Di awal tahun ini, yang
seharusnya memberikan harapan baru bagi semua manusia untuk menjadi lebih baik dalam
kehidupannya setidaknya di tahun 2017 ini, ternyata membawa bencana bagi
seluruh penduduk pulau Tanakeke. Kehidupan
pulau yang dibatasi dengan lautan yang membentang memutus jarak terhadap sumber
ekonomi, bahkan sosial politik, yang hanya bisa dihubungkan dengan layanan transporasi
laut kecil, yang dikenal dengan jolloro, yang bisa memuat orang dan kebutuhan
hidup mereka di pulau.
Jarak
tempuh berkisar 20 km (tergantung dusun yang akan dituju) dalam kondisi normal
memakan waktu sekitar 1 jam sampai 1 jam 30 menit, tetapi akan lebih lama jika
kondisi alam seperti angin keras yang berakibat kepada gelombang laut yang
tinggi juga arus air laut yang bergerak cepat, bukan hanya waktu tempuh yang lebih lama juga bahaya jolloro terbalik
dan menimbulkan korban penumpang yang ikut di dalamnya. Itulah yang terjadi
baru-baru ini. Dan kejadian ini bukan yang pertama, bahkan sebagian korban
adalah orang-orang yang menerima program dari GHNI yang berasal dari dusun
cambang-cambangan. Di antaranya H. Ada (gambar bawah) dan Dg. Nombong (gambar bawah, tanpa pakai baju). Mereka berdua menerima
program pembuatan tanki air.
Saya tampilkan mereka dalam laporan ini adalah karena
apa yang telah dilakukan GHNI di pulau Tanakeke, dusun Cambang-cambangan
khususnya mereka yang terkena bencana jolloro terbalik, memberikan sesuatu yang
sangat berharga terutama bagi ahli waris mereka, keluarga yang ditinggalkan. Bagaimana pun masalah air adalah masalah
krusial, kebutuhan yang utama dalam hidup dan kehidupan ini. Apa yang telah GHNI dan mereka lakukan dalam
penyediaan tanki ini adalah langkah yang tepat dan mengurangi permasalahan yang
ada dalam kehidupan mereka.
Selamat Jalan H. Ada dan Dg. Nombong begitu pula korban
lainnya, semoga Tuhan memberkahi kalian semua dan dalam kondisi Husnul khotimah.
Berbicara takdir kematian memang tidak hanya karena terbaliknya Jolloro atau kecelakaan lainnya, orang yang sedang tidur di rumah pun tanpa ada gejala sakit bisa juga meninggal. Jadi hikmah dari semua kejadian ini adalah bahwa kita harus siap-siap menghadapi kematian itu sendiri, karena kematian itu tidak diketahui kapan datangnya, boleh jadi datang dalam keadaan kita senang atau susah, tidak orang yang berumur tua tapi anak-anak pun sudah ada yang meninggal, tidak berbicara pejabat atau masyarakat biasa, bahkan ulama atau pun orang biasa.
(Sampai tanggal 12/02/2017 mayat Hj. Ada belum ditemukan)
(Sampai tanggal 12/02/2017 mayat Hj. Ada belum ditemukan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar