Senin, 02 Januari 2017

Berteman dalam perbedaan

Kemarin pagi saya berniat untuk ketemu teman lama yang memang sudah lama tidak bertemu.  Teman ini lebih tua dari saya, seorang keturunan china, dan beragama kristen.  Saya datang ke rumahnya berhubungan dengan temannya beberapa hari yang lalu atas rekomendasinya menelepon saya dan menanyakan tentang produk perikanan yang ada di Sulawesi Selatan ini yang dia tertarik untuk melakukan bisnis dari produk tersebut. Saya belum sempat ketemu dengan temannya dia itu, seorang perempuan dan keturunan china juga, dan sementara itu sedang pulang ke rumahnya di Bali (mungkin Natalan dan Tahun Baruan). Untuk itulah saya datang teman saya ini, sebutlah si X, mencari keterangan yang lebih banyak tentang temannya itu dan keinginan berbisnisnya.

Sepanjang jalan menuju ke rumah si X, saya lihat toko-toko di jalan masih pada tutup, timbullah keraguan saya apakah si X ada di rumahnya, oh iya rumahnya di pinggir jalan besar dan berbentuk ruko (rukonya dipakai usaha juga), apakah sedang liburan atau pesiar ke keluarganya. Saya sengaja tidak telephon dulu, karena saya juga ingin mencari udara segar daripada di rumah terus tidak kegiatan. Sesampai di depan rukonya baru saya telp.  Alhamdulillah ternyata ada di rumah.

Singkat cerita, si X pun menyambut saya dengan ceria dan kami duduk berhadapan di rukonya tanpa ada yang mengganggu. Seperti biasa obrolan tidak hanya berhubungan dengan niat saya datang ke sana tetapi melebar kemana-mana. Maklumlah si X ini, pandai bercerita dan pemahaman tentang kehidupannya yang dalam dibandingkan dengan teman-teman chinanya yang saya kenal.  Mulai masalah politik yang ramai saat ini, agama dan masalah hidup lainnya.

Di beberapa point kadang ada perbedaan pandangan dengan saya, tetapi saya tidak mencoba untuk membuat pembicaraan yang lebih panjang dalam perbedaan, seperti tentang Ahok dan Pemerintah yang dipimpin pak Jokowi saat ini terutama berhubungan dengan sepak terjang Habib Rizieq dan para ulama lainny, yang melakukan beberapa kali gerakan yang luar biasa menurut saya dalam mengumpulkan masa, bahkan saya cenderung lebih mendengarkan pemahamannya. Seperti tentang Ahok, dia katakan mesti saya sama-sama china tidak mesti saya langsung mendukungnya, tetapi apa yang dia perbuat selama ini ketika dia menjabat sebagai Gubernur yang menurut si X sangat positif.  Untuk masalah yang melilit Ahok saat, dia katakan untuk urusan agama itu adalah urusan masing-masing orang, kita tidak bisa menginvasi orang lain yang berbeda agama dengan agamanya.

Pandangan si X yang menurut saya berbeda dengan yang lainnya terutama dalam masalah kehidupan yang tidak melulu berhubungan dengan masalah uang saja, karena saya tahu dia selalu mempunyai teman yang mempunyai pemahaman tentang alam kehidupan ini yang lebih dari orang lain (semacam pembimbing spiritual), yang selalu dia berdiskusi tentangnya.  Dan saya tahu nama temannya itu tetapi lama sudah meninggal, tetapi dari pembicaraan yang asyik itu, rupanya dia punya teman baru yang mempunyai kemampuan yang sama dengan teman yang sudah meninggal itu.  Saya pun memancing supaya si X ini menyampaikan nama atau sosoknya.  Dia bilang, teman spiritualnya itu adalah seorang keturunan china juga, tapi dia bilang sekarang sudah masuk Islam bahkan kemungkinan sudah Haji juga. waahhhh......!! Tapi walau begitu si X ini tetap selalu berhubungan dengan teman spiritualnya itu karena bagaimana pun pemahaman si X jauh daripada temannya itu, banyak yang dia dapat ketika berdiskusi dengannya yang membuka wawasannya dan ketenangannya dalam hidup.

Tidak terasa hampir tiga jam kami mengobrol, dan suara adzan dhuhur sudah terdengar dari mesjid dekat rumahnya.  Saya fikir sudah waktunya pulang dan mengucapkan terima kasih kepadanya atas info tentang temannya itu yang mau berbisnis di Sulawesi Selatan ini. Di akhiri lambaian tangan dan pesan kalau ada waktu dia minta saya singgah lagi, saya pun meluncur ke Masjid terdekat untuk sholat berjamaah.


Tidak ada komentar: