Minggu, 02 April 2017

Musibah, yang tidak pernah diperkirakan. (episode 3)

Hari ke duapuluh lima.

Dengan mengucapkan bismillah, saya buka rangkaian bambu penahan kaki.  Beberapa pertimbangan saya ambil, yaitu :

(1) otot-otot kaki, terutama betis sudah semakin terkoordinasi, saya sudah bisa memutarkan kaki dan tidak perlu bantuan tangan, kalau ada hanya sedikit untuk menarik ke bagian atas.
(2) Mengerasnya sambungan tulang yang patah sudah melewati waktu yang disampaikan tukang urut tulang yaitu hari ke 20.
(3) Kulit disekitar rangkaian bambu semakin mudah gatal bahkan -berdasarkan fikiran saya yang awan terhadap masalah kedokteran- karena lama tidak kena air mandi (dibersihan, sabun dll) maka beberapa titik timbul bisul.  Nah, ini juga boleh jadi salah satu dampak lain dari patah tulang yang saya alami dengan proses penyembuhan seperti ini. Yang lainnya akan saya uraikan nanti.

Terasa ringan setelah saya buka rangkaian bambu yang selama ini menjadi penahan dalam proses penyembuhan patah tulang saya.  Terlihat kalau saya bandingkan dengan kaki kanan, bengkak di sekitar patah tulang masih ada, walau rasa sakit sudah tidak ada.  Pergerakan kaki juga menjadi terasa ringan, walau saya belum berani untuk menekan di lantai.  Semoga ke depannya, Allah swt menyembuhkan kaki yang patah ini sebagaimana sedia kala, artinya saya bisa beraktifitas tanpa terhalang sesuatu.

Sakit-sakit sampingan, he-he...saya katakan seperti itu selama menjalani proses penyembuhan :

(1) Sakit punggung, terutama waktu tidur.  Karena kaki yang patah belum bisa bergerak bebas, sejak hari pertama kejadian saya hanya bisa tidur telentang.  Hal ini mengakibatkan saya cukup tersiksa karena sakit punggung atau tulang belakang.  Setiap malam, saya selalu terbangun karena itu walau saya coba untuk tidur agak malam, tetapi tetap sekitar jam 1 atau jam 2 malam saya terbangun. Yang parah kalau tidak salah malam mendekati hari ke 20, saya bangun tapi tidak bisa saya angkat tubuh ini untuk duduk di ranjang, hingga saya minta bantuan istri saya untuk mengangkat badan saya. Padahal sebelumnya tidak pernah terjadi, kalau terbangun apalagi kalau sampai mau buang air kecil saya bisa angkat badan saya untuk duduk.

Dengan izin Allah, masalah ini bisa diselesaikan dengan saya meminta istri saya menyemprotkan obat tulang yang dipakai untuk membantu kaki yang patah di sekitar punggung.  Alhamdulillah, paginya saya bisa bangun sendiri tanpa bantuan istri saya.

Namun hari ke duapuluh satu, ketika saya terbangun malam saya coba berfikir dan membuat kaki saya yang patah nyaman kemudian saya coba tidur menyamping ke arah kiri. Alhamdulillah, ternyata bisa, kaki kiri saya nyaman dan saya bisa tertidur dengan posisi miring sedikit.  Posisi ini, membuat istri saya kaget ketika saya tidur siang dengan posisi seperti ini. Apalagi hari ke dua puluh tiga koordinasi otot di sekitar kaki yang patah sudah semakin bagus.

(2) Saya termasuk orang yang tidak mau kena kipas angin kalau tidur malam bahkan tidak langsung kena sekali pun. Dan ini terbalik dengan istri saya yang selalu kegerahan.  Kadang diambil jalan tengah, kipas angin dengan putaran kecil mengarah ke istri saya, dan saya kadang masih dapat sedikit...ya tidak apa-apa! Tapi kalau sudah merasa kedinginan saya minta dimatikan, dan ini biasanya sudah lewat tengah malam dimana udara malam juga sudah dingin.

Entah karena ada pengaruhnya dari patah tulang kaki ini, saya mudah berkeringat terutama di punggung (boleh jadi tidur telentang terus), kaki kiri bagian bawah (jarang bergerak kalau tidur), juga di bagian leher.  Karena selalu berkeringat sehingga timbul yang dikatakan orangtua, biang keringat.  Akibatnya adalah gatal-gatal.  Awal-awal cukup enak menggaruk yang gatal-gatal itu, tapi lama-lama jadi lecet kulit, sehingga setelah menyadari ini saya tahan-tahan sedikit untuk menggaruk.  Untuk membantu itu saya lebih sering mandi dan menggunakan bedak untuk mengurangi gatal-gatal.

(3) Bisul yang muncul di sekitar kaki di bawah rangkaian bambu penahan.  Entah bagaimana timbul seperti itu, tetapi seperti yang sudah saya uraikan di atas yaa begitulah.  Yang kecil-kecil tidak seberapa sakitnya bahkan boleh dibilang tidak sakit sama sekali, tetapi ada dua titik di bagian bawah betis yang cukup besar dan ini terasa sakit kalau saya berdiri.  Kalau posisi tidur atau saya duduk di kursi dengan kaki saya selonjorkan  bisul itu tidak terasa sakit, tapi kalau saya berdiri dan kaki tergantung, waduh sakitnya, kadang saya lawan dengan sedikit-sedikit saya angkat kaki dan diluruskan kembali. Sakitnya sampai kaki gemeteran, tapi lama-lama hilang lagi.

Mungkin bagi pembaca ini bisa dihindari kalau kejadian seperi saya dengan selalu membersihkan rangkaian bambu itu dan jangan mudah menggaruh bagian yang gatal di sekitar kaki yang patah.

Itulah sakit-sakit sampingan yang timbul dari sakit yang sebenarnya. Teman-teman yang pernah mengalami kasus seperti saya, menilai bahwa proses penyembuhan cukup cepat. yaahh...bagaimanapun semuanya atas izin dari Yang Di Atas, alhamdulillah.  Namun saya juga, tidak hanya mengandalkan apa yang disampaikan tukang urut, ada tambahan atau cara yang saya pakai untuk mempercepat kesembuhan. (Ups....sudah dua puluh lima yaa lumayan lama juga sebenarnya, tetapi dari cerita yang lain termasuk cepat juga)

Di Episode berikutnya, saya akan saya sampaikan apa saja yang saya pakai dan gunakan untuk mempercepat proses penyembuhan itu. Insya Allah.


Tidak ada komentar: