ﺍﻋﻮﺫ ﺑﺎﷲ ﻤﻦ ﺍﻠﺸﻴـﻄﺎﻦ ﺍﻟﺮﺠﻴــﻢ
ﺒﺴـــﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤﻦ ﺍﻠﺮﺤﻴــﻢ
ﻴﺎﻴﮭﺎﺍﻠﺬﻴﻦﺍﻤﻧﻭﺍﺍﻄﻴﻌﻭﺍﷲﻭﺍﻄﻴﻌﻭﺍﺍﻠﺭﺴﻭﻝﻭﻻﺘﺒﻂﻠﻭﺍﺍﻋﻤﺎﻠﻜﻢ
Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan janganlah kamu merusakkan segala amalmu. (Al-Quran Surat Muhammad ayat 33)
Setelah sebulan penuh, di bulan Ramadhan, bulan dimana diwajibkan atas kita untuk berpuasa yang dirangkaikan kepada kita kewajiban zakat fitri, bulan dimana limpahan rahmat, barokah, pahala yang dilipat gandakan oleh Allah swt dibandingkan bulan-bulan lainnya, sehingga dengan sekemampuan maksimal kita, kita raih dengan ibadah-ibadah lainnya. Tadarus al-quran, shalat-shalat sunat termasuk shalat tarawih/lail, infaq shodaqoh, I’tikaf, zakat harta dan lain-lainnya. Yang itu semua merupakan pengejawantahan dari perintah Allah swt dalam ayat di atas, taatlah kepada Allah dan kepada kepada Rasul.
Kini bulan Syawal telah tiba yang dimulai dengan hari ‘idul fitri sebagai hari kemenangan atas apa yang telah kita laksanakan sekemampuan kita di bulan ramadhan. Kalau kita melihat dari rangkaian waktu yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Syawal adalah bulan peningkatan, Zulqo’dah adalah masa persiapan fisik dan mental bagi yang mendapatkan undangan atau panggilan Allah swt untuk melaksanakan ibadah Haji di bulan Zulhijjah yang merupakan puncak kenikmatan ibadah, yang seharusnya sekembalinya dari tanah suci Mekkah tidak hanya menyandang title haji saja tapi juga siap menjadi ujung tombak dalam dakwah dan ibadah, tidak hanya untuk dirinya tapi juga di masyarakat sekitarnya, sehingga bulan Muharram dan seterusnya adalah bulan-bulan perjuangan menjadi tentara-tentara Allah swt dalam menegakkan Islam di muka bumi ini.
Namun, terlepas seseorang mendapatkan atau tidak mendapatkan undangan atau panggilan Allah swt dalam melaksanakan ibadah haji, Allah swt dalam ayat diatas menyatakan janganlah kamu merusak amal-amal kamu. Setelah usaha kita di bulan ramadhan, tentunya sangat disayangkan kalau itu semua kita rusak lagi dengan kelakuan kita yang tidak sesuai dengan perintah Allah swt dan Rasulullah saw. Sudah berapa kali kita melaksanakan puasa di bulan Ramadhan, sayang kalau kita tidak bisa berubah atau ada peningkatan.
Salah satu usaha untuk tidak merusakan amalan kita, selain dari menjauhi larangan-larangan Allah swt adalah pelihara rasa malu. Rasulullah saw menyatakan bahwa malu itu sebagian dari pada iman. Bayangkan bagaimana orang yang tidak mempunyai rasa malu. Allah swt dan Rasulullah saw hanya dijadikan sebagai stempel saja. Setelah itu mereka tidak akan malu kepada sesama manusia. Kelakuan-kelakuan yang tidak sesuai dengan ajaran agama mereka anggap biasa saja. Apalagi jika diperparah dengan kondisi ternyata lingkungan pun tidak memberikan reaksi negative atas tingkah laku yang bertentangan dengan ajaran agama. Na’uzubillahi min dzalik.
…..
…..
“Ya, Allah, ampunilah kami atas dosa-dosa kami, dan tingkah laku kami yang melampui batas dalm urusan kami, dan teguhkanlah kami, dan tolonglah kami dari orang-orang yang tertutup hatinya.