PROPOSAL
PEMBANGUNAN MUSHALA
AL-FURQON
DUSUN PARENGKI DESA TASIWALIE KECAMATAN SUPPA
KABUPATEN PINRANG
2009
I. PENDAHULUAN
Kata Masjid, berasal dari bahasa Arab yang artinya berdasarkan tatabahasa adalah tempat sujud. Sedangkan arti menurut peristilahan adalah suatu bangunan tempat umat Islam beribadah. Di Indonesia istilah lain untuk Masjid yang biasanya diklasifikasikan besarnya bangunan dan fungsinya adalah Mushala, yang artinya menurut tata bahasa adalah tempat shalat.
Masjid, dalam perjalanan sejarah perjuangan dan perkembangan Islam menempati posisi yang sangat penting. Begitu pentingnya tentang kedudukan dan peranan Masjid diperlihatkan langsung oleh Rasulullah saw. sendiri ketika beliau baru pertama kali menginjakan kakinya di kota Madinah dalam perjalanan hijrahnya dari kota Makkah. Rasulullah saw. mengintruksikan untuk membangun Masjid sebagai suatu tempat yang merupakan pusat dari segala kegiatan umat Islam baik yang sifatnya ibadah maupun yang sifatnya sosial kemasyarakatan. Dalam proses pembangunan fisik Masjid, Rasulullah saw. pun aktif ikut terlibat di dalamnya.
Allah swt. berfirman dalam surat At-Taubah ayat 109 yang artinya :”…Sungguh, Masjid yang didirikan atas dasar taqwa, sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih”.
Untuk itu sebagai suatu tempat yang merupakan pusat dari segala kegiatan umat Islam, keberadaan Masjid di tengah masayarakat sangat dibutuhkan sekali sehingga menjadi suatu kewajiban bagi umat Islam untuk mendirikannya. Seseorang yang dengan dasar taqwa mendirikan atau membangun Masjid Allah swt akan memberikan balasan atau pahala yang sangat luar biasa, sebagaimana yang diungkapkan dalam hadits yang artinya :”Ubaidillah Al khaulani r.a. mendengar ucapan Usman bin ‘Affan tentang ucapan orang terhadapnya ketika membangun Masjid Rasulullah saw., katanya, “Sesungguhnya anda banyak mengatakan yang bukan-bukan, sedangkan aku mendengar Nabi saw. bersabda : “Barangsiapa yang membangun Masjid (kata Bukair, aku kira dia juga menyebutku, karena mengharap wajah Allah), niscaya Allah membuatkan pula baginya di surga, bangunan seperti itu.” (HR. Bukhari. Diambil dari Buku : Terjemah Hadits Shahih Bukhari. Jilid 1 hal 164 hadits no 266. Penerbit “Widjaya” Jakarta)
Di hadist riwayat Muslim :”Dari Muhammad bin Labid ra. katanya: “Ketika ‘Usman bin ‘Affan bermaksud hendak merombak Masjid (Madinah), orang banyak tidak setuju. Mereka lebih suka membiarkannya sebagaimana adanya. Maka berkata ‘Usman, bahwa dia mendengar Rasulullah saw. bersabda :”Siapa membangun Masjid karena Allah, maka Allah membuatkan pula baginya rumah seperti itu di surga.” (Diambil dari Buku : Terjemah Hadits Shahih Muslim. Jilid 4 hal 395 hadits no. 2054. Penerbit “Widjaya” Jakarta)
Walaupun fungsi Masjid saat ini tidak seperti di zaman Rasulullah saw. keberadaan Masjid di tengah masyarakat diharapkan akan meningkatkan kehidupan beragama di tempat tersebut. Hal yang sederhana, dengan aktivitas shalat berjamaah di lima waktu shalat wajib, tidak saja akan mendapatkan nilai pahala berjamaah dan pahala memakmurkan Masjid dari aspek ibadahnya bagi yang melaksanakannya tetapi juga akan semakin mempererat tali ukhuwah Islamiyah di tengah masyarakat tersebut sehingga ikatan sosial yang terbangun akan semakin kuat dan kokoh. Ikatan sosial yang kuat dan kokoh sudah tentu akan efektif untuk membendung penyakit sosial yang akan terjadi di masyarakat tersebut.
Dengan keberadaan Masjid di tengah masyarakat diharapkan juga aspek pendidikan agama terhadap generasi penerus tercipta dalam bentuk seperti TPA (Taman Pendidikan Al-Quran), yang akan menghilangkan buta huruf terhadap Al-Quran. Dan tentunya kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya positif dan syariah.
Dengan kebaikan-kebaikan yang disebutkan di atas (yang sebenarnya masih banyak lagi) sangatlah wajar jika Allah swt. memberikan apresiasi atau penghargaan yang sangat luarbiasa kepada seseorang yang dengan dasar taqwa membangun Masjid di dunia ini.
II. MUSHALA – PARENGKI
Parengki adalah nama dusun yang terletak di desa Tasiwalie kec. Suppa kab. Pinrang provinsi Sulawesi Selatan. Kurang lebih berjarak 170 km dari kota Makassar sebagai ibu kota provinsi. Dari jalan poros Makassar – Pinrang, kurang lebih berjarak 7 km ke arah Barat, mendekati garis pantai. Dsn Parengki sendiri berada di sepanjang garis pantai selat Makassar. Sebenarnya di dsn Parengki sudah ada Masjid yang berada di dekat perbatasan dusun. Tetapi masyarakat yang berada di tengah dusun merasa terlalu jauh untuk pergi ke Masjid yang ada. Atas kebaikan salah satu warga yang mewakafkan tanahnya dan juga kerinduan masyarakat sekitar untuk shalat wajib berjamaah. Maka dimulailah gerakan untuk membangun Mushala berukuran 10 x 11 meter, yang kemudian disepakati bernama Mushala Al-Furqon.
Furqon dalam bahasa arab berarti pembeda. Furqon juga nama lain untuk Al-Quran, bahkan diabadikan juga sebagai nama salah satu surat dalam Al-Quran. Sesuai dengan Al-Quran sebagai pedoman hidup kaum Muslimin, yang membedakan antara haq dan bathil. Perintah dan larangan. Yang benar dan yang salah. Mushala Al-Furqon diharapkan menjadikan jiwa dalam perilaku jamaahnya sesuai dengan tuntunan Allah swt melalui Rasul-Nya, nabi Muhammad saw.
Untuk membangun Mushala Al-Furqon yang telah direncanakan dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Untuk mempercepat penyelesaian pembangunan Mushala tersebut disamping mengandalkan potensi dari masyarakat sekitar, panitia pembangunan berusaha untuk menghimpun dana dari berbagai sumber lintas daerah. Untuk itu kami berharap kepada para umat Islam di mana pun berada yang dimudahkan Allah swt dalam masalah rizki, lahan untuk beramal (berinfaq) telah tersedia dan terbuka. Insya Allah, seperti janji Allah dalam Hadits Shahih riwayat Bukhari dan Muslim di atas akan terwujud bagi yang menginfaqkan hartanya untuk membangun Mushala di dusun Parengki ini.
Allah swt. berfirman dalam surat An-Nahl ayat 97 yang artinya :” Barangsiapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami berikan balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.
Allah swt. juga berfirman dalam surat Al-Munafiqun ayat 10 yang artinya :”Dan infaqkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematianku) sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh”
III. BIAYA-BIAYA YANG DIBUTUHKAN.
Biaya-biaya yang dibutuhkan berdasarkan perincian dari tukang yang kami percayakan untuk membangun Mushalla adalah sebagai berikut :
1. Pondasi dan rangka bangunan,
1. Batu gunung 10 kubik x Rp. 80.000,00 = Rp. 800.000,00
2. Batu merah 9500 bj x Rp. 400,00 = 3.800.000,00
3. Kerikil 4 kubik x Rp. 180.000,00 = 720.000,00
4. Pasir 18 kubik x Rp. 60.000,00 = 1.080.000,00
5. Semen 85 zak x Rp. 49.000,00 = 4.165.000,00
6. Besi 10 mm 60 btng x Rp. 50.000,00 = 3.000.000,00
7. Besi 6 mm 30 btng x Rp. 20.000,00 = 600.000,00
8. Kawat beton 10 kg x Rp. 20.000,00 = 200.000,00
9. Ongkos kerja = 7.425.000,00
Jumlah = Rp. 21.790.000,00
2. Plasteran dinding
1. Pasir 6 kubik x Rp. 60.000,00 = Rp. 360.000,00
2. Semen 42 zak x Rp. 49.000,00 = 2.058.000,00
3. Plamur 6 zak x Rp. 55.000,00 = 330.000,00
4. Ongkos kerja = 4.680.000,00
Jumlah = Rp. 7.428.000,00
3. Lantai
1. Timbunan 5 truk x Rp. 300.000,00 = Rp. 1.500.000,00
2. Keramik 117 dos x Rp. 40.000,00 = 4.680.000,00
3. Semen 20 zak x Rp. 49.000,00 = 980.000,00
4. Pasir 6 kubik x Rp. 60.000,00 = 360.000,00
5. Semen keramik 5 kg x Rp. 12.000,00 = 60.000,00
6. Ongkos kerja = 2.340.000,00
Jumlah = Rp. 9.920.000,00
4. Atap dan kusen Jumlah = Rp. 17.500.000,00
5. Cat dan kaca Jumlah = Rp. 3.000.000,00
Jumlah total 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = Rp. 59.638.000,00
Biaya-biaya tak terduga 10% dari jumlah total = 5.963.800,00
T o t a l = Rp. 62.501.800,00
(Enam puluh dua juta lima ratus satu ribu delapan ratus rp.)
IV. SUSUNAN PANITIA
PELINDUNG DAN PENASEHAT : Ka. Desa Tasiwalie
Ppn Desa Tasiwalie
PANITIA PELAKSANA :
1. Ketua : M. F. Ramdani
2. Wakil Ketua : H. Suaib
3. Sekretaris : Abdul Rahman S.Pi
4. Wakil Sekretaris : P. Fahruddin
5. Bendahara : Sulaeman, A.MPi
6. Seksi Dana : H. Abd. Hafid
7. Seksi Dakwah : Palantai
8. Seksi Pembangunan : Abd. Hafid
9. Seksi Humas : Husain Ali
Selasa, 24 Februari 2009
Minggu, 22 Februari 2009
generasi, nenek moyang dan islam
DARI MILIST ALUMNI, SALAH SATU TEMAN MENGIRIMKAN SATU ARTIKEL YANG BERISI TENTANG BEBERAPA PERILAKU DARI UMAT ISLAM YANG BIASA DILAKUKAN YANG SEBENARNYA BUKAN BERASAL DARI AJARAN ISLAM. BEBERAPA POINT ISINYA BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN MASYARAKAT YANG BIASA DISEBUT JUGA DENGAN TRADISI. TRADISI INI MERUPAKAN SUATU WARISAN DARI ORANG-ORANG TUA KITA ATAU ISTILAH LAIN DISEBUT NENEK MOYANG YANG KADANG TANPA KITA TAHU BENAR ATAU SALAHNYA, KITA KEMBALI MELAKUKAN KEBIASAAN TERSEBUT.
UNTUK ORANG-ORANG YANG BERSANDARKAN HIDUPNYA KEPADA AJARAN AGAMA, DALAM HAL INI AGAMA ISLAM, KADANG MENEMUKAN PERBENTURAN NILAI MANAKALA SETELAH DILAKUKAN PENELITIAN BAHWA KEBIASAAN MASYARAKAT TERSEBUT BERTENTANGAN DENGAN KEYAKINANNYA. LEBIH JAUH LAGI AKIBAT DARI PERBENTURAN NILAI YANG ADA PADA DIRI ORANG TERSEBUT AKAN MEREMBET SECARA HORIZONTAL DENGAN MASYARAKAT YANG MASIH MELAKUKAN HAL TERSEBUT, BAHKAN BOLEH JADI MASYARAKAT ITU ADALAH KELUARGA DEKAT DAN KAUM KERABATNYA.
SEBENARNYA ADAT ISTIADAT ATAU TRADISI MENEMPATI PORSI YANG PENTING DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT BAHKAN DALAM SUATU PENERAPAN HUKUM, ADAT ISTIADAT ATAU TRADISI MASYARAKAT KERAP DIJADIKAN DASAR UNTUK MENETAPKAN SUATU KEPUTUSAN HUKUM POSITIF. HANYA SAMPAI SEJAUH MANA ADAT ISTIADAT ATAU TRADISI DALAM MASYARAKAT TERSEBUT BISA BERJALAN BERDAMPINGAN DENGAN NILAI-NILAI AGAMA.
KALAU KITA MENGANALISA MUNCULNYA TRADISI ADALAH DARI SUATU PERILAKU ELITE MASYARAKAT (PEMIMPIN DAN ATAU KAUM ROHANIAWAN) ATAS DASAR KEYAKINANNYA YANG KEMUDIAN DILEGIMITASI ANGGOTA MASYARAKATNYA YANG SETERUSNYA DILAKUKAN SECARA BERULANG DAN MEREGERASI. NAMUN KADANG DALAM PERKEMBANGANNYA SESUATU YANG BERASASKAN SUATU KEYAKINAN YANG BENAR LAMBAT LAUN SEJALAN DENGAN ALUR WAKTU BIASANYA DENGAN ALASAN MERASA LEBIH BAIK MELENCENG DARI NILAI KEYAKINAN YANG AWAL. UNTUK KASUS SEPERTI INI DALAM PANDANGAN ISLAM, ALLAH AKAN KEMBALI MENGUTUS RASUL DAN NABINYA UNTUK MEREFORMASI KEYAKINAN MASYARAKAT KEMBALI KEPADA YANG BENAR DAN TENTUNYA PERILAKU DAN TRADISI YANG BENAR PULA.
UNTUK SAAT INI, BOLEH JADI KETIKA TRADISI ITU SUDAH KEMBALI MELENCENG DARI YANG SEBENARNYA ALLAH TIDAK AKAN MENGUTUS RASUL ATAU NABI UNTUK MEREFORMASI KEYAKINAN DAN TRADISI TERSEBUT. HAL ITU BERHUBUNGAN DENGAN RASUL TERAKHIR YANG DIUTUS OLEH ALLAH ADALAH NABI MUHAMMAD SAW. ALLAH SWT HANYA MENYEDIAKAN MEDIA ATAU ALAT UNTUK MANUSIA SEBAGAI PEGANGAN YANG BENAR YANG DIJAMIN OLEH ALLAH TIDAK AKAN PERNAH BERUBAH SECARA TEKSTUALNYA YAITU AL-QURAN. KEWAJIBAN ULAMA-LAH YANG BERGELAR PEWARIS KENABIAN YANG BERHAK MENJABARKAN MAKSUD DAN TUJUAN YANG SEBENARNYA DARI MISI YANG DIBAWA OLEH NABI MUHAMMAD SAW SEHINGGA TIDAK TERJADI SUATU PENYELEWENGAN KEYAKINAN YANG NANTINYA AKAN BERAKIBAT FATAL DI DUNIA DAN AKHERAT NANTI.
YANG MENJADI MASALAH LAIN ADALAH SUATU KENYATAAN BAHWA ULAMA ADALAH MANUSIA BIASA. DENGAN SEGALA KETERBATASANNYA, APAKAH ITU ILMU, APAKAH ITU KEBUTUHAN HIDUP, APAKAH ITU KEDUDUKAN ATAU JABATAN, YANG MENGAKIBATKAN ADA ULAMA YANG BUKAN PEWARIS NABI. SEHINGGA MUNCUL SUATU PERTENTANGAN YANG TERJADI DIANTARA PARA ULAMA SENDIRI. AKIBAT LEBIH LUAS TENTUNYA PERTENTANGAN ITU TERJADI JUGA DI MASYARAKAT AWAM SEPERTI KITA, SETIDAKNYA DALAM PEMIKIRAN DAN PERILAKU.
SEBENARNYA TUGAS KITA MASYARAKAT PADA UMUMNYA HARUS MELIHAT PERTENTANGAN ITU DENGAN FIKIRAN JERNIH DAN NIAT YANG IKHLAS. JANGAN HANYA KARENA KETERIKATAN EMOSIONAL, KEKERABATAN ATAU KEDUDUKAN SEHINGGA KITA MENUTUP MATA DENGAN SESUATU YANG SIFATNYA BERLAWANAN. KITA HARUS MELIHAT PERTAMA BAHWA PERIODE WAKTU DENGAN KEHIDUPAN NABI MUHAMMAD SAW SUDAH DEMIKIAN LAMA. DAN KEDUA BAHWA MUSUH-MUSUH ISLAM AKAN SELALU MENCOBA MENGHANCURKAN ISLAM DENGAN BERBAGAI CARA BAHKAN DENGAN CARA DARI DALAM ISLAM ITU SENDIRI. UNTUK ITU KITA JANGAN MENUTUP DIRI DENGAN PENDAPAT ORANG YANG MENYATAKAN BAHWA TRADISI KITA SALAH SECARA AGAMA. KITA PERLU TELITI LEBIH JAUH DAN PUTUSKAN DENGAN ARIF. IRFAN S. AWWAS SALAH SATU PETINGGI MAJELIS MUJAHIDIN MENYATAKAN BAHWA 3 BERHALA YANG MENGHALANGI BERDIRINYA SYARIAT ISLAM ADALAH (1) BERHALA HAWA NAFSU, (2) BERHALA TRADISI NENEK MOYANG DAN (3) ADALAH BERHALA DEMOKRASI, YANG MENYATAKAN SUARA YANG TERBANYAK ADALAH SUARA YANG BENAR.
BERBICARA MASALAH GENERASI DAN TRADISI DI DALAM AL-QURAN ALLAH BERFIRMAN YANG ARTINYA : DAN APABILA DIKATAKAN KEPADA MEREKA, “IKUTILAH APA YANG TELAH DITURUNKAN ALLAH.” MEREKA MENJAWAB, “(TIDAK!) KAMI MENGIKUTI APA YANG KAMI DAPATI PADA NENEK MOYANG KAMI (MELAKUKANNYA)”. PADAHAL NENEK MOYANG MEREKA ITU TIDAK MENGETAHUI APA PUN, DAN TIDAK MENDAPAT PETUNJUK. (2:170)
DI LAIN AYAT ALLAH MENGGAMBARKAN SITUASI PERTENTANGAN ANTARA GENERASI YANG TERDAHULU DAN YANG BELAKANGAN DI DALAM NERAKA SEPERTI DIFIRMANKAN ALLAH DALAM SURAT AL-‘ARAAF AYAT 38-39 YANG ARTINYA :ALLAH BERFIRMAN , “MASUKLAH KAMU KE DALAM API NERAKA BERSAMA GOLONGAN JIN DAN MANUSIA YANG TELAH LEBIH DAHULU DARI KAMU. SETIAP KALI SUATU UMAT MASUK, DIA MELAKNAT SAUDARANYA, SEHINGGA APABILA MEREKA TELAH MASUK SEMUANYA, BERKATALAH ORANG YANG (MASUK) BELAKANGAN (KEPADA) ORANG YANG (MASUK) TERLEBIH DAHULU, “YA TUHAN KAMI, MEREKA TELAH MENYESATKAN KAMI. DATANGKANLAH SIKSAAN API NERAKA YANG BERLIPAT GANDA KEPADA MEREKA” ALLAH BERFIRMAN, “MASING-MASING MENDAPATKAN (SIKSAAN) YANG BERLIPAT GANDA, TETAPI KAMU TIDAK MENGETAHUI .
DAN ORANG YANG (MASUK) TERLEBIH DAHULU BERKATA KEPADA YANG (MASUK) BELAKANGAN, “KAMU TIDAK MEMPUNYAI KELEBIHAN SEDIKITPUN ATAS KAMI. MAKA RASAKANLAH AZAB ITU KARENA PERBUATAN YANG TELAH KAMU LAKUKAN.
ALLAH SWT TETAP MENYIKSA ORANG-ORANG YANG BELAKANGAN KARENA TIDAK MEMIKIRKAN BENAR ATAU TIDAKNYA APA YANG DILAKUKAN OLEH ORANG YANG TERDAHULU. BAHKAN SESUATU YANG DIBUNGKUS SECARA AGAMAPUN KITA HARUS KRITISI TERLEBIH DAHULU. JANGAN-JANGAN WALAU DENGAN DALIH AGAMA TETAPI SUDAH MELENCENG DARI JALUR YANG BENAR. FIRMAN ALLAH YANG ARTINYA : DAN APABILA MEREKA MELAKUKAN PERBUATAN KEJI, MEREKA BERKATA, “KAMI MENDAPATI NENEK MOYANG KAMI MELAKUKAN YANG DEMIKIAN, DAN ALLAH MENYURUH KAMI MENGERJAKANNYA.” KATAKANLAH, ”SESUNGGUHNYA ALLAH TIDAK PERNAH MENYURUH BERBUAT KEJI. MENGAPA KAMU MEMBICARAKAN TENTANG ALLAH APA YANG KAMU TIDAK KETAHUI.?” (7:28)
NABI MUHAMMAD SAW SENDIRI PERNAH MENYATAKAN BAHWA AJARAN ISLAM AKAN KEMBALI MENJADI SESUATU YANG ANEH BAGI ORANG ISLAM SENDIRI. SECARA KUANTITAS BARANGKALI UMAT ISLAM ZAMAN SEKARANG BERLIPAT-LIPAT JUMLAHNYA DIBANDINGKAN KETIKA ZAMAN RAULULLAH SAW DAHULU, TETAPI SECARA KUALITAS BOLEH JADI SANGAT JAUH DIBANDINGKAN ZAMAN RASULULLAH SAW. DALAM HADIST RIWAYAT MUSLIM : DARI ABU HURAERAH R.A. KATANYA. RASULULLAH SAW. BERSABDA : “ISLAM PADA MULANYA ASING, DAN AKAN KEMBALI ASING SEPERTI SEMULA. MAKA BERBAHAGIALAH KIRANYA YANG TERASING. (DALAM SYARAH AN-NAWAWI DIKATAKAN BERBAHAGIALAH ORANG TERASING (ISLAM) ITU.)
DISINILAH SIKAP KEHATI-HATIAN KITA AKAN JUMLAH UMAT ISLAM YANG BANYAK. KITA BERHARAP BAHWA UMAT ISLAM YANG BANYAK SEBANDING JUGA DENGAN KUALITAS YANG BAIK. SEHINGGA KITA BISA SALING BAHU MEMBAHU UNTUK MENEGAKKAN AGAMA ALLAH DIMUKA BUMI INI. DAN TENTUNYA ADALAH KITA MEWARISKAN SUATU TRADISI YANG BENAR KEPADA GENERASI YANG AKAN DATANG YANG BERDASARKAN KEPADA KEYAKINAN YANG BENAR. INSYAALLAH. JANGAN SAMPAI APA YANG DIGAMBARKAN ALLAH DALAM AL-QURAN YANG ARTINYA :”DAN JIKA KAMU MENGIKUTI KEBANYAKAN MANUSIA DI MUKA BUMI INI, NISCAYA MEREKA AKAN MENYESATKANMU DARI JALAN ALLAH. YANG MEREKA IKUTI HANYA PERSANGKAAN BELAKA DAN MEREKA HANYA MEMBUAT KEBOHONGAN. (6:116)
WALLAHU ‘ALAM BISH SHOWAB
UNTUK ORANG-ORANG YANG BERSANDARKAN HIDUPNYA KEPADA AJARAN AGAMA, DALAM HAL INI AGAMA ISLAM, KADANG MENEMUKAN PERBENTURAN NILAI MANAKALA SETELAH DILAKUKAN PENELITIAN BAHWA KEBIASAAN MASYARAKAT TERSEBUT BERTENTANGAN DENGAN KEYAKINANNYA. LEBIH JAUH LAGI AKIBAT DARI PERBENTURAN NILAI YANG ADA PADA DIRI ORANG TERSEBUT AKAN MEREMBET SECARA HORIZONTAL DENGAN MASYARAKAT YANG MASIH MELAKUKAN HAL TERSEBUT, BAHKAN BOLEH JADI MASYARAKAT ITU ADALAH KELUARGA DEKAT DAN KAUM KERABATNYA.
SEBENARNYA ADAT ISTIADAT ATAU TRADISI MENEMPATI PORSI YANG PENTING DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT BAHKAN DALAM SUATU PENERAPAN HUKUM, ADAT ISTIADAT ATAU TRADISI MASYARAKAT KERAP DIJADIKAN DASAR UNTUK MENETAPKAN SUATU KEPUTUSAN HUKUM POSITIF. HANYA SAMPAI SEJAUH MANA ADAT ISTIADAT ATAU TRADISI DALAM MASYARAKAT TERSEBUT BISA BERJALAN BERDAMPINGAN DENGAN NILAI-NILAI AGAMA.
KALAU KITA MENGANALISA MUNCULNYA TRADISI ADALAH DARI SUATU PERILAKU ELITE MASYARAKAT (PEMIMPIN DAN ATAU KAUM ROHANIAWAN) ATAS DASAR KEYAKINANNYA YANG KEMUDIAN DILEGIMITASI ANGGOTA MASYARAKATNYA YANG SETERUSNYA DILAKUKAN SECARA BERULANG DAN MEREGERASI. NAMUN KADANG DALAM PERKEMBANGANNYA SESUATU YANG BERASASKAN SUATU KEYAKINAN YANG BENAR LAMBAT LAUN SEJALAN DENGAN ALUR WAKTU BIASANYA DENGAN ALASAN MERASA LEBIH BAIK MELENCENG DARI NILAI KEYAKINAN YANG AWAL. UNTUK KASUS SEPERTI INI DALAM PANDANGAN ISLAM, ALLAH AKAN KEMBALI MENGUTUS RASUL DAN NABINYA UNTUK MEREFORMASI KEYAKINAN MASYARAKAT KEMBALI KEPADA YANG BENAR DAN TENTUNYA PERILAKU DAN TRADISI YANG BENAR PULA.
UNTUK SAAT INI, BOLEH JADI KETIKA TRADISI ITU SUDAH KEMBALI MELENCENG DARI YANG SEBENARNYA ALLAH TIDAK AKAN MENGUTUS RASUL ATAU NABI UNTUK MEREFORMASI KEYAKINAN DAN TRADISI TERSEBUT. HAL ITU BERHUBUNGAN DENGAN RASUL TERAKHIR YANG DIUTUS OLEH ALLAH ADALAH NABI MUHAMMAD SAW. ALLAH SWT HANYA MENYEDIAKAN MEDIA ATAU ALAT UNTUK MANUSIA SEBAGAI PEGANGAN YANG BENAR YANG DIJAMIN OLEH ALLAH TIDAK AKAN PERNAH BERUBAH SECARA TEKSTUALNYA YAITU AL-QURAN. KEWAJIBAN ULAMA-LAH YANG BERGELAR PEWARIS KENABIAN YANG BERHAK MENJABARKAN MAKSUD DAN TUJUAN YANG SEBENARNYA DARI MISI YANG DIBAWA OLEH NABI MUHAMMAD SAW SEHINGGA TIDAK TERJADI SUATU PENYELEWENGAN KEYAKINAN YANG NANTINYA AKAN BERAKIBAT FATAL DI DUNIA DAN AKHERAT NANTI.
YANG MENJADI MASALAH LAIN ADALAH SUATU KENYATAAN BAHWA ULAMA ADALAH MANUSIA BIASA. DENGAN SEGALA KETERBATASANNYA, APAKAH ITU ILMU, APAKAH ITU KEBUTUHAN HIDUP, APAKAH ITU KEDUDUKAN ATAU JABATAN, YANG MENGAKIBATKAN ADA ULAMA YANG BUKAN PEWARIS NABI. SEHINGGA MUNCUL SUATU PERTENTANGAN YANG TERJADI DIANTARA PARA ULAMA SENDIRI. AKIBAT LEBIH LUAS TENTUNYA PERTENTANGAN ITU TERJADI JUGA DI MASYARAKAT AWAM SEPERTI KITA, SETIDAKNYA DALAM PEMIKIRAN DAN PERILAKU.
SEBENARNYA TUGAS KITA MASYARAKAT PADA UMUMNYA HARUS MELIHAT PERTENTANGAN ITU DENGAN FIKIRAN JERNIH DAN NIAT YANG IKHLAS. JANGAN HANYA KARENA KETERIKATAN EMOSIONAL, KEKERABATAN ATAU KEDUDUKAN SEHINGGA KITA MENUTUP MATA DENGAN SESUATU YANG SIFATNYA BERLAWANAN. KITA HARUS MELIHAT PERTAMA BAHWA PERIODE WAKTU DENGAN KEHIDUPAN NABI MUHAMMAD SAW SUDAH DEMIKIAN LAMA. DAN KEDUA BAHWA MUSUH-MUSUH ISLAM AKAN SELALU MENCOBA MENGHANCURKAN ISLAM DENGAN BERBAGAI CARA BAHKAN DENGAN CARA DARI DALAM ISLAM ITU SENDIRI. UNTUK ITU KITA JANGAN MENUTUP DIRI DENGAN PENDAPAT ORANG YANG MENYATAKAN BAHWA TRADISI KITA SALAH SECARA AGAMA. KITA PERLU TELITI LEBIH JAUH DAN PUTUSKAN DENGAN ARIF. IRFAN S. AWWAS SALAH SATU PETINGGI MAJELIS MUJAHIDIN MENYATAKAN BAHWA 3 BERHALA YANG MENGHALANGI BERDIRINYA SYARIAT ISLAM ADALAH (1) BERHALA HAWA NAFSU, (2) BERHALA TRADISI NENEK MOYANG DAN (3) ADALAH BERHALA DEMOKRASI, YANG MENYATAKAN SUARA YANG TERBANYAK ADALAH SUARA YANG BENAR.
BERBICARA MASALAH GENERASI DAN TRADISI DI DALAM AL-QURAN ALLAH BERFIRMAN YANG ARTINYA : DAN APABILA DIKATAKAN KEPADA MEREKA, “IKUTILAH APA YANG TELAH DITURUNKAN ALLAH.” MEREKA MENJAWAB, “(TIDAK!) KAMI MENGIKUTI APA YANG KAMI DAPATI PADA NENEK MOYANG KAMI (MELAKUKANNYA)”. PADAHAL NENEK MOYANG MEREKA ITU TIDAK MENGETAHUI APA PUN, DAN TIDAK MENDAPAT PETUNJUK. (2:170)
DI LAIN AYAT ALLAH MENGGAMBARKAN SITUASI PERTENTANGAN ANTARA GENERASI YANG TERDAHULU DAN YANG BELAKANGAN DI DALAM NERAKA SEPERTI DIFIRMANKAN ALLAH DALAM SURAT AL-‘ARAAF AYAT 38-39 YANG ARTINYA :ALLAH BERFIRMAN , “MASUKLAH KAMU KE DALAM API NERAKA BERSAMA GOLONGAN JIN DAN MANUSIA YANG TELAH LEBIH DAHULU DARI KAMU. SETIAP KALI SUATU UMAT MASUK, DIA MELAKNAT SAUDARANYA, SEHINGGA APABILA MEREKA TELAH MASUK SEMUANYA, BERKATALAH ORANG YANG (MASUK) BELAKANGAN (KEPADA) ORANG YANG (MASUK) TERLEBIH DAHULU, “YA TUHAN KAMI, MEREKA TELAH MENYESATKAN KAMI. DATANGKANLAH SIKSAAN API NERAKA YANG BERLIPAT GANDA KEPADA MEREKA” ALLAH BERFIRMAN, “MASING-MASING MENDAPATKAN (SIKSAAN) YANG BERLIPAT GANDA, TETAPI KAMU TIDAK MENGETAHUI .
DAN ORANG YANG (MASUK) TERLEBIH DAHULU BERKATA KEPADA YANG (MASUK) BELAKANGAN, “KAMU TIDAK MEMPUNYAI KELEBIHAN SEDIKITPUN ATAS KAMI. MAKA RASAKANLAH AZAB ITU KARENA PERBUATAN YANG TELAH KAMU LAKUKAN.
ALLAH SWT TETAP MENYIKSA ORANG-ORANG YANG BELAKANGAN KARENA TIDAK MEMIKIRKAN BENAR ATAU TIDAKNYA APA YANG DILAKUKAN OLEH ORANG YANG TERDAHULU. BAHKAN SESUATU YANG DIBUNGKUS SECARA AGAMAPUN KITA HARUS KRITISI TERLEBIH DAHULU. JANGAN-JANGAN WALAU DENGAN DALIH AGAMA TETAPI SUDAH MELENCENG DARI JALUR YANG BENAR. FIRMAN ALLAH YANG ARTINYA : DAN APABILA MEREKA MELAKUKAN PERBUATAN KEJI, MEREKA BERKATA, “KAMI MENDAPATI NENEK MOYANG KAMI MELAKUKAN YANG DEMIKIAN, DAN ALLAH MENYURUH KAMI MENGERJAKANNYA.” KATAKANLAH, ”SESUNGGUHNYA ALLAH TIDAK PERNAH MENYURUH BERBUAT KEJI. MENGAPA KAMU MEMBICARAKAN TENTANG ALLAH APA YANG KAMU TIDAK KETAHUI.?” (7:28)
NABI MUHAMMAD SAW SENDIRI PERNAH MENYATAKAN BAHWA AJARAN ISLAM AKAN KEMBALI MENJADI SESUATU YANG ANEH BAGI ORANG ISLAM SENDIRI. SECARA KUANTITAS BARANGKALI UMAT ISLAM ZAMAN SEKARANG BERLIPAT-LIPAT JUMLAHNYA DIBANDINGKAN KETIKA ZAMAN RAULULLAH SAW DAHULU, TETAPI SECARA KUALITAS BOLEH JADI SANGAT JAUH DIBANDINGKAN ZAMAN RASULULLAH SAW. DALAM HADIST RIWAYAT MUSLIM : DARI ABU HURAERAH R.A. KATANYA. RASULULLAH SAW. BERSABDA : “ISLAM PADA MULANYA ASING, DAN AKAN KEMBALI ASING SEPERTI SEMULA. MAKA BERBAHAGIALAH KIRANYA YANG TERASING. (DALAM SYARAH AN-NAWAWI DIKATAKAN BERBAHAGIALAH ORANG TERASING (ISLAM) ITU.)
DISINILAH SIKAP KEHATI-HATIAN KITA AKAN JUMLAH UMAT ISLAM YANG BANYAK. KITA BERHARAP BAHWA UMAT ISLAM YANG BANYAK SEBANDING JUGA DENGAN KUALITAS YANG BAIK. SEHINGGA KITA BISA SALING BAHU MEMBAHU UNTUK MENEGAKKAN AGAMA ALLAH DIMUKA BUMI INI. DAN TENTUNYA ADALAH KITA MEWARISKAN SUATU TRADISI YANG BENAR KEPADA GENERASI YANG AKAN DATANG YANG BERDASARKAN KEPADA KEYAKINAN YANG BENAR. INSYAALLAH. JANGAN SAMPAI APA YANG DIGAMBARKAN ALLAH DALAM AL-QURAN YANG ARTINYA :”DAN JIKA KAMU MENGIKUTI KEBANYAKAN MANUSIA DI MUKA BUMI INI, NISCAYA MEREKA AKAN MENYESATKANMU DARI JALAN ALLAH. YANG MEREKA IKUTI HANYA PERSANGKAAN BELAKA DAN MEREKA HANYA MEMBUAT KEBOHONGAN. (6:116)
WALLAHU ‘ALAM BISH SHOWAB
Langganan:
Postingan (Atom)