Minggu, 06 Desember 2015

Kisah Sahabat: Abdullah Ibnu Hudzaafah RA

Habib Muhammad Rizieq Syihab, MA
Imam Besar FPI

Bismillaah wal Hamdulillaah ...
Wa Laa Haula Wa Laa Quwwata illaa Billaah ...

KISRA PERSIA

Sayyiduna Abdullah ibnu Hudzaafah As-Sahmi RA adalah seorang Shahabat Nabi Muhammad SAW yang pernah bertemu dan bertatap muka langsung dengan Kisra Persia dan Kaisar Romawi. Di kedua pertemuannya dengan pembesar dunia kala itu ada kisah tersendiri yang menarik.

RASULULLAH SAW MENYURATI PEMBESAR DUNIA

Di tahun 6 H, Rasulullah SAW mengutus para Shahabatnya membawa surat beliau SAW kepada para Raja, Kaisar, Kisra serta pembesar-pembesar dunia lainnya, untuk berdakwah mengajak mereka masuk ke dalam agama Islam.

Salah satu utusan Nabi SAW adalah Abdullah ibnu Hudzaafah As-Sahmi RA yang diutus membawa surat untuk Kisra penguasa Persia.

BERTEMU KISRA

Saat Abdullah RA sampai di Istana Sang Raja Persia dan meminta izin untuk menghadap, maka ia diizinkan bertemu Kisra yang dikelilingi para menteri dan pejabat serta pengawalnya di ruang utama Istana.

Abdullah RA berdiri tegak dan gagah penuh wibawa di depan Kisra yang duduk di singgasananya. Lalu Kisra memerintahkan pengawalnya untuk mengambil surat Nabi SAW dari tangan Abdullah RA, tapi Abdullah RA menolak seraya berkata dengan tegas : "Aku diperintahkan Rasulullah SAW untuk menyerahkan surat ini langsung di tangan anda. Dan aku tidak akan melanggar perintahnya."

Mendengar itu, Sang Kisra mempersilahkan Abdullah RA untuk mendekat dan menyerahkan langsung suratnya. Lalu Kisra pun membuka surat dan meminta penterjemahnya untuk membaca dan menterjemahkan surat tersebut. Sang penterjemah membaca pembuka surat yang berbunyi :

"بسم الله الرحمن الرحيم . من محمد رسول الله إلى كسرى عظيم فارس . سلام على من اتبع الهدى ."

"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad Utusan Allah kepada Kisra Pembesar Persia. Salam sejahtera atas orang yang mengikuti petunjuk."

KISRA MURKA

Baru pembuka yang dibaca dan diterjemahkan, Kisra sudah langsung murka, karena Nabi SAW menyebut namanya terlebih dahulu sebagai utusan Allah SWT, baru menyebut nama Kisra.

Dengan emosi Kisra merampas Surat tersebut dan tanpa mau tahu isinya lagi, ia langsung merobek-robeknya seraya berkata dengan sombong dan angkuh : "Beraninya dia berbuat ini, sedang dia adalah budakku ?!!!"

Abdullah RA pun diusir oleh Kisra, lalu diseret keluar istana oleh para pengawal. Abdullah RA hanya tawakkal kepada Allah SWT tentang nasib apa yang akan menimpanya.

LARI DARI PERSIA

Di luar istana, tatkala para pengawal lengah karena sibuk dan panik dengan kemurkaan Kisra, ia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk segera melompat ke kudanya dan menunggangnya serta langsung memacunya bergegas meninggalkan lokasi.

Selang tak berapa lama, Kisra kembali memanggil para pengawal untuk menyeret Abdullah RA ke hadapannya, namun Abdullah RA sudah tidak ada di tempat.

Para pengawal pun berusaha mengejar Abdullah RA dengan pasukan berkudanya, tapi tetap tidak berhasil mendapatkan Abdullah RA, karena Abdullah RA telah memacu kudanya dengan sangat cepat kembali menuju Madinah.

DOA NABI SAW

Sesampainya di Madinah, Abdullah RA melaporkan semua kejadian kepada Rasulullah SAW. Mendengar Kisra merobek-robek surat Nabi SAW, maka beliau hanya mengatakan :

"مزق الله ملكه ."

"Semoga Allah merobek-robek kerajaannya."

UTUSAN KISRA

Kisra Persia masih murka terhadap Nabi SAW, dan penasaran ingin tahu lebih banyak tentangnya. Maka Kisra menyurati Gubernurnya di Yaman, yang bernama Baadzaan, agar mengirim dua orang yang tangguh dan terpercaya untuk mencari Nabi SAW dan secepatnya membawanya menghadap Kisra.

Baadzaan pun mengirim dua orang utusannya atas nama Kisra ke Hijaz untuk mencari kabar tentang Rasulullah SAW. Di Thoif, kedua utusan Baadzaan bertemu dengan pedagang Kafir Quraisy dari Mekkah yang mengabarkan bahwa Rasulullaah SAW tinggal di Madinah.

Kedua utusan Baadzaan segera bergegas ke Madinah. Dan para pedagang Kafir Quraisy membawa berita gembira kepada musyrikin Quraisy di Mekkah bahwasanya Kisra Persia telah murka kepada Muhammad dan mengirim utusan untuk menangkap dan membunuhnya.

KEMATIAN KISRA

Di Madinah, kedua utusan Baadzaan bertemu Nabi SAW dan memintanya agar ikut mereka menghadap Kisra, dan mengancam jika Nabi SAW menolak maka Kisra akan sangat murka, sehingga akan membahayakan keselamatan Nabi SAW, bahkan membahayakan seluruh pengikutnya.

Rasulullah SAW hanya tersenyum mendengar ancaman tersebut, lalu beliau mempersilakan kedua utusan untuk istirahat dulu, dan meminta mereka kembali bertemu Nabi SAW di hari berikutnya.

Keesokan harinya, kedua utusan Kisra menemui Nabi SAW dan menanyakan kesiapannya untuk segera berangkat menghadap Kisra. Lalu Rasulullah SAW mengatakan kepada mereka :

"Setelah hari ini kalian tidak akan lagi bertemu dengan Kisra, karena dia sudah dibunuh oleh anaknya sendiri yang bernama Syirawaih."

Nabi SAW pun menyebutkan hari dan tanggal pembunuhannya. Kedua Utusan Kisra pun terkejut. Lalu Nabi SAW mempersilahkan mereka kembali ke Baadzaan untuk mengabarkan berita tersebut, sekaligus menyampaikan bahwasanya Islam akan menguasai Persia, sehingga jika Baadzaan masuk Islam, maka ia akan tetap ada dalam jabatan dan kekuasaannya.

KEISLAMAN BAADZAAN

Sesampainya kedua utusan tersebut ke Yaman dan menemui Baadzaan, lalu menceritakan apa yang dilihat dan didengar dari Rasulullah SAW, maka Baadzaan pun berkata : "Jika apa yang dikatakan Muhammad itu benar, maka ia adalah betul-betul seorang Nabi."

Tidak berapa lama, Baadzaan mendapat surat dari Syirawaih putra Kisra, yang mengabarkan bahwa ia telah membunuh ayahnya sendiri, lengkap dengan hari dan tanggal kejadiannya, yang sama percis dengan apa yang dikabarkan Nabi SAW. Dan Syirawaih meminta Baadzaan untuk tetap setia kepadanya selaku penguasa baru Persia.

Melihat kebenaran berita Nabi SAW, maka Baadzaan pun yakin akan Kenabian Muhammad SAW, lalu ia masuk Islam bersama para pengikutnya. Dan Rasulullah SAW tetap menempatkan Baadzaan sebagai penguasa Yaman.

BUKTI KENABIAN

Bukti Kenabian Rasulullah SAW dalam soal Kisra Persia tidak hanya terbatas soal berita kematiannya. Namun Doa Nabi SAW untuk kehancuran Kekaisaran Persia dan Info Nabi SAW bahwasanya Islam akan menguasai Persia di kemudian hari terwujud dan terbukti.

Di zaman Kekhalifahan Sayyiduna Umar ibnul Khaththab RA, Kekaisaran Persia tumbang di tangan Pasukan Sayyiduna Sa'ad ibnu Abi Waqqaas RA, lalu sejak itu Persia berada di bawah Kekhilafahan Islam.

KAISAR ROMAWI

Sayyiduna Abdullah ibnu Hudzaafah As-Sahmi RA adalah seorang Shahabat Nabi SAW yang pernah bertemu dan bertatap muka langsung dengan Kisra Persia dan Kaisar Romawi.

Pertemuan Abdullah ibnu Hudzaafah As-Sahmi RA dengan Kaisar Romawi terjadi pada tahun 19 H di zaman Khalifah Sayyiduna Umar RA.

Saat Abdullah RA bergabung dengan Mujahidin yang dikirim Khalifah Umar RA berperang melawan Kekaisaran Romawi, beliau bersama sejumlah Mujahidin lainnya jatuh ke tangan musuh menjadi tawanan perang.

Kaisar Romawi mendapat kabar bahwa di antara tawanan muslim ada seorang Shahabat Muhammad bernama Andullah ibnu Hadzaafah As-Sahmi. Kaisar sudah lama mendengar bahwa para Shahabat Muhammad adalah orang-orang yang terkenal dengan sabar dan tegar serta berani dalam membela agama Islam.

Kini, Kaisar ingin tahu langsung bagaimana karakter seorang Shahabat Muhammad, maka diperintahkanlah agar Abdullah dihadapkan ke depan Kaisar di ruang utama istana untuk disaksikan oleh para menteri dan pejabat serta pengawalnya.

DIBUJUK

Di hadapan Kaisar Romawi, sang tawanan Abdullah RA berdiri dengan gagah sambil menghadap dan menatap Kaisar tanpa ada sedikit pun terlihat rasa takut atau khawatir.

Lalu Kaisar membujuk Abdullah RA agar menjadi Nashrani, dan Kaisar menjanjikan akan membebaskan Abdullah RA serta memuliakan kedudukannya. Abdullah RA dengan tenang tapi tegas menjawab :

"Jauh sekali, tak kan pernah terjadi. Sesungguhnya kematian lebih aku suka seribu kali daripada mengikuti ajakanmu."

Selanjutnya Kaisar menawarkan Abdullah RA untuk menjadi salah satu pembesarnya dan akan dijadikan raja di salah satu wilayah Kekaisaran Romawi. Maka Abdullah RA pun menjawab tanpa ragu :

"Andaikan engkau berikan seluruh milik Romawi dan seluruh milik bangsa Arab, agar aku keluar dari agama Muhammad walau hanya sekejap mata, tak kan pernah aku lakukan."

DIANCAM

Melihat sikap Abdullah RA yang tetap teguh kepada agama Islam, maka Kaisar pun mengancam akan membunuhnya. Mendengar ancaman itu, Abdullah RA menanggapi singkat :

"Silakan kau lakukan apa yang kau mau."

Kaisar pun memerintahkan para pengawalnya untuk mengikat Abdullah RA di kayu salib. Lalu membisikkan ahli pemanahnya untuk memanah Abdullah RA, tapi Kaisar diam-diam berpesan agar jangan dikenakan sasaran, cukup di sekitar tangan kaki dan badan, untuk menakut-nakuti Abdullah RA, sambil terus memaksanya agar masuk Nashrani. Namun hasilnya, Abdullah RA tetap tak gentar menghadapi ancaman.

DISIKSA

Selanjutnya, Abdullah RA dijebloskan ke penjara, lalu disiksa atas perintah Kaisar, tapi tetap dalam batasan agar Abdullah RA tetap hidup, karena Kaisar tetap penasaran untuk menashranikannya.

Namun Abdullah RA tetap bertahan dengan Iman dan Islam. Lalu Kaisar memerintahkan agar Abdullah RA tidak diberikan makan mau pun minum hingga kelaparan dan kehausan. Tatkala Abdullah RA sudah sungguh kelaparan dan kehausan, maka atas perintah Kaisar disuguhkan Daging Babi dan Khamr.

Abdullah RA menolak Babi dan Khamr, walau pun saat itu ia dalam keadaan darurat yang membolehkannya untuk memakan dan meminumnya untuk menyelamatkan hidupnya.

Abdullah RA menolak Babi dan Khamr, karena ia tahu kelicikan Kaisar yang ingin merendahkan ketegaran iman para Shahabat Nabi SAW, sekaligus ingin menghinakan iman kaum muslimin. Karenanya, untuk "Izzul Islaam wal Muslimiin" yaitu "Kemuliaan Islam dan Kaum Muslimin", Abdullah RA lebih rela mati kelaparan dan kehausan daripada Islam dan Kaum Muslimin dihinakan.

PEMBUNUHAN KEJI

Akhirnya, Kaisar memerintahkan Abdullah RA untuk dihadirkan kembali di hadapannya. Kali ini, Kaisar sudah menyiapkan kuali besar yang diisi minyak dan dipanaskan dengan api. Lalu Kaisar menghadirkan dua tawanan muslim lainnya, seraya mengancam akan membunuh mereka berdua jika Abdullah RA tidak mau masuk Nashrani.

Abdullah RA pun tetap bertahan dalam Iman dan Islam, sehingga satu per satu kedua tawanan muslim tersebut dimasukkan dalam kuali besar yang berisi minyak panas dan mati syahid di dalamnya.

Karena Abdullah RA tetap teguh dengan Iman dan Islam, dan Kaisar pun sudah tidak punya cara lagi untuk meluluh-lantakkan keteguhan Iman Abdullah RA, akhirnya Kaisar memerintahkan para pengawalnya untuk melemparkan Abdullah RA ke dalam kuali besar berisi minyak mendidih yang telah melalap kedua tawanan muslim shahabatnya.

SEJUTA NYAWA

Saat Abdullah RA hendak dicampakkan dalam kuali, tiba-tiba Kaisar melihat Abdullah RA meneteskan air mata, maka Kaisar menghentikan para pengawal, karena Kaisar mengira bahwa sikap Abdullah RA mulai goyah dan ada tanda-tanda takut mati, sehingga Kaisar merasa masih ada peluang untuk menashranikannya.

Kemudian Kaisar kembali menawarkan kebebasan dan kesenangan untuk Abdullah RA jika mau masuk Nashrani. Lagi-lagi Abdullah RA tetap menolak. Kaisar pun marah besar : "Celaka kau, lalu kenapa kau menangis ?!"

Abdullah RA pun menjawab : "Aku meneteskan air mata, karena aku menyesal kenapa nyawaku cuma satu untuk dikorbankan di jalan Allah. Padahal aku berharap memiliki nyawa sebanyak bulu dan rambut yang ada di badanku, sehingga satu per satu nyawa aku korbankan di jalan Allah."

Kaisar Romawi terkejut dan terperangah melihat keteguhan, dan ketegaran serta kedahsyatan Iman Shahabat Muhammad. Kaisar menggelengkan kepala terkagum-kagum dan terheran-heran, sekaligus mengakui bahwa berita tentang keheroikan para Shahabat Muhammad bukan isapan jempol belaka.

Akhirnya, Kaisar menawarkan kebebasan Abdullah RA dengan syarat ia mencium jidat Kaisar. Abdullah RA sempat diam sejenak, tapi akhirnya Andullah menerima tawaran itu, tapi dengan syarat bersamanya dibebaskan semua tawanan muslim. Kaisar setuju, lalu Abdullah RA mencium jidatnya, kemudian Kaisar membebaskan Abdullah RA bersama seluruh tawanan muslim, serta melepas mereka kembali ke Madinah.

KHALIFAH UMAR RA MENANGIS

Sesampainya di Madinah, Khalifah Umar RA dan masyarakat Madinah menyambut Abdullah RA dan kawan-kawan dengan gembira dan bahagia. Mereka semua berkumpul bersama Khalifah Umar RA meminta Abullah RA dkk menceritakan apa yang dialami mereka.

Mendengar cerita Abdullah RA maka Khalifah Umar RA dan masyarakat Madinah menangis haru, lalu Khalifah berkata kepada semua orang yang hadir :

"حق على كل مسلم أن يقبل رأس عبد الله بن حذافة . وأنا أبدأ بذلك "

"Wajib atas tiap muslim untuk mencium jidat Abdullah ibnu Hudzaafah, dan aku yang memulainya."

Khalifah Umar RA pun mencium jidat Abdullah RA, lalu kemudian seluruh umat Islam yag hadir di secara bergantian mencium jidat Abdullah RA penuh rasa haru.

Rodhiyallaahu 'an Abdillaah ibni Hudzaafah As-Sahmi wa 'an Jamii'ish Shohaabah ...

Allaahummaj'alnaa Mimman Yuhibbu Shohaabati Rosuulillaah ... wa Mimman iqtadaa bihim ... Aamiin...

(Status Ary Sanjay di FB : Suara-Islam.com)

Tidak ada komentar: