Minggu, 31 Mei 2015

Pansel KPK semuanya wanita.

Untuk yang ini juga saya acungin jempol untuk bapak Presiden kita, Pak Jokowi. Dengan Pansel KPK semuanya wanita, layaknya seorang ibu yang memegang peranan sangat penting, yang memegang hak bahwa surga di bawah telapak kakinya, yang akan melahirkan anak-anak dengan klasifikasi yang pinter dari segi intelektualnya. tidak cukup pinter tapi juga waras dalam hubungan dengan sesama. tidak cukup pinter dan waras tapi juga sholeh dari aspek spiritualnya. tidak cukup pinter, waras dan sholeh tapi juga berani dalam penegakan kebenaran. Wahai ibu, ibu, ibu, 9 kali (karena ada 9 ibu-ibu), di tangan engkaulah masa depan bangsa ini, khususnya dalam masalah korupsi.

Jika anak-anakmu telah lahir, didiklah sesuai dengan tujuan semula. Jangan tunduk akan kemauan yang menyimpang dalam didikanmu walau itu datang dari Bapak-bapaknya!!!

Selamat hamil dan melahirkan!!! (dibaca : selamat bekerja!!)

http://news.liputan6.com/read/2240867/9-pansel-kpk-beda-kompetensi-jokowi-bangun-sistem-antikorupsi

Sabtu, 30 Mei 2015

Ranking Klub dan Neraka!

Menjelang Barcelona mengejar impian double atau treble winners, saya tampilkan urutan rangking klub terbaru yang dirilis UEFA. Tanggapan saya :

1. PERSIB ada di urutan berapa yaaaa? yaah pertanyaan ngawur ! wong sudah dibilang UEFA, kok nanya PESIB sih? (he-he...maaf sedikit ngawur)

2. Bagi fans nya klub lain, jangan ngeyel kayak permen karet atau ngamuk membabi buta melihat ranking itu. Ini hanya bersifat tentang kehidupan yang berfilsafah seperti roda, kadang di atas, lain waktu kadang di bawah. Jadi boleh jadi hari ini Barca di atas, besok lusa Real Mardid atawa juve, boleh jadi Munchen yang di atas, atau mungkin juga suatu saat PERSIB yang di atas. (aihhh...2 kali ngawur bukan sedikit namanya, tapi banyak ngawur. eh...ngomong-ngomong kenapa ya kalau ngamuk suka disandingkan dengan babi buta, padahal ngajah buta mungkin lebih heboh dan lebih apalah-apalah gitu!!! Bisa jadi yang bikin istilah ini orang jawa, karena di jawa tidak ada gajah. Coba kalau orang sumatera, pasti ngamuk meng-gajah buta. he-he...rasanya tidak maknyous yaaa!!!)

3. Walau Barca ada di urutan teratas tapi itu tidak menjamin bahwa beliau akan menang mudah nanti malam di copa del rey atawa nanti tanggal 6 di final liga champion. Jadi santai saja, kita nikmati bersama, kalau menang saya senang dan anda meradang, kalau kalah anda senang dan saya..... biasa-biasa saja tuh! xixixixi......

4. Jadi, yang terakhir, bahwa sesuatu yang ada di depan kita belum lah menjadi ketentuan walau statistik menunjukan arah ke sana. Itu hanya sebuah data yang membantu para komentator bisa tampil di te-pe dengan cuap-cuapnya hingga berbusa. Kecuali kalau kita sudah di akherat kelak, yaitu antara surga dan neraka! (Loh......tambah ngawur ini, klo tiga kali ngawur berarti ngawur kebablasan! anak muda sekarang bilang ngawur bingit! he-he...pasti kalian ngomong masa urusan bola ujung-ujungnya neraka? ngawur toh! tapi tunggu dulu, pak ustadz bilang kalau kita berjuang setengah mati untuk nonton bola di waktu dini hari tatepi kemudian dengan sadar tidak sholat subuh, padahal suara adzan sudah mengorek-ngorek lobang telinga anda kemudian anda bangun dan tetap tidak sholat setelah itu anda koit....yaaa ujung-ujungnya neraka laaaahhhhhh....)

5, 6, 7, 8 .........adios permios!

Kamis, 28 Mei 2015

Puasa sebagai budaya?

Bulan Ramadhan akan segera tiba yang berarti ibadah puasa kembali mewarnai kehidupan kita selama sebulan. Saya mencoba memutar proyektor ke belakang. Rupanya ada tulisan yang belum terposting, walau sudah begitu lama (tahun 2011, agustus). Tidak ada salahnya saya posting saat ini, semoga masih relevan dengan kondisi sekarang.

Puasa sebagai budaya?

August 4, 2011 at 11:17pm

Waktu sahur kemarin, menjelang masuk waktu subuh, saya masih dalam proses menghabiskan teh tawar yang ada di gelas, teman datang untuk mengisi air minum dari dispenser di gelas yang dia bawa, tetapi tangan yang sebelah kirinya memegang hp dalam posisi di telinganya. Rupanya dia sementara berhp ria dengan seseorang disebrang sana. Terdengar dia bicara :"Mau shalat subuh di masjid ngak?" Mendengar hal itu, karena matanya juga melihat ke saya sambil tersenyum, saya pun candai dia, apalagi saya berfikir bahwa yang dia telepon adalah seorang perempuan, "wah...janjian ketemu di mesjid ya?". Teman saya mengelak dengan mengatakan bahwa teman perempuannya berada jauh dari tempatnya sekarang. mendengar dia bilang begitu saya timpali sambil tertawa:" ya sudah ketemu secara rohani saja di masjid yang berlainan" Dia pun ikut tertawa mendengar saya bilang begitu!

Saya jadi berfikir, dalam beberapa hari ini saya diperlihatkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan puasa terutama yang ada sangkut pautnya dengan anak-anak muda. Di hari pertama sahur, dalam perjalanan menuju masjid terdengar dari kejauhan suara motor yang menderu-deru, tidak hanya satu, kedengarannya mereka sedang berpacu satu sama lainnya. Dua hari berikutnya ketika saya menuju ke lokasi kerja, saya melewati beberapa masjid mulai yang ada di perkotaan maupun yang ada di pedesaan yang sedang melaksanakan shalat tarawih. Rata-rata masjid penuh dengan jamaah tarawih, saya fikir maklum masih di awal-awal ramadhan. Tetapi yang menarik juga bahwa sementara orang-orang shalat tarawih, di jalan juga orang ramai berseliweran dengan memakai pakaian untuk shalat seperti sarung dan kopiah/songkok untuk laki-laki dan mukena untuk perempuan dan kebanyakan anak-anak muda, semakin masuk ke pedesaan yang berseliweran pun masih ada, hanya persentsenya tidak sebanyak di kota. Hingga saya sampai di jembatan di daerah pertambakan dimana rumah-rumah penduduk sudah tidak ada, di sana saya temukan sepasang muda-mudi duduk berduaan di atas motor dengan kondisi masih pakai mukena dan kopiah/songkok di kepala anak muda. Saya tidak tahu apa yang diperbuat di tempat yang sepi dan gelap dengan pakaian seperti itu, di atas motor lagi, apakah sedang melaksanakan shalat tarawih berduaan di atas motor? wah...pertanyaan konyol karena saya hanya melewati saja tidak terlalu memperhatikan secara detail.

Kejadian yang terakhir tadi, mengingatkan saya pada kejadian tahun lalu di bulan puasa juga. Ketika saya pulang dari mengantar kiriman, dan menuju kembali ke lokasi kerja waktu sudah menunjukkan tengah malam menuju ke arah dini hari, tetapi alangkah kagetnya saya ketika memasuki areal pemukiman di suatu desa saya bertemu dengan sekelompok anak muda, klo tidak salah ada 4 orang yang salah satunya perempuan, yang masih memakai mukena, yang sedang duduk2 di pinggir jalan. Ketika saya melewati mereka yang perempuan berusaha menuju wajahnya dengan lembaran mukena dari sorot cahaya lampu. Saya jadi bertanya-tanya loh kok sudah tengah malam begini masih ada anak-anak muda yang berkeliaran apalagi ada perempuan salah satunya. Untuk apa juga anak-anak muda ini duduk-duduk di pinggir jalan di pinggiran desa padahal sudah tengah malam? Apa orangtuanya tidak mencari keberadaan anaknya, padahal sudah lewat tengah malam? berkecamuk pertanyaan lainnya muncul dikepala yang kecil ini?

Usia muda sudah saya jalani beberapa dekade ke belakang, dengan kondisi kebudayaan yang tidak sehebat sekarang ini, kebiasaan di bulan puasa memang menjadi sesuatu yang punya ciri tersendiri, istilah ngabuburit, shalat tarawih bersama hingga jalan-jalan setelah sahur merupakan trend anak-anak muda waktu itu. Sekarang, diperhebat lagi dengan sokongan media eletronik yang bersifat ekonomi kapitalis menampilkan para artis dalam acara ngabuburit, tersedianya mall-mall di penjuru kota, dukungan alat transpostasi setidaknya roda dua yang mengantar anak-anak muda untuk mobilisasi bahkan hingga shalat tarawih yang jauh dari rumah dan tambah lagi menjadikan sebuah hiburan dengan acara kebut-kebutan di waktu pagi sehabis sahur. Belum lagi ekses-ekses lainnya yang sifatnya negatif dari semua kejadian di atas, yang kadang tidak terfikirkan oleh kita semua sebelumnya. mulai dari kecelakaan lalu lintas hingga pergaulan bebas di antara anak-anak muda.

Kejadian-kejadian di atas nampaknya menjadikan puasa dan segala atributnya bukan sebagai suatu perintah dari Allah swt, tapi hanya merupakan sebuah kebiasaan dan rutinitas yang tidak ada maknanya. Peran orangtua atau keluarga menjadi sesuatu yang sangat penting ketika hal ini terjadi atau bahkan sesuatu untuk dihindari. Saya jadi berharap semoga hal-hal seperti di atas tidak terjadi dan dijauhkan kepada 1 putra dan 3 putri saya yang beranjak remaja. Semoga kami sebagai orang tua mampu untuk mengarahkan kepada hal-hal yang sesuai tuntunan-Nya. Rabbi Habli minash Sholihin. (Yaa…Allah, berikanlah/jadikanlah anak-anak kami termasuk anak-anak yang sholeh) amin....

Rabu, 27 Mei 2015

PRAHARA

Setelah beberapa waktu lalu, atas inisiatif dari saya yang luar biasa, kita sepakat untuk berpisah, walau nampak dirimu tidak merelakannya, karena nampak semangat mendekapku pada dirimu juga masih membara dan sungguh luar biasa.

Sehingga akhirnya, hari-hari terakhir ini kamu pun berhasil untuk menguasai diriku kembali, yang membuat diriku merasa tidak nyaman terutama dengan keluargaku sendiri, sementara dirimu terlihat tersenyum penuh kemenangan. Tapi tidak, karena ketidaknyamanan ini yang akan menghambat aktifitasku aku akan tetap melawanmu dan melepaskan dekapanmu padaku!!

Ingat! usahaku pernah berhasil sebelumnya, dan saya yakin itu akan kembali menjadi sebuah kemenanganku, wahai virus....emflu. Mungkin kamu punya varian serangan dengan berbagai tipu daya jenismu, tapi insya Allah itu tidak akan berhasil, wahai virus...emflu! Tunggulah saatnya kamu akan saya smackdown dan Ke-O dengan angka yang telak!!!

Enyahlah....wahai virus emflu!

*Rahmah El Yunusiyyah, Mujahidah tanpa Emansipasi* (Reposting Status Ine Indrawati, FB)

Bunda Humaira

*Rahmah El Yunusiyyah, Mujahidah tanpa Emansipasi*

Di antara para pahlawan Nasional, terdapat sederet nama-nama wanita dari berbagai daerah dan beragam cara berjuangnya. Kalau Cut Nyak Dien dan
Keumalahayati berjuang dengan mengangkat senjata tanpa mendirikan sekolah, sementara Dewi Sartika berjuang dengan mendirikan sekolah tanpa mengangkat senjata. Tapi selain mereka, lihatlah Rahmah El Yunusiyah, yang berjuang dengan mendirikan sekolah sekaligus mengangkat senjata. Dan ia pertaruhkan seluruh jiwa raganya demi agama.

Jilbabnya yang panjang nan lebar melebihi dada selalu dikenakannya, memperlihatkan didikan dan penanaman agama yang sangat kuat pada dirinya. “Kalau saya tidak mulai dari sekarang, maka kaum saya akan tetap terbelakang. Saya harus mulai, dan saya yakin akan banyak pengorbanan dituntut dari diri saya”, kata Rahmah El Yunusiyah suatu hari bertekad.

Ia merasa gelisah ketika melihat perempuan di daerahnya belum mendapatkan pendidikan yang sama seperti yang didapatkan laki-laki, utamanya pendidikan agama. Padahal Islam sendiri tidak pernah membatasi perempuan untuk menuntut ilmu. Ia gelisah, karena kaumnya masih terjerat dengan kebodohan dan ia ingin mengeluarkan kaumnya dari jerat kebodohan melalui pendidikan. Rahmah sadar benar bahwa hanya dengan pendidikan lah, ia bisa memajukan kaumnya dan bisa mengeluarkan kaumnya dari ketertinggalan.

Pelopor Pendidikan Perempuan

Rahmah El Yunusiyah lahir pada tanggal 1 Rajab 1318 Hijriyah atau 20 Desember 1900. Bukit Surungan, Padang Panjang menjadi saksi bahwa dari sanalah calon Mujahidah lahir dan tumbuh. Anak bungsu dari lima bersaudara ini terlahir dari seorang Ayah yang bekerja sebagai Hakim dan ahli Ilmu Falak (astronomi) bernama Muhammad Yunus bin Imanuddin dengan seorang ibu bernama Rafi’ah.

Rahmah kecil telah mendapat pendidikan formal sekolah dasar selama tiga tahun di kota kelahirannya, Padang Panjang. Saat ia berusia 15 tahun, pendidikan bahasa Arab dan Latin ia dapatkan dari Diniyah School (1915) dan dari kedua kakaknya, Zaenuddin Labay dan Muhammad Rasyid. Setiap sore, Rahmah remaja rutin mengaji pada Haji Abdul Karim Amrullah yang merupakan ayah dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau HAMKA di surau Jembatan Besi, Padang Panjang.

Saat berumur 23 tahun, Rahmah nampak sempurna dan begitu istimewa untuk ukuran perempuan seusianya. Keinginan besarnya untuk memajukan keilmuan kaumnya dan mengeluarkan kaumnya dari kebodohan begitu bergelora. Karena bagi Rahmah sendiri, perempuan memiliki peran yang penting dalam kehidupan, utamanya dalam rumah tangga. Karena rumah tangga adalah bagian dari tiang masyarakat dan masyarakat adalah tiang negara. Tentulah ia tidak mau, kaumnya yang mempunyai peran penting dalam tiang negara dan pendidikan anak-anaknya tertinggal dari laki-laki.

Akhirnya pada tanggal 01 November 1923, Rahmah dengan dukungan dari kakaknya, Zaenuddin Labay dan teman-teman perempuannya di PMDS (Persatuan Murid-murid Diniyyah School) memutuskan untuk mendirikan sekolah khusus Perempuan yang dinamai Diniyah School Putri atau Madrasah Diniyah li al-Banat yang bertempat di Masjid Pasar Usang.

Saat itu, muridnya masih berjumlah 71 orang dan terdiri dari ibu-ibu muda, termasuk putri dari Teungku Panglima Polim dan Hajjah Rangkayo Rasuna Said. Pelajaran yang ajarkan yaitu ilmu agama dan tata bahasa Arab, namun belakangan sekolah ini menerapkan pendidikan modern dengan menggabungkan pendidikan agama, pendidikan sekuler dan pendidikan keterampilan.

“Diniyah School Puteri ini selalu akan mengikhtiarkan penerangan agama dan meluaskan kemajuannya kepada perempuan-perempuan yang selama ini susah mendapatkan penerangan agama Islam dengan secukupnya daripada kaum Lelaki…, Inilah yang menyebabkan terjauhnya penerangan perempuan Islam daripada penerangan agamanya sehingga menjadikan kaum perempuan itu rendam karam ke dalam kejahilan”, kata Rahmah.

Tiga tahun kemudian, gempa hebat mengguncang Sumatera Barat pada tahun 1926, bangunan sekolah dan asrama yang baru ia rintis luluh lantak, meski begitu Rahmah tidak menangis, Rahmah langsung bangkit kembali. Dengan susah payah, ia membangun kembali sekolahnya dengan batangan bambu dua lantai berukuran 12×7 m2 dan menghimpun kembali para muridnya.

Namun, rupanya hal itu tidak cukup, bersama pamannya ia menjelajahi Aceh, Sumatera Utara hingga menyebrangi selat malaka untuk mencari bantuan dana ke Malaysia. Ternyata usahanya tidak sia-sia, Rahmah berhasil mengumpulkan dana yang cukup besar, yaitu sekitar 1569 gulden. Kiprahnya dalam memajukan pendidikan bagi perempuan, tidak hanya membangun Diniyyah Putri School, tapi Rahmah juga mempelopori sekolah khusus perempuan.

Pada tahun 1955, Rektor Universitas Al Azhar Kairo, Syaikh Abdurrahman Taj berkunjung ke Diniyyah Putri School, ia tertarik dengan sistem pembelajaran khusus yang ada di sekolah tersebut. Dari sana, ia menimba pengalaman dari sekolah yang didirikan oleh Rahmah. Tidak lama setelah kunjungan tersebut, kampus Islam tertua di dunia itu membuka pendidikan khusus Perempuan yang bernama kulliyyât al-banât. Waktu itu memang, Al Azhar belum memiliki sekolah pendidikan khusus perempuan.

Dari rektor Al Azhar ini pula, pada tahun 1957, Rahmah mendapat gelar Syaikhah, gelar istimewa yang diberikan hanya untuk orang-orang yang ahli dalam bidang tertentu dan menguasai khazanah ilmu-ilmu keislaman. Gelar tersebut setara dengan gelar Syaikh Mahmoud Shaltout, yang merupakan mantan Rektor Al Azhar.

Menolak Kesetaraan Gender

Pada saat Rahmah masih hidup, gelombang dan wacana tentang emansipasi dan kesetaraan gender di Barat masih terus berlanjut. Meski demikian hal ini tidak mempengaruhi sikap dan pemikirannya, ia tetap pada fitrahnya sebagai perempuan. Cicit atau keturunan keempat Rahmah, Fauziah Fauzan El Muhammady pun mengakui hal ini.

“Apa pandangan Bunda Rahmah terhadap emansipasi wanita? Mengacu pada surat an-Nahl ayat 97 bahwa barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman berikan porsi”, kata Fauziah Fauzan, pemimpin Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang.

Meski menentang pembatasan mencari ilmu bagi perempuan, namun Rahmah tidak serta merta menjadi seorang Feminis, hal ini terlihat saat Rahmah mengikuti kongres Kaum Perempuan di Batavia pada tahun 1935, ia mewakili kaum ibu Sumatera Tengah.

Dalam kongres tersebut ia memperjuangkan pemakaian busana perempuan Indonesia yang hendaknya memakai kerudung. Selain itu, dalam kongres tersebut, ia juga berusaha memberikan ciri khas budaya Islam ke dalam kebudayaan Indonesia.

Mujahidah Sejati

Jati dirinya sebagai mujahidah sejati, tetap ia buktikan saat menentang pemerintah Jepang yang kala itu masih menjajah Indonesia, ia dan temannya mendirikan organisasi sosial politik seperti ADI (Anggota Daerah Ibu) Sumatera Tengah, tujuannya untuk menentang pengerahan kaum perempuan Indonesia terutama di Sumatera Tengah sebagai jugun ianfu (perempuan penghibur) tentara Jepang.

Kelompok ini menuntut pemerintah Jepang agar menutup rumah kuning (istilah untuk prostitusi waktu itu) karena tidak sesuai dengan kebudayaan dan agama yang dipeluk oleh bangsa Indonesia. Ternyata tuntutan itu berhasil. Perempuan Indonesia tidak lagi menjadi budak pemuas nafsu seks tentara Jepang. Sebagai gantinya, Jepang mendatangkan perempuan-perempuan dari Singapura dan Korea.

Begitu pun saat masa pemerintahan Soekarno, Rahmah berani dan rela dikucilkan Soekarno, karena menentang kedekatan antara presiden Indonesia pertama ini dengan Komunis. Meski dicap sebagai pemberontak oleh pemerintah pusat saat itu karena bergabung dengan PRRI/PERMESTA, namun Rahmah tidak perduli dan menerima kebencian Soekarno pada dirinya dengan lapang dada.

Tidak cukup berhenti sampai di situ, pada tanggal 12 Oktober 1945, Rahmah mempelopori berdirinya TKR (Tentara Keamanan Rakyat) yang anggotanya berasal dari Gyu Gun Ko En Kai atau Laskar Rakyat. Dapur asrama dan harta miliknya direlakan untuk pembinaan TKR yang rata-rata masih muda usia. Ia tidak hanya terkait dengan BKR, TKR, TRI (kemudian berubah jadi TNI), tetapi juga mengayomi barisan pejuang yang dibentuk organisasi Islam seperti laskar Sabilillah, laskar Hizbullah dan lain-lain. Karena sifatnya yang mengayomi, pemuda-pemuda pejuang kemerdekaan menyebutnya sebagai Bundo Kanduang dari barisan perjuangan.

Pada tahun 1952-1954, Rahmah menjadi anggota Dewan Pimpinan Pusat Masyumi di Jakarta dan terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Sementara untuk periode tahun 1955-1958. Rahmah menghembuskan nafas terakhirnya pada malam Idul Adha, tanggal 26 Februari 1969. Setidaknya ia telah memberikan kita, kaum perempuan, banyak pelajaran, bahwa menjadi pejuang, menjadi seorang Mujahidah, tidak perlu sampai mengorbankan kewajiban kita sebagai Ibu dan Wanita. Cukuplah Khadijah, Aisyah, Khansa dan Rahmah El Yunusiyah sebagai contoh kita bahwa betapa mulianya tugas kita di hadapan-Nya.

Referensi :
Beberapa bahan diambil dari Keterangan langsung Fauziah Fauzan saat mengisi Seminar Kepahlawanan tanggal 10 November 2012 di Universitas Negeri Jakarta.
Dialog Rahmah diambil dari buku Jajat Burhanuddin, Tentang Perempuan Islam : Wacana dan Gerakan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004.
Ahmad Rifa’I, Pahlawan Muslimah tanpa Penghargaan,http://ranahbundo.blogspot.com/
Abdullah Ubaid Matraji, Rahmah El Yunusiyah Pendiri Diniyyah Putri Padang Panjang,http://buyamasoedabidin.blogspot.com/…/rahmah-el-yunusiah-p… Unknown, http://anaksaleh.com/…/70-t…/346-syaikhah-rahmah-el-yunusiah
sumber: thisisgender.com (05)

(FP: Mainstream Media Indonesia)

Minggu, 24 Mei 2015

Sepak terjang Plastik

Sepak terjang yang satu ini sungguh luar biasa dalam kehidupan manusia. Pada awal dan pada umumnya, tujuan sebenarnya untuk mempermudah dan membantu aktifitas manusia dalam kehidupan sehari-hari. Ya, dialah plastik. Saya masih ingat ketika saya masih kecil, masih sekolah di SD, berarti sekitar tahun 70an. Waktu itu saya sedang liburan di kampung nenek, di Garut sana! Bersamaan dengan liburan saya di kampung nenek, datang pula liburan bibi dan emang saya beserta anak-anaknya, yang berarti mereka adalah sepupu saya (kalau di Sulawesi Selatan dikatakan sepupu satu kali di jalur ibu saya, karena bibi saya itu adalah adiknya ibu saya). Bibi sekeluarga datang dari Sumatera, tepatnya di Kijang Pekanbaru. Emang saya kerja di BUMN pertambangan di sana.

Suatu hari Bibi sekeluarga pergi ke pasar kampung, karena banyak belanjaan yang dibeli dan tempat yang dibawa untuk membawa barang belanjaan tidak mencukupi, Bibi saya menyuruh emang dan anak-anaknya untuk membeli kantong plastik! Saya juga heran dengar kata kantong plastik itu, dan kemudian bibi saya juga tersadar dan mengatakan, "mungkin belum ada dijual di sini!" Tetapi kemudian seiring berjalan waktu, kantong plastik sudah menjarah setiap pelosok negeri, membantu dan mempermudah orang untuk membawa barang kemana saja. Dengan berbagai ukuran, warna dan ketebalanannya, kantong plastik bukan lagi barang yang aneh bagi saya saat ini.

Saat ini, plastik sebagai bahan sintetis sudah merambah ke berbagai sisi kehidupan manusia, sehingga kadang istilahnya pun menjadi kacau beliau. Contoh : Kacamata plastik. Kaca tentu konotasinya adalah bahan dari kaca yang bening, berat. tetapi dengan teknologi yang berkembang kacamata bahannya diganti menjadi plastik, seperti yang saya pakai, sehingga tidak terasa berat dan tidak meninggalkan bekas di hidung bagian atas karena menahan beban kacamata. Selain kacamata, plastik juga juga merambah ke dapur, gelas, piring plastik. sendok dan grapu pun ada yang plastik, terutama jika dipakai untuk hal-hal yang sifatnya praktis, misalnya sedang bepergian, nasi kotak/bungkus dan lain-lain.

Untuk penampilan fisik manusia apalagi perempuan ketika tidak puas dengan kondisi wajah yang ada, dulu ada istilah dengan operasi plastik untuk memperindah wajah seperti yang diinginkan. Hidung ingin mancung, dimancungkan dengan operasi plastik he-he.....sehingga ada lelucon, hati-hati yang pernah operasi plastik jangan bermain panas-panasan kena matahari, nanti plastiknya meleleh! Ups.

Bahkan di dunia keuangan, supaya fisik uang khususnya uang kertas, dibikin juga dari plastik. Kita ingat uang kertas dengan nominal 100.000 yang konon dibuat di Australia, terbuat dari plastik. he-he....Uang kertas plastik! Kertas tapi plastik!!! bidang yang lain, kursi plastik, meja plastik, pot plastik, produk-produk makanan dibungkus dengan plastik dan lain sebagainya.

Rasanya kalau kita rekapitulasi barang-barang yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari kita yang terbuat dari plastik akan memakan beberpa lembar halaman. Termasuk daftar yang terakhir ini, yang bikin heboh kita semua adalah BERAS PLASTIK! Kok bisa ya, sesuatu yang di konsumsi oleh manusia dibikin dari plastik! apa pemikirannya sehingga besar dibuat dari plastik, apakah karena limbah plastik yang bejibun setiap hari terbuang percuma tidak bisa dimanfaatkan lagi sehingga muncul seperti itu? Dengan limbah yang sedemikian luar biasanya, boleh jadi mereka berfikir ongkos produksinya rendah!!! Tetapi yang jadi masalah adalah apakah tubuh manusia bisa mencernanya dengan baik? dan Apakah kandungan beras asli bisa digantikan dengan bahan dari plastik?

Dari gembar-gembor yang ada, ternyata beras plastik tidak bisa dikonsumsi manusia bahkan bisa mengakibatkan hal yang berbahaya bagi manusia itu sendiri. Yang jadi pertanyaan saya, kenapa beras plastik itu ada di pasaran di Indonesia. konon katanya beras itu dibuat di China. Kalau benar kenapa sampai di Indonesia. Di sinilah aspek pengawasan kita diobok-obok lagi oleh orang yang ingin mencari keuntungan dengan cara yang tidak benar dengan memanfaatkan pangsa pasar yang luar biasa di Indonesia tercinta ini!!!

Tolonglah....bapak Presiden, bereskan sisi ini sehingga beras sesat, seperti beras plastik ini dan bisa jadi ke depan dalam bentuk yang lain lagi bisa diberantas dengan tuntas tas!!! karena bagaimanapun beras yang berkualitas dan kuantitasnya memadai dengan harga yang terjangkau masyarakat adalah salah satu dari aspek ketahanan pangan!

Hanya sayang, di sisi lain dengan adanya booming plastik entah itu yang baik atau yang buruk, limbahnya pun menjadi luar biasa. Tetapi parahnya, limbah dari plastik adalah limbah yang tidak bisa diuraikan oleh alam, sehingga menjadi beban bagi alam itu sendiri yang akibat terakhirnya akan kembali kepada manusia!

Sabtu, 23 Mei 2015

Berakrab dengan Syeitan

http://news.liputan6.com/read/2237512/gubernur-sulsel-sajikan-ikan-setan-untuk-jokowi

Membaca judul di atas membuat saya tergelitik membaca isi artikel tersebut. Bukan moment dari judul tersebut yang menarik perhatian saya tetapi kata-kata Setan yang tercantum dijudul itu. Kata setan di judul itu disandingkan dengan kata ikan sehingga membuat kata setan sebagai kata menunjukkan status si ikan yaitu nama dari ikan tersebut. Walau setelah saya baca isinya ada nama lain yang disandingkan dengan nama ikan setan tersebut, yaitu ikan escobar. Tetapi yang menjadi pertanyaan saya kenapa ikan itu dinamakan ikan setan? Apakah dari wajahnya yang menyeramkan sehingga membuat takut orang yang melihatnya? Kalau memang seperti itu, pertanyaan berikutnya apakah wajah setan itu memang menyeramkan? siapa yang pernah melihat wajah setan? Atau apakah karena tingkah laku dari ikan ini sehingga dinamakan seperti setan? Pertanyaan lanjutan, tingkah laku yang bagaimana sehingga dikatakan dengan nama ikan setan. Apakah sebagai predator yang ganas, lebih ganas mana dengan ikan hiu? atau sebagai ikan yang selalu mengganggu ketentraman rumah tangga ikan yang lain, atau yang selalu mengganggu keamanan lingkungan di komunitas ikan, atau yang selalu mencuri, residivis hingga teroris di dunia ikan? Semua pertanyaan ini perlu penjelasan sehingga penamaan ikan seperti itu yaitu ikan setan menjadi jelas adanya.

Di lain waktu, ketika saya pulang berjalan kaki menuju rumah dan melewati lorong yang terdapat jejeran rumah petak dimana salah satu rumah petak itu selalu terbuka pintu rumahnya. Pas, berada di depan pintu rumah petak yang terbuka itu anak bungsu dari empunya rumah yang masih berumur sekitar 2 tahun sedang berdiri dengan tangan berpegangan ke papan pembatas yang tingginya sedada anak itu (maksudnya papan pembatas itu adalah supaya anak kecil itu tidak bebas keluar rumah). Biasa kalau sudah bertemu dengan anak itu saya akan bersapa ria atau sekedar menjulurkan tangan kanan untuk meminta tepukan tangan dari dia, "ces dulu dong!" Waktu itu pun hal yang sama saya lakukan dan setelah dia memenuhi permintaan saya dengan pukulan tangan kanannya, dia pun berseru sambil menunjukkan jari-jarinya ke atas di belakang saya, "setan! setan!" Ups! saya agak terkejut sedikit dengan seruannya, yang memaksa saya untuk menengokkan kepala untuk melihat ke arah yang ditunjuk anak kecil itu. Mata saya pun tertumbuk kepada makhluk yang sedang duduk di atas tembok setinggi dua setengah meteran, yang tidak saya sadari saya pun telah melewatinya tadi. Dan makhluk itu adalah anak remaja yang entah kenapa nongkrong sendirian di atas sana pada waktu petang hari yang sudah mulai merambat gelap. Setelah menemukan bukti 'setan' di TKP, saya pun melanjutkan perjalanan saya. Hanya yang menggangu fikiran saya siapa yang mengajarkan anak sekecil itu dengan kosakata setan yang dinisbatkan kepada anak remaja yang sedang duduk-duduk sendirian di tembok pada awal malam? Apakah orang tuanya yang tidak menyetujui tingkah laku anak remaja itu sehingga mengajari anaknya dengan istilah seperti itu? Dengan harapan -mungkin- anaknya kelak tidak bertindak seperti itu!

Kasus orangtua yang melindungi anaknya dari perilaku yang menyimpang atau yang mengkhawatirkan selalu ditakuti-takuti dengan kata-kata, "Awas ada setan!" dengan harapan anaknya tidak jadi melakukan perbuatan itu. Tetapi kata-kata setan ini, saat ini, tidak hanya ditujukan kepada anak-anak kecil saja. Orang-orang remaja atau dewasa pun, dan ini sering kita temukan, suka mengumpat dengan kata-kata -baik serius atau sekedar main-main-, "dasar setan!' kepada orang lain yang tidak menyetujui tingkah lakunya.

Yang lebih luar biasa, kata setan juga pernah kita temukan dalam penamaan produk kuliner dan makanan yang digabungkan dengan kata setan menjadi kuliner yang terkenal di daerah tertentu. Seperti Bakso Setan, bakso yang gedenya sangat buuuesar hingga memenuhi mangkok bakso itu sendiri. Di tempat lain ada juga Mie Setan. Mie yang mempunyai rasa pedas yang sangat nendang! Begitu pula dengan Nasi Goreng Setan, dengan cita rasa yang sama dengan Mie Setan karena rasa penasnya yang di atas rata-rata! Anda semua pernah mencoba kuliner yang disandingkan dengan kata Setan? Kalau saya, dari sekian banyak makanan itu, alhamdulillah belum pernah satu pun merasakannya!! glek!! Mudah-muhanan tidak pernah, karena saya sendiri membayangkan dengan memakan makanan dengan kata setan di belakanganya......saya takut menjadi Setan yang sebenarnya!!! Na'udzubillah min dzalika. Owh, owh......

Tetapi sebenarnya kalau kita kembalikan kepada Al-Quran, bahwa syeitan itu terdiri dari makhluk Jin dan Manusia (Al-Quran surat Annas (114) ayat terakhir) tentu secara fisik belum tentu menakutkan. Syeitan dalam terminologi ke-Islam-an adalah sosok yang bersebrangan dengan Aqidah Islam dan berusaha untuk meruntuhkannya. Tentu kalau begitu, terutama manusia, belum tentu sosoknya sesuatu yang menakutkan, boleh jadi dia adalah sosak yang cantik dan ganteng menurut pandangan manusia, tetapi tidak berada dalam jalur yang benar! Jadi kalau begitu penggunaan kata-kata setan yang disandingkan dengan sesautu yang nyleneh adalah tidak tepat, termasuk dalam penggunaan yang disandingkan dengan makanan! Contoh sederhana, seperti bakso setan, kenapa tidak dinamakan saja Bakso Masya Allah! Wallahu'alam.

Jumat, 22 Mei 2015

TUHAN SEMBILAN SENTI (Taufiq Ismail)

TUHAN SEMBILAN SENTI
Oleh : Taufik Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa
tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai
merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR
merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah kopi
merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik petasan
pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok, di ruang kepala
sekolah ada guru merokok, di kampus mahasiswa merokok, di ruang kuliah
dosen merokok, di rapat POMG orang tua murid merokok, di perpustakaan
kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok, di bis kota sumpek yang berdiri yang
duduk orang bertanding merokok, di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok, di kapal penyeberangan
antar pulau penumpang merokok, di andong Yogya kusirnya merokok, sampai
kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok, tapi
tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di pasar orang merokok, di warung Tegal pengunjung merokok, di restoran di
toko buku orang merokok, di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan abab rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok,

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling
menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di
kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat
penularannya ketimbang HIV-AIDS,

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di
dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu,
bisa ketularan kena,

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok, di apotik yang antri obat
merokok, di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok, di ruang tunggu
dokter pasien merokok, dan ada juga dokter-dokter merokok,

Istirahat main tenis orang merokok, di pinggir lapangan voli orang
merokok, menyandang raket badminton orang merokok, pemain bola PSSI
sembunyi-sembunyi merokok, panitia pertandingan balap mobil, pertandingan
bulutangkis, turnamen sepakbola mengemis-ngemis mencium kaki sponsor
perusahaan rokok,

Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek orang goblok merokok, di
dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok, di
ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok
merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi orang
perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat
merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa. Mereka ulama ahli
hisap. Haasaba, yuhaasibu, hisaaban. Bukan ahli hisab ilmu falak, tapi
ahli hisap rokok. Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip
berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, ke
mana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99
butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka
memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan
tangan kiri. Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul
yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu. Mamnu'ut
tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz. Kyai, ini ruangan
ber-AC penuh. Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i.
Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok. Laa taqtuluu anfusakum.

Min fadhlik, ya ustadz. 25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan. 15
penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan. 4000
zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu 'alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu,
sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama. Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini. Banyak yang
diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu
ujung rokok mereka. Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir. Asap
rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai
terbatuk-batuk,

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120
orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih
dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas, lebih gawat ketimbang
bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korban
narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa
di negara kita, jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan
celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan
indah dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku' dan
sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan
fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap
tuhan-tuhan ini,

Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini



=======

http://www-tribunews.blogspot.com/2015/06/1000-orang-langsung-berhenti-merokok.html

Nyawa yang sudah tidak ada nilainya!

Sebagai seorang yang masih waras tentu kita tidak mau menukar nyawa kita dengan berapa pun nilai nya yang sifatnya keduniawian secara tidak wajar. Hidup adalah anugrah terindah yang diberikan oleh Allah swt kepada manusia, tentu untuk berbakti kepada-Nya. Allah swt pun menyediakan segala fasilitas yang ada di dunia untuk menyempurnakan kebaktian manusia pada-Nya. Kesempurnaan kebaktian manusia pada Allah swt tidak berpatokan kepada harta, jabatan dan status sosial manusia di masyarakat. Apapun kondisi manusia kesempurnaan kebaktian manusia bisa dilakukan, justru semakin kaya seseorang, semakin tinggi jabatan seseorang dan semakin tinggi status sosialnya di masyarakat maka tanggung jawab dan tugasnya semakin besar dalam proses kebaktian itu sendiri.

Seseorang yang kaya raya di masyarakat maka dia mempunyai kewajiban dengan hartanya untuk menginfakkan sebagian hartanya yang bukan haqnya. Kemudian dia pun harus mempergunakan hartanya di jalan yang benar. Begitu pula seseorang yang mempunyai jabatan yang tinggi di Pemerintahan harus mempergunakan jabatannya sesuai amanah yang diberikan sesuai dengan aturan Sang Pemberi Aturan, bukan sebagai seorang raja kecil yang bisa berbuat seenaknya sehingga rakyat hidupnya tertekan akan segala tingkah polahnya hingga kadang untuk proses kebaktian rakyatnya pun mendapatkan hambatan. Seseorang yang mempunyai keturunan terbaik jangan pula merasa bahwa dunia ini adalah miliknya, sehingga berbuat seenaknya terhadap rakyat yang bukan dari kelas yang sama. Padahal di hadapan Allah swt status seseorang tidak menjamin sebagai makhluk yang terbaik. Namun, sebagai rakyat pada umumnya pun mengharuskan dia tidak menerima kondisi begitu saja, selalu tangan menadah dan merasa ingin dikasihani dan ingin selalu diperhatikan oleh yang di atasnya. Justru dengan kondisi duniawi yang pas-pasan sebenarnya tanggung jawab dirinya akan amanat yang diberikan oleh Allah swt tidaklah sebanyak orang yang diberikan kelebihan secara duniawi baik harta maupun jabatan. Kita bersama ketahui sendiri bahwa Rasulullah saw menyatakan bahwa orang-orang yang pertama masuk surga adalah orang-orang yang miskin kondisi duniawinya.

Tetapi walau begitu kita bisa menemukan orang-orang yang dengan sadar berani bertukar nyawa dengan perbuatan yang mereka perbuat, bahkan melawan hukum sekali pun. Baru-baru ini kita melihat dan mendengar sopir truk yang dengan berani membawa barang terlarang (narkoba) dengan iming-iming imbalan 30 juta. Boleh jadi kedengarannya luarbiasa nilai uang juta-jutaan tetapi ketika sudah tertangkap petugas dan boleh jadi dikenakan hukuman yang luar biasa, rasanya angka juta-jutaan sudah tidak luarbiasa lagi bahkan tidak ada artinya lagi. Bagaimana dengan keluarga, siapa lagi yang mau menghidupi mereka? Terus bagaimana dengan nama baik keluarga di mata masyarakat? Jika dia punya anak bagaimana dengan perkembangan kejiwaannya jika ditahu oleh masyarakat bahwa orangtuanya orang yang bermasalah dengan hukum, apalagi narkoba yang merusak bahkan membunuh generasi.

Kasus-kasus seperti banyak kita temui, entah masalahnya ada dimana. Apakah saat ini orang sudah susah mendapatkan pekerjaan. Susah mendapatkan penghasilan yang mencukupi, atau justru mereka ingin mendapatkan harta dengan cara yang singkat walau mereka sadar akan bahayanya. Tetapi kalau kita melihat pendidikan di masyarakat, pengertian tentang pentingnya menghargai nyawa kita sendiri kadang kurang dipahami. contoh sederhana seperti kasus orang yang merokok. Semua orang tahu bahwa merokok itu tidak baik untuk kesehatan bahkan bahayanya yang terkandung di dalam rokok sangat luar biasa banyaknya. Memang sifatnya tidak langsung merusak, tetapi berjalan mengikuti waktu dan kondisi tubuh orang yang merokok itu sendiri. Kemudian di kota-kota besar kita sering temukan anak-anak remaja di kalangan masyarakat menengah ke bawah ditemukan sebagian dari mereka mengisap lem, bahkan di tempat-tempat tertentu mereka melakukannya dengan terang-terangan. Di kalangan menengah ke atas kebiasaan meminum minuman keras seolah seperti gaya hidup, bahkan di kalangan menengah ke bawah karena ketidak mampuan untuk membeli minuman keras yang mahal mereka meminum minuman oplosan yang harganya murah meriah tetapi justru lebih mematikan karena campuran yang dipergunakan adalah alkohol yang dipakai untuk industri bukan untuk minuman. Na'udzubillahi min dzalika.

Dalam agama, khususnya Islam, menghargai kehidupan atau nyawa sangat dikedepankan. Ketika ada orang yang dibunuh maka akan ada hukum qishosh yang diterapkan bagi si pembunuh. Tentu lewat pengadilan yang menerapkan hal itu. Tetapi anehnya, ketika kehidupan atau nyawa yang dihargai oleh Allah swt, justru manusia itu sendiri yang merusaknya bahkan dengan kesadaran yang penuh!

Senin, 18 Mei 2015

kebahagian dan kesedihan, syukur dan tobat!

Sebagai yang berbentuk insan yang sempurna,
sudah selayaknya manusia ketika mendapatkan kebahagiaan mengejawantahkannya dalam bentuk kesyukuran kepada Allah swt,
tidak perlu diekspresikan dengan cara yang berlebih-lebihan yang justru akan mengakibatkan kemudhorotan bagi dirinya atau pun orang lain.

Begitu pula sebaliknya ketika manusia mendapatkan kesedihan atau musibah,
bersabar, bertobat dan mengambil hikmah dari kejadian tersebut,
tidak perlu dilampiaskan dengan penyesalan dan kesedihan yang membabi buta yang justru akan menimbulkan kemudhorotan bagi dirinya dan orang lain di sekitarnya.

Yakinkanlah bahwa kebahagiaan dan kesedihan, kemenangan dan kekalahan, tertawa dan menangis adalah kawan karib manusia yang selalu ada dalam setiap detak jantungnya dan helaan nafasnya.
Yakinkanlah bahwa semuanya itu adalah semata-mata sebagai ujian akan kesempurnaan diri manusia sebagai insan!
Yakinkanlah bahwa kelulusan manusia sebagai insan yang sempurna merupakan tujuan awal dari penciptaan manusia itu sendiri!
dan ketika Keyakinan itu sudah melekat pada diri manusia hakekatnya dia telah meng-Agung-kan Sang Pencipta manusia itu sendiri,
dan berarti dia telah meng-kerdil-kan dan men-campak-kan selain-Nya.

