Rabu, 19 April 2017

Entah mau jadi apa mereka?

Terdengar suara grendel pintu besi di depan rumah berbunyi, tanda seseorang ingin membukanya.   Jam masih menunjukkan sekitar jam 6 pagi, suasana jalanan masih sepi, derit kehidupan belum begitu ramai terdengar. Saya pun kasih tahu ibu untuk melihat siapa itu gerangan. Memang sebelumnya terdengat langkah orang yang mendatangi rumah.  Tetapi ternyata yang dimaksud orang di sini adalah anak kecil berumur sekitar 8 tahun.  Karena sedang tidak memakai kerudung, Ibu pun berteriak dari dalam rumah menanyakan ada maksud apa, setelah menyebutkan nama si anak itu.  Rupanya dia mau mendaftar untuk belajar mengaji nanti siangnya.  Kejadian ini sudah dua hari berturut-turut. 

 Dia ingin berada diurutan pertama, biasanya dia dengan adiknya selamanya selalu berada di urutan pertama untuk belajar mengaji dan membaca untuk adiknya (karena belum sekolah), tetapi mereka mendaftar nanti setelah sholat dhuhur selesai, mereka datang dan menulis namanya yang telah disediakan ibu di luar. Tapi entah, mungkin karena teman-temannya juga ikut berlomba untuk menjadi urutan pertama, dia datang pagi-pagi sekali.

Saya perhatikan anak ini dan adiknya, nampaknya mempunyai kemampuan di atas teman-temannya, seperti yang ibu bilang juga ke saya terutama adik perempuannya itu, sebutlah si B.  Si B ini, belum masuk usia sekolah bahkan untuk tingkat Taman kanak-kanak, ya sekitar 4 tahunan. Berawal dari belajar mengaji, terus ibu bilang sama ibunya ketika melihat kemampuannya untuk dibelikan buku belajar membaca huruf latin.  Sewaktu saya duduk di sekitar mereka yang sedang belajar, saya kaget juga ketika dia belajar membaca huruf latin, dia sudah mampu membaca, walau pelan-pelan tapi sudah mengerti huruf mati dan kata-kata yang susah. Bagi saya itu sungguh luar baisa dengan umur yang masih anak-anak tapi kemampuannya sudah seperti itu.  

Kakaknya, tarohlah sebut si A, dulu saya biasa sama anak-anak yang suka mengaji di rumah, kalau akhir tahun atau pertengah tahun dimana mereka menerima rapor sekolah, saya selalu bilang siapa yang menadapat rangking satu di sekolahnya.  Kalau ada yang dapat saya kasih uang.  Sayang jarang sekali, bahkan boleh dibilang tidak ada, kecuali pernah satu kali si A ini. Teman-temannya bilang si A rangking. Jadi saya kasih uang beberapa ribu rupiah, terlihat senyum senang di wajahnya.  Hanya sayang berikutnya rangking satunya tidak pernah lagi dia capai. Di sinilah persoalannya!!!

Mereka berasal kalangan rakyat biasa yang orangtuanya rata-rata pekerja kasar, tukang, supir, pabentor dan lainnya, untung-untung mereka memperhatikan sekolah anak-anaknya, tetapi itu pun hanya sekedar menyekolahkan tanpa membimbingnya.  Apalagi pergaulan di lingkungan kami kurang begitu baik untuk perkembangan mereka.  Bahkan ada orangtua yang tidak peduli bahwa anak itu harus sekolah, ketika ada kemalasan dalam diri anak untuk pergi sekolah, si orangtua juga tidak mempedulikannya sehingga masih kelas awal sd sudah putuh sekolah.  Alasam yang lebih luar biasa, mereka akan tetap hidup walau tidak sekolah. ckckck.....

Si A dan si B, yang punya potensi menjadi anak pintar, termasuk anak-anak yang kurang beruntung dalam perhatian orangtua untuk sekolah anaknya.  Karena kakak-kakaknya terutama yang paling besar, sang bapak tidak mau lagi membiayai anaknya ketika masuk Sekolah tingkat atas, padahal menurut ibu punya kemampuan juga dan anaknya baik, artinya tidak terpengaruh lingkungan. Tapi karena sikap bapaknya seperti itu akhirnya si anak ini bergaul dengan teman-teman pengngguran lainnya dan terjerumus ke dunia isap lem, entah yang lainnya (minum-minum dan obat-obatan!!)

Sayang sekali, bagaimana nantinya dengan si A dan si B, si sulung sudah seperti itu, adiknya si sulung karena tidak pernah di kasih uang jajan lagi akhirnya dia bekerja di tempat cuci motor dan dengarnya putus sekolah juga.  Tetapi sisi baiknya si anak kedua ini, selalu menyimpan uang hasil mencuci motornya dengan cara dititipkan di ibu di rumah. Bagaimana pergaulannya? kadang dia pun suka mengisap lem!!!!

Kami berusaha untuk anak-anak disekitar lingkungan kami supaya tidak terjerumus ke hal-hal yang tidak baik dengan menanamkan pengertian melalui mengajarkan mengaji dan menghafal al-Quran.  Dengan bekerja sama dengan lembaga keuangan yang ada, bagi mereka yang rajin mereka mendapatkan bea siswa yang bisa menutup uang jajan mereka walau tidak seberapa.  Ah, mudah-mudahan semangat belajar si A dan Si B dan tetap sitiqomah bisa mempertahankan mereka di jalur yang benar, bahkan kalau bisa tetap sekolah hingga yang paling tinggi.  Dan semoga kedua orangtuanya terutama bapaknya ada perhatian sedikit lebih kepada mereka dalam masalah pendidikan anaknya.  


Tidak ada komentar: