Minggu, 05 Februari 2017

Pulau Tanakeke berduka!

Di awal tahun ini, yang seharusnya memberikan harapan baru bagi semua manusia untuk menjadi lebih baik dalam kehidupannya setidaknya di tahun 2017 ini, ternyata membawa bencana bagi seluruh penduduk pulau Tanakeke.  Kehidupan pulau yang dibatasi dengan lautan yang membentang memutus jarak terhadap sumber ekonomi, bahkan sosial politik, yang hanya bisa dihubungkan dengan layanan transporasi laut kecil, yang dikenal dengan jolloro, yang bisa memuat orang dan kebutuhan hidup mereka di pulau.  



Jarak tempuh berkisar 20 km (tergantung dusun yang akan dituju) dalam kondisi normal memakan waktu sekitar 1 jam sampai 1 jam 30 menit, tetapi akan lebih lama jika kondisi alam seperti angin keras yang berakibat kepada gelombang laut yang tinggi juga arus air laut yang bergerak cepat, bukan hanya waktu tempuh yang lebih lama juga bahaya jolloro terbalik dan menimbulkan korban penumpang yang ikut di dalamnya. Itulah yang terjadi baru-baru ini. Dan kejadian ini bukan yang pertama, bahkan sebagian korban adalah orang-orang yang menerima program dari GHNI yang berasal dari dusun cambang-cambangan.  Di antaranya H. Ada (gambar bawah) dan Dg. Nombong (gambar bawah, tanpa pakai baju).  Mereka berdua menerima program pembuatan tanki air.




Saya tampilkan mereka dalam laporan ini adalah karena apa yang telah dilakukan GHNI di pulau Tanakeke, dusun Cambang-cambangan khususnya mereka yang terkena bencana jolloro terbalik, memberikan sesuatu yang sangat berharga terutama bagi ahli waris mereka, keluarga yang ditinggalkan.  Bagaimana pun masalah air adalah masalah krusial, kebutuhan yang utama dalam hidup dan kehidupan ini.  Apa yang telah GHNI dan mereka lakukan dalam penyediaan tanki ini adalah langkah yang tepat dan mengurangi permasalahan yang ada dalam kehidupan mereka. 

Selamat Jalan H. Ada dan Dg. Nombong begitu pula korban lainnya, semoga Tuhan memberkahi kalian semua dan dalam kondisi Husnul khotimah.



Berbicara takdir kematian memang tidak hanya karena terbaliknya Jolloro atau kecelakaan lainnya, orang yang sedang tidur di rumah pun tanpa ada gejala sakit bisa juga meninggal.  Jadi hikmah dari semua kejadian ini adalah bahwa kita harus siap-siap menghadapi kematian itu sendiri, karena kematian itu tidak diketahui kapan datangnya, boleh jadi datang dalam keadaan kita senang atau susah, tidak orang yang berumur tua tapi anak-anak pun sudah ada yang meninggal, tidak berbicara pejabat atau masyarakat biasa, bahkan ulama atau pun orang biasa.

(Sampai tanggal 12/02/2017 mayat Hj. Ada belum ditemukan)

Tidak ada komentar: