Pagi ini mata tertumbuk pada bakal bunga yang muncul di ujung dahan dari salah satu pohon rambutan yang berada di halaman rumah. Dan itu (bakal bunga) adalah yang pertama yang muncul pada musim ini, dan yang kedua setelah saya tanam beberapa tahun yang lalu.
Terasa terlambat dibandingkan dengan pohon-pohon sejenisnya yang telah berbuah bahkan sudah dinikmati buahnya. Tetapi rasanya juga wajar karena posisi pohon tersebut yang berada di daerah pemukiman, di mana otomatis posisi tanaman berada di antara tingginya tembok-tembok rumah yang menjulang (tinggi pohon lebih tinggi beberapa jengkal dari tinggi saya), yang membatasi fotoperiod terhadap tanaman tersebut sehingga proses fotosintesis tidak berlangsung lama dibandingkan dengan pohon-pohon yang ditanam di areal terbuka (kecuali pohon sudah menjulang tinggi melebihi atap-atap rumah di sekelilingnya).
Terlepas dari semua itu, saya tetap berharap bahwa bunga-bunganya lebih banyak muncul dan menjadi buah sehingga bisa dinikmati seperti tahun sebelumnya. Smoga...Laa haula walaa quwwata illa billah.
Kembali saya disadarkan bahwa hari ini adalah hari guru. Kalau diilustrasikan dengan pohon tadi. Guru adalah satu sosok yang menanam kebaikan baik bagi dirinya maupun orang lain. Dia pupuk kebaikan itu sehingga membentuk pohon yang kokoh dengan akarnya yang menancap dalam ke dalam bumi, pohon yang tinggi menjulang dengan daun-daun yang melebar dan rindang. Sehingga dirasakan manfaatnya bagi orang disekitarnya dan bagi orang yang berteduh di bawahnya. Buah-buah yang dihasilkan pohon adalah kebahagiaan hakiki bagi jiwanya dan apa yang dihasilkan selama proses menanam kebaikan itu, yaitu para siswanya dalam menatap dan menjalani hidup dan berkehidupan mereka.
Jika demikian, guru adalah sosok yang tidak akan pernah habis dimakan usia selama arti sebuah pohon tadi masih ada dalam lingkaran kehidupan manusia. Pohon secara dzat bisa saja lapuk dimakan rayap dan kefanaan, seperti juga manusia yang merupakan bagian dari makhluk hidup, tetapi makna guru dan pohon akan tetap terasa dan dinikmati walau termin kefanaan telah berubah menjadi keabadian. Insya Allah. Smoga....Laa haula walaa quwwata illa billah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar