Rabu, 28 April 2010

ajaran yang "asing"

HAJI SANUSI, PANGGILANNYA, NAMA LENGKAPNYA SAYA SENDIRI KURANG BEGITU TAHU. PENSIUNAN PEGAWAI NEGERI, YANG SAYA KENAL DI PENGAJIAN FIQIH YANG BIASA SAYA HADIRI. BEBERAPA KALI TERAKHIR KETEMU, DAN ITU WAKTUNYA SUDAH DEMIKIAN LAMA, SELALU MENGAJAK SAYA UNTUK MENGHADIRI PENGAJIAN TAFSIR AL-QURAN DI MASJID LAIN YANG SELALU BELIAU HADIRI. DAN SAYA SELALU MENJAWAB INSYA ALLAH.

SEBENARNYA DULU PERNAH SAYA HADIRI PENGAJIAN TAFSIR TERSEBUT, BAHKAN SAYA TIDAK INGIN MELEWATKANNYA. TETAPI SEJAK PAK KIAINYA MENINGAL DAN PENGGANTINYA YANG JUGA SAYA KAGUMI (ORANGNYA MASIH MUDA DAN BUTA TETAPI HAFAL AL-QURAN DAN KITAB-KITAB YANG MASYHUR) PINDAH KE LUAR KOTA, KEMUDIAN PENGAJIANNYA BERHENTI LAMA.

RUPANYA PENGGANTI UNTUK PENGAJIAN TAFSIR TERSEBUT SUDAH ADA DAN PAK HAJI SANUSI KALAU KETEMU SAYA SELALU BILANG PAK USTADZNYA BAGUS SEPERTI PENDAHULUNYA. HANYA MEMANG HARI DIMANA PENGAJIAN ITU DILAKSANAKAN SELALU BERBENTURAN DENGAN KEGIATAN SAYA ATAU KADANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT SAYA SENDIRI YAITU LUPA.

TAPI HARI ITU PENYAKIT LUPA SAYA, COBA SAYA LAWAN KARENA MEMANG TIDAK ADA KEGIATAN LAIN, SEHINGGA MENJELANG MAGHRIB SAYA SIAP-SIAP UNTUK BERANGKAT KE MASJID DIMANA PENGAJIAN TAFSIR AL-QURAN ITU DIADAKAN. WAH…TERNYATA KENDALA LAINNYA ADALAH SAYA HARUS MENUNGGU DULU MOTOR YANG AKAN SAYA PAKAI KARENA DIPAKAI ISTRI SAYA MENGAJAR MEMBACA AL-QURAN DI KOMPLEKS SEBELAH. SAYA LUPA UNTUK MENYAMPAIKAN RENCANA SAYA SIANG HARINYA UNTUK MENGHADIRI PENGAJIAN TERSEBUT. JADI AKHIRNYA SAYA HARUS TERBURU-BURU KE MASJID YANG DI MAKSUD. SAMPAI DISANA, SAYA TERLAMBAT 1 RAKAAT DAN BERADA DI SHAF KE DUA. DENGAN LEBAR MASJID SEPERTI MASJID ITU BISA MEMUAT 35-40 ORANG SATU SHAFNYA.

HANYA SAYANG, DAN MUNGKIN INI PENYAKIT DI HAMPIR ACARA SEPERTI INI –TENTUNYA DENGAN BERBAGAI ALASAN, PENGAJIAN NYA HANYA DIHADIRI KURANG DARI SEPULUH ORANG. PADAHAL MATERI DAN PENYAJIAN PAK USTADZ CUKUP MENARIK BAGI SAYA. DALAM HADIST RIWAYAT MUSLIM DIKATAKAN: “……..SIAPA YANG BERUSAHA MENCARI ILMU, ALLAH SWT MEMUDAHKAN BAGINYA JALAN KE SURGA. BILA SUATU KAUM BERKUMPUL DI SALAH SATU RUMAH ALLAH (MASJID), LALU MEREKA MEMBACA KITABULLAH DAN MEMPELAJARINYA SESAMA MEREKA, DITURUNKAN KEPADA MEREKA KETENANGAN DAN DISELUBUNGI MEREKA DENGAN RAHMAT. MEREKA DI KERUMUNI OLEH PARA MALAIKAT, DAN ALLAH MENYEBUT-NYEBUT MEREKA DENGAN BANGGA KEPADA ORANG-ORANG YANG DI DEKAT-NYA. SEDANGKAN ORANG YANG LALAI BERAMAL, IA TIDAK AKAN DAPAT MENGEJAR KETINGGALANNYA DENGAN GELAR KEBANGSAWANANNYA.” (DARI BUKU TERJEMAHAN HADIST SHAHIH MUSLIM JILID IV HALAMAN 263 PENERBIT “WIJAYA” JAKARTA)


TULISAN KALI INI TIDAK AKAN MEMBAHAS INTI SARI PENGAJIANNYA, WALAUPUN ADA BEBERAPA POINT YANG MENJADI CATATAN UNTUK SAYA YANG SELAMA INI SAYA BELUM TAHU. TETAPI YANG INGIN SAYA CATAT DISINI ADALAH INTI OBROLAN SAYA DENGAN PAK H. SANUSI SETELAH PENGAJIAN ITU SELESAI YANG DISAMBUNG DENGAN SHALAT ISYA BERJAMAAH.

RUPANYA PAK H. SANUSI BARU PULANG DARI UMRAH. BELIAU BANYAK BERCERITA SELAMA PERGI UMRAH TERSEBUT, TERUTAMA YANG BERHUBUNGAN DENGAN MASALAH IBADAH YANG BIASA KITA LAKUKAN SEHARI-HARI, YAITU IBADAH SHALAT. MEMANG KAMI INI YANG SELALU MENGIKUTI PENGAJIAN SELALU MENCARI CARA IBADAH YANG BENAR YANG BERSANDARKAN KEPADA HADIST YANG SHOHIH, BUKAN HANYA SEKEDAR ASAL ADA HADISTNYA. SEPERTI SLOGANNYA USTADZ YUSUF MANSUR “BENAHIN YANG WAJIB HIDUPKAN YANG SUNNAH”.

BAGAIMANAPUN PAK H. SANUSI MENGAMATI CARA IBADAH SHALAT DI MEKKAH DAN MADINAH KARENA DARI PAK KIAI DINFORMASIKAN BAHWA DI MEKKAH DAN MADINAH PARA ULAMANYA TIDAK TERGANTUNG KEPADA PENDAPAT SALAH SATU MAHZAB YANG ADA YANG SELAMA INI DIPAKAI SEBAGIAN PARA ULAMA TETAPI KEPADA HADIST YANG SHOHIH YANG MENDEKATI KEBENARAN AL-QURAN DAN SUNNAH RASULULLAH SAW. SAYA MENJADI TERINGAT JUGA PADA HADIST :”DARI IBNU ‘UMAR RA., DARI NABI SAW. SABDANYA : “SESUNGGUHNYA ISLAM ITU MULA-MULANYA ASING DAN AKAN KEMBALI ASING BAGAI SEMULA. DIA AKAN KEMBALI KEPADA DUA MASJID SEBAGAIMANA ULAR KEMBALI KE SARANGNYA.” (HR. MUSLIM, (DARI BUKU TERJEMAHAN HADIST SHAHIH MUSLIM JILID I HALAMAN 70 PENERBIT “WIJAYA” JAKARTA) APAKAH PENGERTIAN DARI HADIST ITU BAHWA NILAI DAN CARA IBADAH YANG BENAR AKAN TERPELIHARA DI DUA MASJID ITU, YAITU MASJIDIL HARAM DAN MASJID NABAWI. ITU PERLU SAYA TANYAKAN LEBIH LANJUT.

ADA POINT YANG MENARIK DARI CERITA PAK H. SANUSI, BAHWA DI SANA ITU KALAU KITA SHALAT BERJAMAAH TIDAK AKAN TERLEPAS DARI SHAF YANG LURUS DAN RAPAT. KALAU ADA SHAF YANG TIDAK LURUS MAKA ORANG ARAB DI SANA AKAN MENYURUH KITA UNTUK MAJU ATAU MUNDUR MELURUSKAN SHAF KITA. BEGITU PULA DENGAN RAPATNYA SHALAT BERJAMAAH. ADA LONGGAR SEDIKIT MAKA ORANG DARI BELAKANG AKAN LANGSUNG MASUK DI ANTARA SHAF YANG LONGGAR TERSEBUT. UNTUK YANG SATU INI PAK H. SANUSI SAMPAI MENGATAKAN BAHWA KITA TIDAK BISA UNTUK MELAKUKAN DUDUK TAWARUK PADA DUDUK TAHIYAT AKHIR SEPERTI YANG SELAMA INI KITA LAKUKAN. SEHINGGA DUDUK TAHIYAT AKHIR DILAKUKAN DENGAN CARA IFTIRASY SEPERTI DUDUK TAHIYAT AWAL ATAU DUDUK PADA ROKAAT KEDUA.

MENGENAI DUA HAL INI, LURUS DAN RAPATNYA SHAF, SAYA JUGA SANGAT PRIHATIN KALAU MELIHAT SHALAT JAMAAH DI MASJID-MASJID DI SINI. APAKAH MEREKA, JAMAAH TIDAK MENGETAHUI DALILNYA. TETAPI IMAM KADANG MENYAMPAIKAN KEPADA MAKMUM UNTUK MELURUSKAN DAN MERAPATKAN SHAF, TETAPI IMAM JUGA KADANG HANYA SEKEDAR MENYAMPAIKAN TIDAK MEMBERI KOMANDO UNTUK MELURUSKAN DAN MERAPATKAN SHAF. YANG MENJADI LEBIH PARAH, SAYA PERNAH MENEMUKAN BAHWA SHAFNYA YANG RAPAT BUKANNYA MAKMUM TETAPI SAJADAH YANG LEBAR-LEBAR DARI MASING-MASING MAKMUM. MASYA ALLAH. PADAHAL SAYA LIHAT KARENA WAKTU ITU SAYA DALAM POSISI MASBUK, TERLAMBAT, PARA MAKMUMNYA ADALAH HAJI-HAJI, MASJIDNYA BAGUS DAN BESAR. DAN WAKTU ITU ADALAH SHALAT SUBUH. JADI JAMA’AH INI ADALAH ORANG-ORANG PILIHAN YANG BIASA DATANG SHALAT BERJAMA’AH KE MASJID. WAKTU ITU SAYA SEDIH DAN TIDAK TAHAN UNTUK BERLAMA-LAMA DI MASJID ITU.

HAL YANG KURANG MENGENAKAN JUGA PERNAH SAYA ALAMI KETIKA SHALAT SUBUH DI SUATU MASJID DI LUAR KOTA KARENA SAYA DALAM PERJALANAN. MASJIDNYA CUKUP BESAR TAPI JAMA’AH SUBUH WAKTU ITU KURANG DARI SEPULUH ORANG. SHAF JUGA TIDAK RAPAT KARENA YANG RAPAT ADALAH SAJADAH DARI MASING-MASING JAMA’AH. SAYA YANG MENGAMBIL TEMPAT PALING PINGGIR, WAKTU ITU SEBELAH KIRI IMAM DAN SAYA TIDAK MEMBAWA SAJADAH JADI SAYA RAPATKAN DIRI SAYA KE PAK HAJI DI SEBELAH KANAN SAYA YANG SECARA OTOMATIS KAKI KANAN SAYA MENGINJAK SAJADAHNYA. SAYA SENDIRI MERASA SUNGKAN UNTUK MENGINJAK SAJADAH ITU TAPI KARENA PERINTAHNYA BEGITU YA…SAYA LAKUKAN SEPERTI ITU. SETELAH SELESAI SHALAT DAN BERDOA DIANTARA JAMA’AH DAN IMAM SALING BERSALAMAN, TERNYATA JAMA’AH DISEBELAH KANAN SAYA TIDAK MAU TERIMA TANGAN SAYA UNTUK SALAMAN. SAYA JUGA TIDAK ADA MASALAH DENGAN ITU, HANYA SANAGAT DISAYANGKAN KALAU BELIAU TIDAK MAU SALAMAN KARENA SAYA RAPAT DENGAN DIA DAN MENGINJAK SAJADAHNYA.

SEMOGA KITA SEMUA INI MENJADI MUTTABI’ YANG MENGERTI DASAR-DASAR HUKUM IBADAH KITA SEHINGGA KITA MENJADI UMMAT RASULULLAH SAW YANG TERBAIK. YANG TIDAK MENJADIKAN AJARAN RASULULLAH SAW SESUATU YANG ASING BAGI KITA. AMIN.


ﺍﻋﻮﺫ ﺑﺎﷲ ﻤﻦ ﺍﻠﺸﻴـﻄﺎﻦ ﺍﻟﺮﺠﻴــﻢ
ﺒﺴـــﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤﻦ ﺍﻠﺮﺤﻴــﻢ

لَقَدْكَانَ لَكُمْ فِي رَسُوْلِ اﷲِاُسْوَةُحَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوْا اﷲَ وَالْيَوْمَ
الْاٰخِرَ وَذَكَرَاﷲَكَثِيْرًَا

“SUNGGUH, TELAH ADA PADA (DIRI) RASULULLAH ITU SURI TAULADAN YANG BAIK BAGIMU (YAITU) BAGI ORANG-ORANG YANG MENGHARAPKAN (RAHMAT) ALLAHDAN (KEDATANGAN) HARI KIAMAT DAN YANG BANYAK MENGINGAT ALLAH” (AL-AHZAB : 21)

HADIST NO 387
DARI ANAS BIN MALIK RA., KATANYA RASULULLAH SAW BERSABDA: “LURUSKAN SHAF KAMU, KARENA SHAF YANG LURUS TERMASUK SHALAT YANG SEMPURNA.”
(DARI BUKU TERJEMAHAN HADIST SHAHIH MUSLIM JILID I HALAMAN 232 PENERBIT “WIJAYA” JAKARTA)

HADIST NO 383
DARI JABIR BIN SAMURAH RA. KATANYA : “………..KEMUDIAN BELIAU (MAKSUDNYA : RASULULLAH) MENDATANGI KAMI PULA, BERSABDA; “MENGAPA ANDA TIDAK MEMBUAT SHAF (BERBARIS) SEPERTI SHAF MALAIKAT DI HADAPAN TUHANNYA?”. TANYA KAMI, “BAGAIMANA CARANYA SHAF MALAIKAT DI HADAPAN TUHANNYA?” JAWAB BELIAU, “MEREKA PENUHI LEBIH DAHULU SHAF PERTAMA, DAN MEREKA RAPATKAN BARISAN MEREKA.”
(DARI BUKU TERJEMAHAN HADIST SHAHIH MUSLIM JILID I HALAMAN 220 PENERBIT “WIJAYA” JAKARTA)

Tidak ada komentar: