Dulu-dulu, kalau tahun baru masehi tiba saya biasanya tidak kemana-mana, lebih banyak di rumah. Waktu masih muda sekali pernah satu dua kali dengan teman keluar rumah, tapi tidak sampai pagi. Pernah juga sewaktu masih di bandung, diajak sepupu pergi keluar rumah menuju pusat kota kemudian nonton midnight di bioskop tapi justru sewaktu di bioskop saya tertidur pulas (kursi empuk dan ber AC, hhmmmm). Seiring waktu dan pemahaman bertambah, tahun baru masehi saya menganggapnya biasa saja bahkan seperti tadi malam tidur seperti biasanya.
Di awal tadi malam hujan mengguyur cukup deras tapi itu sifatnya sementara, karena kadang berhenti dan kadang kemudian hujan lagi. Sebagian jamaah di masjid sewaktu ngobrol antara maghrib dan isya, menyatakan semoga hujan terus sehingga tidak ada perayaan tahun baru, tidak ada yang membakar petasan dan kembang api. Saya juga mengiyakan tetapi saya kasih catatan bahwa tahun lalu juga awalnya hujan tetapi kemudian sekitar satu jam menjelang pertengahan malam hujan berhenti sehingga mereka mulai menyalakan petasan dan kembang api, bahkan saya katakan lebih baik tidak hujan supaya jelas yang membedakan mana yang merayakan dan mana yang tidak. Bagaimana dalam pandangan kita setiap sesuatu adalah cobaan/ujian bagi kita, kita mau ikut yang mana, sehingga kita dituntut untuk terus berfikir dengan baik.
Kemudian saya terbangun karena ledakan suara kembang api dan kemungkinan arang bekas mesiunya mengenai atap rumah yang terbuat dari seng sehingga jelas terdengar. Saya lihat jam, waktu masih menunjukkan jam 11.30 malam berarti masih 30 menit ke waktu tengah malam tapi suara petasan dan kembang sudah sangat ribut bersahutan, dan kedengarannya dekat sekali, boleh jadi dari komplek di belakang rumah yang memang kelompok orang kaya, tetapi di depan rumah suara anak-anak kecil pun terdengar ramai berarti mereka pun ikut meramaikannya, tentu dengan menyalakan petasan dan kembang api yang sama. Hiks. Walau begitu saya tetap usahakan untuk tidur lagi.
Menjelang subuh, masih terdengar suara-suara menggelegar dari alat yang bisa membuat suara seperti petasan besar. Dan itu terasa dekat sekali, saya berfikir pasti anak-anak remaja di depan rumah yang begadang sampai pagi. Saya pun bersiap untuk pergi ke masjid. Ternyata benar, ketika saya buka pintu pagar beberapa anak remaja masih nongkrong di sisi ujung jalan. yaaahhh....kasihan yang di depan rumah ada nenek-nenek dan yang satu lagi ada orangtuanya datang dari kampung tentu sangat capai di perjalanan. Istirahatnya terganggu dengan suara letusan tadi.
Sesampainya di Masjid, suasana tidak seperti biasanya, ini terlihat sepi. Entahlah....apakah ini efek dari tahun baru? Hingga qomat dikumandangkan, shaf hanya satu baris yaitu sekitar 25 orang, padahal biar hujan sekalipun masjid kami masih dapat 2 sampai 3 shaf laki-laki. Cuaca tidak hujan, suara letusan sampai subuh masih terdengar yang membantu orang untuk terbangun, entahlah..... Astaghfirullahal'adzim.
Semoga kita tetap bisa istiqomah dan husnul khotimal. amin.
"Dan Dialah yang menidurkan kamu pada malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari. Kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur yang telah ditetapkan. Kemudian kepadanya tempat kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Dan Dialah Penguasa mutlak atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila kematian datang kepada salah seorang di antara kamu, malaikat-malaikat Kami mencabut nyawanya, dan mereka tidak melalaikan tugasnya,
Kemudian mereka (hamba-hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah bahwa segala hukum (pada hari itu) ada padanya. Dan Dialah pembuat perhitungan yang paling cepat."
(Al-Quran surat Al-An'am (6) ayat 60-62)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar