidak benar. Lebih jauh lagi bagaimana dengan anak-anaknya nanti yang diberi makan dari hasil yang tidak benar. Na’udzubillah min dzalik. Astaghfirullahal’adzim.

Kamis, 14 Agustus 2014

Bendera Merah Putih dan Merdeka

Dalam sebuah obrolan ketika Teman saya dan penduduk lainnya di desa itu sedang mempersiapkan desanya, dimana dia tinggal, menjadi tuan rumah pesta seni dan budaya dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia tingkat kecamatan pada tahun ini, teman saya mengatakan bahwa baru kali ini dia mengibarkan kembali bendera merah putih. Wah….suatu pernyataan yang menohok jiwa kebangsaan dan rasa nasionalisme pada diri saya sendiri, apakah perlu seperti itu. Dengan senyum kecut, saya menanggapi pernyataan dengan mengatakan bahwa di lorong dimana saya tinggal tidak ada satu orang pun yang mengibarkan bendera berah putih ketika tanggal 17 Agustus tiba termasuk saya, kecuali satu orang, yaitu seorang pegawai negeri sipil yang menjabat sebagai pengawas guru. Saya juga mengatakan bahwa bendera yang saya punya beberapa tahun yang lalu , entah saat ini saya masih punya atau tidak- warnanya sudah pudar. Bukan lagi merah menyala dan putih bersih. Merah yang melambangkan keberanian dan putih yang melambangkan kesucian. Hiks!

Saya dan teman saya, yang kemungkinan besar adalah generasi ke-2 dan atau generasi ke-3, dari generasi para pejuang kemerdekaan yang mengorbankan harta, nyawa dan keluarganya hanya untuk mengibarkan bendera merah putih dengan pekik Merdeka dari tangan penjajah yang mencengkeram dan membelenggu sendi-sendi asasi manusia Indoensia untuk berdiri tegak hidup dan berkehidupan di negaranya sendiri, tumbuh dan berkembang dengan sumber daya yang ada bersama dengan masyarakat dunia lainnya sebagai makhluk yang berkepribadian dan beradab. Ah…boleh jadi saya dan teman saya, dan juga barangkali berjuta-juta masyarakat Indonesia (termasuk anda) yang tidak mengibarkan bendera pada setiap tanggal 17 Agustus dinilai sebagai orang yang tidak mempunyai rasa Nasiolisme, jiwa Patriotis kebangsaan dan lain sebagainya. Hiks!

Sedih juga kalau dikatakan seperti itu! Di sisi lain boleh jadi ada orang yang dengan bangga selalu mengibarkan bendera Merah Putih setiap tanggal 17 Agustus dan di hari-hari lainnya yang diperintahkan untuk itu, tetapi kerjanya merampok kekayaan Negara. Di sisi lain ada orang yang tidak tahu dan tidak peduli dengan tanggal 17 Agustus, karena harus bergulat dengan waktu dan status marginal Karena mencari sesuatu untuk mengganjal perut diri dan keluarganya untuk kelangsungan hidupnya. Di sisi lain ada orang yang dengan gagahnya menghormati sang saka ketika diderek ke angkasa di tiang yang megah sementara dia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa dengan kekayaan negeri yang meluncur dan dinikmati tanpa rasa keadilan oleh orang-orang yang tidak berhak. Di sisi lain ada orang yang dengan bangga mengibarkan bendera setiap 17 agustus, tetapi ketika mau mengabdi ke Negara dengan selembar kertas ijazah dan keahlian, terbentur kokoh keangkuhan karena konon dia tidak mempunyai akses baik materi maupun darah ke pusat kekuasaan. Hiks

Memang tidak mudah menjadi Negara dan bangsa yang mandiri dan bermartabat, apalagi ada orang yang mengatakan bahwa ketika Negara dan bangsa itu masih dalam kisaran umur yang relative muda! Muda dan tua sebenarnya hanyalah peristilahan yang sifatnya perbandingan. Padahal kita sebenarnya ada pilihan yang lebih baik dan hebat yaitu ketika menjadi Negara dan bangsa yang mandiri dan bermartabat ketika umurnya masih muda! Untuk itu diperlukan pribadi-probadi yang mengerti akan hakekat berbangsa dan bernegara, bukan hanya sekedar formalitas menaikkan bendera dimana diperintahkan. Tentu penghormatan kepada symbol Negara memang diperlukan sebatas tidak melebihi batas penghormtan itu sendiri. Secara eksklusif kita bisa melihat bagaimana anak bangsa bergembira dan mengagungkan sang saka ketika ada anak bangsa membela tanah airnya di medan laga, olah raga misalnya entah itu sepakbola, bulutangkis dll, di bidang ilmu dan teknologi, seperti olimpiade matematika, sains dll. Terutama dengan pencapaian prestasi di luar yang berhubungan dengan bangsa dan negara Indonesia.

Untuk itu, Selamat memperingati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke-69.
Pekikan Merdeka di jiwa kita,
Pekikan Merdeka di kehidupan bermasyarakat kita,
Pekikan Merdeka di kehidupan berbangsa kita
Dengan Merdeka, kita tancapkan bendera di kemandirian dan kemartabatan bangsa kita.
Dengan Merdeka, kita kokohkan NKRI dari anasir-anasir pemecah belah bangsa.
Dengan Merdeka, kita rapatkan barisan dari para perampok-perampok kekayaan Negara.
Dengan Merdeka, kita langkahkan kaki bersama menuju kecerdasan bangsa, kemakmuran negara, kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan.
MERDEKA! MERDEKA! MERDEKA! (diiringi lagu : Berkibarlah benderaku, lambing suci gagah berani, di penjuru……..)

Selasa, 12 Agustus 2014

Robin Williams: Kebahagiaan, terjadi bukan atas terpenuhinya kebutuhan jasmani!

Robin Williams. saya pertama kali menonton serial film nya, dulueee sekali, ketika Mork and Mindy ditayangkan di televisi. Waktu itu Robin Williams masih sangat muda (begitu pula saya, hiks). Tapi penampilannya di Serial komedi tersebut sungguh membuat penonton tertawa lepas.

Seiring berjalan waktu, dan karena saya juga tidak terlalu menjadi pemerhati dan pencinta film, saya tidak mengikuti perkembangan karier beliau, hingga film Mrs. Doubtfire begitu menarik magnet sedikit rasa seni jiwa saya untuk menontonnya, dan konon dengan film itu juga beliau dapat penghargaan tertinggi di dunia film yaitu oscar (bener ya?)

Dengan ketenaran yang menglobal dan jauhnya perjalanan kariernya di dunia film di amerika tentu kekayaan beliau tidaklah bisa dikatakan sedikit, tetapi pasti bejibun! Hanya sayang, berita terakhir saya dapat bahwa beliau meninggal yang disinyalir meninggal dengan cara bunuh diri. Hiks!

Sangat disayangkan kalau benar berita kematiannya dengan cara bunuh diri! apa yang menyebabkan beliau bunuh diri, juga beritanya masih kalang kabur! Yang jelas pasti ketidak bahagiaan akan sesauatu sehingga mengambil jalan pintas seperti itu. Tidak cukupkah ketenaran dan kekayaan (bahkan kalau mau kekuasaan pun bisa dia dapat. banyak artis yang menjadi pejabat publik!) untuk membuat beliau bahagia. Bukankah selama ini yang dia kejar adalah kebahagiaan?


Konon, kasus bunuh diri di amerika tidaklah sedikit. Di Jembatan Golden Gate yang terkenal itu di amerika, banyak orang yang terjun bebas untuk bunuh diri. Dan setelah diteliti ternyata mereka yang bunuh diri secara ekonomi bukanlah orang-orang yang kesusahan artinya orang-orang yang mampu atau kaya yang tidak menemui kesulitan dalam kehidupan ini. Kalau orang yang digolongkan fakir miskin mungkin secara logika bisa dimaklumi bunuh diri karena mungkin tidak kuat menghadapi tekanan kehidupan. Lah, wong ini orang-orang berduit kok!

Kalau begitu masalahnya ada dimana? ketika seseorang mampu untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, melengkapi apa yang dibutuhkan tubuh mereka mulai makanan, perlengkapan pakaian dan segala asesorisnya, rumah dan segala asesorisnya, kebutuhan kemewahan seperti kendaraan, hiburan, peralatan kecantikan bahkan hingga ketenaran dan kekuasaan, apakah dengan demikian kebahagiaan haqiqi akan didapatkan orang tersebut? Dari kasus di atas, ternyata bukan di situ masalahnya. Kalau kebahagiaan disandingkan dengan pemenuhan aspek jasmani, pertanyaannya bagaimana dengan orang yang tidak bisa memenuhinya, bagaimana dengan orang miskin? Fakta bisa kita temukan ternyata banyak orang yang serba kekurangan secara ekonomi yang tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmaninya, hidupnya enjoy-enjoy saja, bahagia, adapun kesulitan hidup yang dihadapi hanyalah kerikil-kerikil kecil dalam kehidupan, sebuah cobaan bagi mereka yang harus dihadapi dengan sabar dan tawakal.

Seperti dikatakan Pak Ustadz bahwa kebahagiaan itu bukan pada terpenuhinya kebutuhan fisik, ketenaran, kekayaan dan lain sebagainya yang sifatnya jasmani. Tetapi ada aspek Rohani yang juga harus dipenuhi kebutuhannya. Ketika si Rohani ini terlantarkan dan Jasmani dimanjakan maka akan ada ketimpangan jiwa dan raga, yang akan mengakibatkan fatal kalau sudah menjadi borok yang kronis. Aspek Rohani inilah yang akan menjadi penyeimbang jalannya alur kehidupan manusia, terlepas apakah aspek jasmani terpenuhi poll atawa tidak.

Aspek rohani ini dalam istilah agama terfokus pada hati. Sehingga dikatakan jika hatinya baik maka akan baik seluruh jiwa raganya, tapi jika hatinya tidak baik maka akan rusak seluruh jiwa raganya. Bagaimana menjadikan hati sehat dan baik, silahkan inbox ke pak Ustadz.

Selamat jalan Robin Williams!

Puasa Syawal 2014

Sekedar mengingatkan : klo kita menengok ke langit malam ini, akan terlihat bulan masih nyaris seperti bulat sempurna dan keindahannya masih bisa kita nikmati dengan polll. Namun sebenarnya bulan purnama (yang saat ini adalah super moon) sudah lewat dan menuju kepada bulan gelap. Artinya bahwa hitungan tanggal berdasarkan bulan sudah melewati setengah perjalanan. Seperti diketahui bahwa bulan ini adalah bulan syawal. Syawal dalam peristilahan Islam berarti peningkatan. sejatinya setelah melaksanakan periode pelatihan selama bulan ramadhan, hasilnya akan terlihat pada bulan-bulan berikutnya setelah bulan ramadhan itu meninggalkan kita, apalagi syawal berarti peningkatan. kita semua juga mengetahui bahwa di bulan syawal ini ada ibadah yang sangat dianjurkan yaitu puasa syawal 6 hari, hingga dikatakan bahwa ketika kita menyelesaikan puasa 30 hari selama bulan ramadhan dan disambung 6 hari di bulan syawal layaknya kita puasa selama setahun.


Jadi, mari kita manfaatkan sisa waktu bulan syawal yang tinggal sepenggalan untuk kita mengejar pahala puasa selama setahun. Tidak susah kalau dibandingkan 30 hari di bulan ramadhan, kan? . Hiks! he-he....justru bisa jadi 6 hari ini lebih susah dibandingkan dengan 30 hari di bulan ramadhan, suasana lingkungan yang berbeda, kegiatan kita yang boleh jadi lebih berat dan gangguan yang lebih garang! tetapi justru mungkin disitulah ujian sebenarnya, disitulah pembuktian bahwa kita mendapatkan malam lailatulqodr (smoga!).

Surga, tidaklah semudah seperti yang kita fikirkan dalam pencapaiannya! Tetapi setidaknya niat untuk menggapainya adalah langkah pertama yang sangat utama untuk langkah-langkah berikutnya berupa amal ibadah yang telah dipetakan oleh Yang Maha Pencipta Surga melalui Utusan sebagai pemberi contoh kehidupan yang benar. Boleh jadi dengan puasa 6 hari ini jarak surga agak semakin mendekat dari langkah kehidupan kita, seperti super moon yang indah itu karena jaraknya dengan bumi paling dekat! (smoga!)

Kata-kata Mutiara (yang ngelantur : Hiks!)

Jika kamu menyembunyikan sesuatu boleh jadi kamu telah berbuat dosa. Padahal kamu tahu sendiri, harumnya durian dan baunya ikan busuk tidak akan bisa terhalang dinding bahkan dari dinding yang terbuat dari besi sekalipun. Untuk itu jangan simpan durian dan ikan busuk di kamar mu karena suatu saat akan mengganggu tetangga terdekatmu. Hiks

Jika kamu terlalu bergairah terhadap sesuatu, boleh jadi ada udang dibalik jendela. Namun hati-hati, pak dokter bilang, udang walau pun enak (bagi yang menyukainya) kandungan kolesterolnya cukup tinggi! Kalau kebanyakan makan boleh jadi stroke ada dalam kamus kehidupan kamu. Hiks!

(dari potongan dialog sinetron : Preman Pensiun 2, redaksi tidak tepat seperti yang ditayangkan)
Kegagalan adalah keberhasilan yang yang tidak jadi. Untung dan rugi adalah seperti mata uang logam yang punya dua sisi, ketika kita lempar ke atas kemudian jatuh ke bawah dan kemudian uang logam itu menggelinding hingga rebah menunjukkan salah satu sisinya. Kewajiban kita adalah berusaha, tetapi jangan berdoa karena kita adalah..........pencopet (pencuri juga bisa! koruptor juga bisa! -pen). Hiks!

Jumat, 01 Agustus 2014

Perang Shiffin, dalam pandangan …….

Perang Shiffin, adalah perang antara pasukan Ali bin Abi Thalib ra dari Irak dengan pasukan Muawiyah bin Abu Sufyan ra dari Syam. Shiffin sendiri dinisbatkan kepada tempat di mana perang itu terjadi. Perang ini menjadi menarik dalam sejarah Islam apalgi untuk saat ini, sehubungan status Ali bin Abi Thalib ra sebagai khalifah, menggantikan khalifah Utsman bin Affan ra yang dibunuh sekelompok orang, yang digambarkan oleh Rasulullah saw sebagai orang munafik, "Wahai Utsman, mudah-mudahan Allah akan menyandangkan untukmu sebuah pakaian (khilafah), dan jika orang-orang munafik ingin engkau menanggalkan pakaian tersebut, maka jangan engkau lepaskan, hingga engkau menemuiku (meninggal)" (beliau bersabda demikian) tiga kali" (HR Ahmad)

Saya membayangkan bagaimana perang tersebut terjadi! Dimana kejadiannya berlangsung 14 abad yang lalu, dengan senjata tradisional (kalau dibandingkan dengan persenjataan saat ini), tidak ada alat komunikasi canggih seperti sekarang (HP, telephon atau sebangsanya), tetapi mereka berperang karena keyakinan masing-masing berdasarkan ijtihadnya. Yang satu, kubu Ali bin Abi Thalib ra menuntut ketaatan kubu yang lain melalui proses baiat dan menunda mengqishash para pembunuh Ustman bin Affan ra hingga kondisi politik menjadi tenang, sementara pihak lainnya, kubu Muawiyah ra mengenyampingkan baiat sebelum proses tuntutan mereka akan qishash terhadap para pembunuh khalifah Utsman bin Affan ra yang tinggal di daerah Irak dan sekitarnya terealisasi, apalagi dari segi kekerabatan Utsman bin Affan ra adalah sepupunya Muawiyah ra (walau sebenarnya kalau kita runut ke atas sebenarnya kaum Quraisy (termasuk Ali bin Abi Thalib ra) masih ada tali kekerabatan dengan Utsman bin Affan ra). Kedua kubu adalah orang-orang Islam dari generasi awal dimana para sahabat Rasulullah saw masih ada yang hidup, namun karena suatu kejadian terbelah kepada perbedaan ijtihad yang mengakibatkan perang, yang mungkin kalau sekarang diistilahkan sebagai perang saudara.

Namun, kalau kita melihat saat ini, dimana generasi sekarang hanya membaca buku-buku sejarah, yang boleh jadi dari buku-buku sejarah tersebut ada yang menampilkan kecenderungan hati dari para pembuat buku sejarah tersebut artinya tidak berdasarkan akan fakta yang sebenarnya (walaupun agak susah dikatakan sesuai dengan fakta karena factor kondisi, tetapi orang yang hatinya bersih dari kepentingan kelompok dan pribadi, tentu akan mendapatkan hidayah dari Allah swt akan menampilkan dengan hati-hati dan akan mengambil dari sumber yang kuat untuk menggambarkan setidaknya mendekati kondisi yang sebenarnya). Celakanya hal ini pula yang meracuni para pembaca yang juga sudah ada kecenderungan hati kepada kelompok tertentu, apalagi kalau sudah kena doktrin “gelap”, akan menyimpulkan sepihak bahkan akan semakin mencap negative kepada salah satu kubu atau tokoh penting dari perang Shiffin tersebut.

Padahal, kalau kita melihat akan periode kejadian berikutnya dan bersandarkan kepada sabda Rasulullah saw nyatalah bahwa kedua kelompok ini masih dalam ikatan keimanan kepada yang satu, yaitu Allah swt. Apa yang digambarkan sebagian orang yang mencap negative terhadap salah satu kubu atau tokohnya, menjadi sesuatu yang tidak benar. Boleh jadi seseorang membuat suatu kesalahan dalam menarik kesimpulan ijtihad, dalam pandangan kita pada saat ini tapi bagaimana kondisinya pada waktu itu dimana para sahabat Rasulullah saw pun masih hidup di kedua kubu. Biarkanlah hal itu menjadi urusan Allah swt, bukankah semua kejadian di muka bumi ini masih ada dalam scenario nya, apalagi ini berhubungan dengan Islam yang memang Allah swt sendiri menjadikan aturan bagi manusia untuk hidup di dunia. Boleh jadi ada hikmah-hikmah yang bisa diambil oleh generasi berikutnya akan kejadian perang Shiffin ini. Justru yang perlu kita perhatikan adalah jangan sampai kita terjebak oleh hasutan-hasutan dari orang-orang yang memang mau menghancurkan Islam baik dari luar maupun dari dalam.

Oh iya, sabda Rasulullah saw mengenai gambaran akan kedua kelompok atau kubu itu adalah “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya cucuku ini adalah sayyid (pemimpin). Allah akan mendamaikan dua kelompok besar kaum muslimin melalui tangannya” (HR Bukhari). Kita semua tahu bahwa yang dimaksud Cucu oleh Rasulullah saw adalah al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. Al-Hasan ra adalah anak dari Ali bin Abi Thalib ra yang dibaiat oleh kaum Muslimin pada waktu itu untuk menggantikan ayahnya, Ali bin Abi Thalib ra yang dibunuh oleh kaum khawarij. Melalui tangan Al-Hasan ra lah akhirnya terjadi perdamaian dengan Muawiyah ra. Dengan jiwa besar kepemimpinan diserahkan kepada Muawiyah ra, sehingga para ulama menyatakan bahwa tahun itu adalah Tahun Persatuan.

Jadi jelas berdasarkan hadits Rasulullah saw bahwa kedua kubu adalah kaum Muslimin yang terbagi dalam dua kelompok besar yang karenanya Allah swt persatukan kembali dalam satu kepemimpinan. Kalau masih ada orang yang mengutuk dan mencaci Muawiyah ra hingga dikatakan laknatullah hanya karena melawan kepemimpinan khalifah Ali bin Abi Thalib ra, boleh jadi kutukan dan caciannya kembali kepada orang tersebut, artinya orang tersebutlah yang dilaknat oleh Allah swt, Naudzubillah min dzalik. Adapun sebagai manusia, sahabat Rasulullah saw sekalipun kalau mempunyai kesalahan dan dosa dalam proses kehidupan bermasyarakat, kita semua serahkan kepada Allah swt.

Kembali kepada perang Shiffin sebagai perang saudara karena perbedaan ijtihad akan suatu masalah, Ash-Shalabi menggambarkan perang tersebut dengan sangat luar biasa, hingga saya membacanya berulang-ulang, yang barangkali di luar perkiraan kita akan gambaran tentang perang yang memakan banyak korban. Tentu Ash-Shalabi, dengan kapasitasnya, bukanlah orang yang ingin mencari keuntungan untuk kepentingan pribadi dan kelompok tertentu. Dengan pendekatan dari sumber yang bisa dipertanggungjawabkan, sehingga Ash-Shalabi menyentuh kejadian itu dengan kejadian yang mendekati kebenaran. Bagaimana pun dengan keterbatasan manusia, dan mengembalikan bahwa Allah lah Yang Maha Tahu akan segala urusan.

Saya kutip sedikit cuplikan tentang perang Shiffin dari Ash-Shalabi :

Perang Shiffin termasuk perang terunik dalam sejarah kaum Muslimin. Peristiwa ini mengandung banyak keunikan di mana pembaca bisa saja tidak mempercayai apa yang dibacanya dan berdiri tercengang di depan tabiat jiwa dari kedua kubu, masing-masing orang dari kedua kubu berdiri di medan perang dengan menghunus pedangnya sementara dia menyakini kebenaran sikapnya secara sempurna. Ini bukan perang yang didorong oleh sebuah komando di mana pasukan memasuki medan laga tanpa menyakininya, sebaliknya ini adalah perang tersendiri dari sisi pendorongnya, cara pelaksanaannya dan dampak-dampak yang ditinggalkannya.

Pendorongnya dalam jiwa orang-orang yang terlibat di dalamnya terungkap melalui sebagian peristiwa yang sampai kepada kita melalui buku-buku sejarah. Mereka adalah saudara, pergi bersama ke sumber air lalu mereka mengambil air bersama-sama, mereka menciduk air dengan berdesak-desakan, namun tidak seorang pun dari mereka menyakiti yang lainnya (Tarikh Ath-Thabari, 5/610, Siyar A’lam an-Nubala, 2/41 dan Marwiyat Abu Mikhnaf, hal 296), mereka adalah saudara, hidup bersama saat perang berhenti. Salah seorang yang ikut serta (dalam perang itu) menjelaskan, “Bila kami berhenti berperang, maka orang-orang Irak masuk ke markas orang-orang Syam dan orang-orang Syam masuk ke maskas orang-orang Irak……mereka saling berbincang.” (Al-Bidayah wa an-Nihayah, 7/270 dan Dirasat fi Ahdi an-Nubuwwah, hal 42)

Mereka adalah anggota satu kabilah, masing-masing dari mereka dengan ijtihadnya, sehingga masing-masing memerangi yang lainnya dengan gigih. (Tarikh ath-Thabari, dinukil dari Dirasat fi ahdi an-Nubuwwah, hal 424) Masing-masing melihat dirinya di atas kebenaran dan memiliki kesiapan untuk mati karenanya. Dua orang laki-laki dari mereka bertarung saling serang sampai keduanya kelelahan kemudian keduanya duduk beristirahat dan berbincang panjang lebar, kemudian keduanya bangkit kembali dan berperang sebagaimana sebelumnya (Al-Bidayah wa an-Nihayah, 10/272), keduanya beragama satu, di mana agama tersebut lebih dia cintai daripada dirinya sendiri, bila saat shalat telah tiba, maka mereka menghentikan perang dan menunaikannya (Tarikh ath-Thabari, dinukil dari Dirasat fi ahdi an-Nubuwwah, hal 424). Dan saat Ammar terbunuh, kedua kubu sama-sama menshalatkannya (Tarikh Dimasyq, 8/233, dinukil dari Dirasat fi ahdi an-Nubuwwah, hal 424).

Seorang saksi sejarah dalam perang ini berkata, “Kami tiba di Shiffin, kami berperang beberapa hari, korban di antara kami berjumlah banyak, sampai-sampai kuda-kuda disembelih, lalu Ali mengirim pesan ke Amr bin al-Ash bahwa korban telah berjumlah besar, maka hentikanlah peperangan sehingga kita bisa mengebumikan korban-korban perang. Maka Amr mengiyakan, lalu sebagian dari kami berbaur dengan sebagian yang lain sehingga mereka itu seperti ini –laki-laki ini memasukan jari-jarinya ke jari-jari yang lain-. Seorang prajurit Ali menyerang maskas Muawiyah sehingga dia terbunuh dan mayatnya dikeluarkan dari sana. Rekan-rekan Ali melewati seorang korban dari pihak mereka di depan Amr, manakala dia melihat, dia menangis dan berkata, “Orang ini berijtihad, dia bertindak tegas dalam perintah Allah.” (Ansab al-Asyaraf, 6/56 dengan sanad hasan)

Sekalipun kondisinya adalah perang, mereka tetap bersegera dalam beramar ma’ruf dan bernahi mungkar. Ada sekelompok orang yang dikenal dengan qurra’, mereka adalah murid-murid Abdullah bin Mas’ud, baik dari Irak maupun dari Syam, mereka tidak bergabung ke barisan Amirul Mukminin Ali dan tidak pula ke dalam barisan Muawiyah bin Abu Sufyan. Mereka berkata kepada Amirul Mukminin Ali, “Kami keluar bersama kalian namun kami tidak bermarkas bersama kalian, kami mengambil tempat tersendiri, sehingga kami bisa memperhatikan perkara kalian dan perkara orang-orang Syam. Barang siapa hendak melakukan sesuatu yang tidak halal atau terlibat melakukan tindak kezhaliman, maka kami akan memeranginya.” Ali menjawab, “Dengan senang hati, itulah sikap pemahaman dalam Agama yang benar dan ilmu tentang sunnah. Siapa yang tidak merelakannya maka dia adalah orang zhalim dan penghianat.” (Shiffin, hal 155 dan Dirasat fi Ahdi an-nubuwwah, hal 424)

Sebenarnya semua sikap tersebut berawal dari kemantapan dan ijtihad yang mereka meyakini kebenarannya dalam jiwa mereka dan mereka pun siap berperang karenanya (Dirasat fi Ahdi an-nubuwwah, hal 424).

Muhibbuddin al-Khathib memberikan komentar terhadap terhadap perang ini, “Sekalipun begitu, perang yang menjunjung nilai-nilai luhur ini merupakan perang kemanusiaan pertama dalam sejarah, di mana kedua kubu yang terlibat sama-sama berjalan di atas dasar-dasar keutamaan di mana orang-orang bijak dari barat berharap menerapkannya dalam perang-perang mereka di abad dua puluh satu, tidak sedikit kaidah-kaidah perang dalam Islam yang belum diketahui dan belum tertulis sekiranya perang ini tidak terjadi, dan Allah selalu memiliki hikmah di balik setiap kejadian (Al-Awashim min al-Qawashim, hal 167-169 dari catatan kaki Muhibbuddin al-Khathib).