Rabu, 13 Mei 2015

Takdir Barcelona!

Karena tidak menonton siaran langsung, jadi setelah subuh dan kegiatan rutin lainnya saya secepatnya mencari berita online. Berita bombastis pun saya dapatkan di liputan6.com : "Juventus ditakdirkan lolos ke final Liga Champions". Tentu anda akan bertanya bombastisnya dimana? Untuk saya, bombastisnya ada di kata "ditakdirkan". Kata ditakdirkan biasanya diserempetkan dengan urusan agama atau ke-Tuhan-an, sebagai yang menentukan atau mentakdirkan kehidupan manusia.

Urusan takdir adalah urusan yang gaib bagi manusia biasa seperti kita, ya karena itu berurusan dengan apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang, dari mulai sesaat ke depan hingga waktu yang tak terhingga. Karena itu pula takdir berhubungan dengan pilihan dan usaha yang dilakukan manusia. Untuk itulah menjadi menarik, seperti urusan saya untuk mengetahui siapa yang bakal lolos ke final Liga Champions. dan tentu menjadi tidak menarik lagi ketika misalnya saya sudah mengetahui takdir tersebut bahwa juventuslah yang lolos. Tetapi itu akan menjadi lebih menarik ketika tangan Tuhan juga terlibat di dalamnya. Sehingga kadang ada hal-hal yang menurut manusia berlaku hukum yang ada dalam fikiran manusia tetapi hasilnya berbeda dengan hukum tersebut.

Sebagai penggemar Barcelona yang telah lolos terlebih dahulu ke final Liga Champions, saya berharap yang lolos sebagai lawan memang adalah Juventus. Berkaca dari hasil permainan sebelumnya antara Juve dan Real Mardid, demi untuk menjadikan Barca juara Liga Champions, Juve lah yang melumat Real Mardid di semifinal. Dari segi permainan Juve kala itu dan sudah seringnya Barca ketemu Real Mardid dalam el-clasico, saya mencari-cari takdir Barca menjadi juara Liga Champions tahun ini. he-he.....

Jadi akan kah, Allah swt mentakdirkan Barcelona menjadi juara Liga Champions tahun ini? Kita tunggu takdir itu bersama-sama....dengan menonton layanan iklan terlebih dahulu! Iyaaa, yaaaa...............

Bunglon, si chameleon

dibolak-balik juga pasti mentok, apalagi kalau fikiranya sudah salah, mau sembunyi dimana dan atau bagaimanapun belangnya akan ketahuan. bagi orang awam mungkin tidak terlalu jelas penampakannya, tetapi yang punya hati...Ow, Ow, kamu tidak bisa menyalahkan orang itu karena bisa me-ngeker warna mu...wahai....bunglon!!!!

Kita semua tahu, bunglon adalah salah jenis binatang reptil yang cukup terkenal karena oleh Allah swt diberi kemampuan untuk mengubah warna kulit luarnya mengikuti warna tempat dimana dia berada, terutama untuk melindungi diri sebagai kamuflase atau respon terhadap musuh atau kondisi yang membahayakan. Walaupun sebenarnya berubahnya warna kulit bunglon tidaklah hanya untuk itu, untuk menarik perhatian lawan jenisnya bunglon juga akan merubah warnanya. he-he.....persis seperti manusia ya? eh..atau manusia yang meniru bunglon, ketika merasa diri ada dalam bahaya dia berusaha untuk merubah penampilan atau sikap yang menandakan dia orang yang baik, begitu pula untuk menarik perhatian lawan jenis dia akan memakai gaun-gaun yang dia rasa akan menarik perhatian lawan jenisnya! wkwkwkwk....
Yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dari berubahnya warna kulit bunglon untuk kita manusia adalah kemampuan adaptasi terhadap lingkungan. Tetapi bukan berarti bahwa adaptasi yang kita lakukan terhadap lingkungan sesuai dengan keadaan lingkungan tanpa filter yang benar. Adaptasi terhadap lingkungan baru memungkinkan untuk sebuah kebaikan dan kebenaran, baik bagi diri sendiri maupun lingkungan itu sendiri.

Ok! selamat jadi bunglon!

Selasa, 12 Mei 2015

Agama, pengertian dan cakupannya.

Agama dalam arti kata berasal dari bahasa sansekerta yang berarti a artinya tidak dan gama artinya kacau. Jadi arti agama berdasarkan kepada asal kata adalah tidak kacau. Berdasarkan arti ini orang yang beragama seharusnya adalah orang yang tidak kacau dalam perilaku. Dan bisa juga berarti segala aturan yang mengatur supaya tidak kacau berdasarkan arti asal kata bisa dikatakan sebagai agama.

Tetapi berdasarkan istilah, Agama berarti sekumpulan aturan yang diterima oleh akal sehat manusia secara sempurna untuk mencapai kebahagiaan, tentu kebahagiaan jasmani dan rohani. Pada intinya sekumpulan aturan itu berisi tentang perintah dan larangan. Ketaatan seseorang akan agamanya adalah ketaatan dalam melaksanakan perintah dan ketaatan dalam menjauhi larangannya. Kadang ada orang yang salah mengerti dalam hal ini, taat akan perintah tapi larangannya tidak dituruti. Jadi masih campur aduk, padahal dikatakan secara sempurna, tidak setengah-setengah. Contoh sederhana, orang melaksanakan sholat sebagai perintah agama tetapi tetap melakukan minum minuman keras atau berzina padahal itu dilarang oleh agama.

Dalam peristilahan Islam orang yang menolak agama disebut dengan orang kafir. Kemudian orang yang menerima agama tetapi tidak melaksanakan aturan-aturan agama maka dikatakan sebagai orang fasiq. Dan jika ada orang yang menerima agama tetapi sebenarnya tidak menerima dalam hatinya, bahkan cenderung untuk menghalang-halangi bahkan ingin menghancurkan disebut dengan orang munafiq. Nah, jika ada orang yang tidak masuk ketiga kriteria yang telah disebutkan terdahulu maka masuk kategori orang...gila! atau tidak berakal!

Kebahagiaan yang ingin dicapai oleh orang yang beragama adalah kebahagian lahir dan batin, dunia dan akherat. Jadi kalau begitu, bukan kebahagiaan yang berdasarkan kepada banyaknya harta, karena kita melihat berapa banyak orang yang kaya, yang mempunyai saham mayoritas di sebuah perusahaan besar tetapi kadang kita temukan bunuh diri dan depresi. Bukan juga kebahagiaan yang berdasarkan kepada ketenaran atau tersohor, karena kita banyak melihat bintang-bintang film holywood, bollywood hingga korea banyak yang bunuh diri. Begitu pula kebahagiaan yang berdasarkan jabatan atau kedudukan. Berapa banyak orang yang sudah menduduki kedudukan atau jabatan yang tinggi tapi kemudian dipenjara karena kesalahan yang dibuat karena statusnya.

Agama yang benar adalah agama yang memuat sekumpulan aturan yang tidak membatasi atau bahkan melebih-lebihkan akan fitrah manusia itu sendiri. Seperti misalnya pembatasan dimana seseorang yang dalam tingkatan tertentu dalam keimanan tidak boleh menikah. Atau dalam status sosial kemasyarakatan adanya pembatasan dan melebihkan status seseorang yang sifatnya turun temurun. Karena kalau sudah ada pembatasan dan melebih-melebihkan akan fitrah manusia akan ada pertentangan dalam diri manusia itu sendiri.

(disarikan dari ceramah Ustdaz H. Dimas Haryono)

========
Maaf, ikut nebeng, bagi yang mau memenuhi kebutuhan hidupnya klik http://onstore.co.id/s/00367940001


Baca juga : http://mang-emfur.blogspot.co.id/2016/05/apakah-kita-hanya-mau-berpangku-tangan.html

Minggu, 10 Mei 2015

Pidato Ali bin Abi Thalib di Hari Wafatnya Khalifah Abu Bakar ra.

Pidato Ali bin Abi Thalib di Hari Wafatnya Khalifah Abu Bakar
(Re-post dari Majalah Hidayatullah, Ahad, 26 April 2015 - 09:32 WIB)
Semoga Allah meridhoi Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib r.a. dan Amirul Mukminin, Abu Bakar Shiddiq r.a

HUBUNGAN Khalifah Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib dikenal sangat erat. Dalam kitab Nahjul Balaghah, kitab yang diyakini kumpulan pidato Ali, dikatakan bahwa Ali memuji Abu Bakar dan Umar sebagai Khalifah.

Dr. ‘Aidh Al-Qarni dan Dr. Muhammad Al-Hasyimi Al-Hamdi mengutip pidato Ali bin Abi Talib Radhiallahu Anhu di saat meninggalnya Khalifah Umar Bin Khatab;

“Allah merahmatimu wahai Abu Bakar. Engkau adalah orang pertama yang memeluk Islam. Orang yang paling ikhlas dalam beriman. Orang yang paling kuat keyakinan. Orang berada yang paling mulia dan orang yang paling melindungi Rasul Allah. Orang yang dekat dengan Rasul Allah akhlaknya, kemuliaannya, petunjuknya dan karakternya. Semoga Allah memberimu pahala kebaikan atas Islam, Rasul Allah dan kaum muslimin. Engkau membenarkan Rasul Allah saat orang-orang mengingkari. Engkau mendarmakan hartamu saat orang-orang lain kikir. Engkau berdiri bersamanya saat orang-orang lain diam. Allah menamakanmu Shiddiqan (yaitu yang datang dgn membawa kebenaran dan dia membenarkan. Mereka adalah orang-orang yang muttaqun). Orang-orang menginginkan Muhammad dan Muhammad menginginkanmu. Demi Allah engkau adalah benteng Islam dan siksaan bagi kaum kafirin. Hujjah-mu tidak menurun dan nalarmu tidak melemah. Dirimu tidak pernah takut. Engkau bagaikan gunung yang tidak goyah oleh hembusan badai. Engkau seperti halnya sabda Rasul : “Badanmu lemah namun kukuh dalam perintah Allah. Engkau adalah orang yang rendah hati namun mulia dihadapan Allah. Mulia di muka bumi dan besar di hadapan kaum muslimin. Tidak seorangpun di hadapanmu berambisi dan tidak seorangpun meremehkan. Orang yang kuat di hadapanmu lemah sampai engkau mengembalikan hak orang lain dari padanya. Orang yang lemah di hadapanmu kuat sampai engkau mengembalikan haknya. Semoga Allah tidak menjauhkan pahalamu atas kami dan tidak pula Allah menyesatkan kami setelah kepergianmu..”

Semoga Allah meridhoi Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib r.a. dan Amirul Mukminin, Abu Bakar Shiddiq r.a. (Dikutip dari buku ‘Mawaddah Ahlu Al-Bait ‘inda Ahli Al-Sunnah’ oleh Dr. ‘Aidh Al-Qarni dan Dr. Muhammad Al-Hasyimi Al-Hamdi).

========


Maaf, ikut nebeng, bagi yang mau memenuhi kebutuhan hidupnya klik http://onstore.co.id/s/00367940001


Baca juga : http://mang-emfur.blogspot.co.id/2016/05/apakah-kita-hanya-mau-berpangku-tangan.html

Sabtu, 09 Mei 2015

Perpisahan / Penamatan SMK

Dalam episode kekinian rasanya sulit untuk dikatakan perpisahan dalam arti yang sebenarnya kecuali setelah nyawa terlepas dari raganya. apalagi teknologi yang ada -yang kemungkinan masih akan dan terus berkembang- yang memungkinkan antar sesama manusia untuk saling berhubungan walau terpisah jarak dan tempat. ada berbagai media sosial yang bisa menghubungkan silaturrahim di antara sesama.

Yang ada adalah meretasnya ikatan yang kita alami selama ini, yang berhubungan dengan proses administrasi maupun status sosial. Dan itu pun, yaitu meretasnya sebuah ikatan, justru akan memasuki ikatan yang lain. sederhananya dulu sebagai siswa sekarang sudah menjadi mantan siswa, di masyarakat mungkin jadi kakak dan adik atau menjadi anggota masyarakat seperti yang lainnya, bahkan yang lebih heboh lagi misalnya ada yang berlanjut kepada ikatan yang lebih kuat lagi yaitu melalui jalur ka-u-a sebagai sebuah pasangan yang akan mewarnai kehidupan bermasyarakat. atau lebih luar biasanya karena kemampuan seseorang akan menjadi bos atau pejabat bagi yang lainnya, termasuk guru sekalipun.

Intinya dari perpisahan karena meretasnya ikatan selama ini adalah untuk mengantar kita semua, khususnya yang dulunya siswa untuk menjadi manusia yang paripurna sesuai kapasitasnya, terlepas apakah dia melanjutkan menjadi mahasiswa, pegawai atau pekerja, ibu dan bapak rumah tangga. Walau boleh jadi pendidikan yang diberikan belumlah sesempurna yang diharapkan karena segala keterbatasan para pendidik. Untuk itu saya pribadi memohon maaf jika selama ini belum maksimal mentranfer nilai-nilai yang positif dan luhur untuk mengantarkan kalian menuju tingkatan sosial yang lebih tinggi lagi. Namun begitu saya yakin, bahwa niat yang baik dan kemauan yang kuat dari kalian semua untuk menjadi seseorang yang orang lain akan melihat keberadaan kalian dengan rasa bangga dan nilai yang terpuji. apalagi kalau semua itu diikatkan kepada kekuatan Yang Maha Kuasa. kalau tu sudah kalian dapatkan tidak ada kata sulit dalam kehidupan ini. Insya Allah.

Selamat Jalan, Selamat menapakan kaki di belantara kehidupan dan menyongsong kehidupan dengan senyum dan rasa keyakinan yang tinggi. SMK bisaaaaa!!!!

Sabtu, 02 Mei 2015

Anda termasuk generasi mana?

Pilih yang mana atau anda berada di posisi mana? :
(1) Generasi Penerus
(2) Generasi Terus menerus
(3) Generasi Menunggu Terus.

(1) Generasi Penerus, generasi yang meneruskan generasi di atasnya.
(2) Generasi Terus Menerus, generasi yang terus di atas tidak mau turun lengser ke bawah. Mereka meninkmati posisinya hingga sepuasnya tanpa memikirkan masalah kebersamaan dan rasa keadilan. Kadang merasa diri lebih mampu dan orang lain tidak mampu.
(3) Generasi Menunggu Terus, generasi yang terus menunggu yang di atas untuk turun lengser ke bawah. Bagi yang ambisius maka akan gigit jari dan rasa yang mendongkol kelewat batas alias frustasi melihat yang di atas tidak mau lengser-lengser.

Kalau saya sih generasi emas, yaitu generasi yang selalu mencari peluang emas untuk kehidupan yang berkilau "emas", kini dan kemudian! Insya Allah. he-he.....