Sabtu, 31 Januari 2015

Apakah pencitraan itu penting?

Sebenarnya saya baru bertemu 1 kali, itu pun dalam pandangan manusia tidaklah disengaja, artinya tidak ada acara janjian untuk ketemuan. 1 kali itu pun sudah begitu lama -dalam presfektif kefanaan memory boleh jadi akan memudar seiring waktu- dan diantara kami pun tidak ada ikatan batin sebelumnya, hanya karena ikatan pertemanan saya dengan kakaknya sehingga kami bisa bertemu.

tetapi karena sepak terjangnya dalam dunia usaha dimana saya juga ada keterkaitan akhir-akhir ini, dan karena hubungan baik dengan kakaknya, saya janjikan untuk sekali-kali sowan ke tempatnya. Memang beberapa kali saya hampir bersinggungan dengan tempat dan aktifitasnya, tapi saya selalu menunda untuk ber say hello dan Hi, untuk sedikit kongkow sambil cekikikan. Namun saya takut mengganggu waktunya dan kepentingan bisnisnya, walau dari segi umur, saya masih cukup jauh hampir dua dekade darinya, tapi itu bukan alasan memaksakan untuk memenuhi janji saya ke kakaknya (jangan samapai ada orang bilang : memangnya apa pangkat ente?).

Tetapi karena kepentingan yang mendesak untuk kelembagaan dan sang bos serta waktu yang mepet, kami pun mencoba untuk penetrasi ke wilayah kekuasaannya, walau waktu itu perkiraan kami untuk manusia normal adalah waktu untuk istirohat (he-he...kebalikan manusia normal adalah manusia tidak normal! Hiks). kami pun (saya dan sang bos) meluncur dengan niat untuk sebuah kebaikan.

Sesampai di area tujuan rupanya pintu gerbang sudah terbuka dengan baik, smoga ini pertanda kemudahan, (he-he.....minimal kami tidak susah payah untuk membuka pintu gerbang yang selalu terjadi di tempat-tempat seperti ini!). Di pelataran, tidak terlihat makhluk bergerak yang bisa diajak dialog, yang nampak adalah alat-alat dan properti yang cukup familiar ketika kami masih berkecimpung di bisnis ini dan tinggal di tempat ini.

Perlu volume yang cukup tinggi untuk suatu pemberitahuan ke tuan rumah bahwa kami me-nongol di tempatnya. rupanya tidak cukup volume suara yang ditinggikan tapi celingukan leher yang menopang kepala di mana mata berada untuk googling seseorang yang bisa diajak bicara. aaahhh....rupanya usaha tersebut tidaklah sia-sia, sekumpulan orang yang ada di ujung lorong terlihat jelas sedang melakukan salah satu aktifitas yang umum dilakukan di tempat seperti itu, terlihat diantaranya seseorang yang ingin saya temui, walau tidak yakin seratus persen karena sudah lamanya tidak bertemu, tetapi hanya sosok ini yang berbeda dengan yang lainnya. Benar saja, setelah mereka menyadari kehadiran kami, sosok inilah yang maju ke depan menuju kami layaknya komandan perang yang bertanggung jawab akan pasukannya.

Setelah jarak di antara kami dekat dan dirasa suara saya bisa didengar dengan jelas, saya coba membuka dialog dengan menanyakan sosok yang datang, tentu dengan senyum khas pepsodent saya. (ge-er banget!) Setelah mendapat penegasan dari yang bersangkutan bahwa yang ditanyakan oleh saya adalah benar dirinya, saya pun menyampaikan sosok saya sendiri dengan menyebutkan nama panggilan yang biasa orang pahami dengannya. Terlihat keceriaan dari wajahnya setelah saya menyebutkan siapa diri saya (ge-er yang kedua). Suasana pun menjadi cair karena nya disebabkan saya dan beliau telah menyadari pertemuan itu, yang mengingatkan akan pertemuan yang pertama dulu bahkan hingga dikatakan bahwa saya kelihatan tambah putih (he-he...ge-er yang ketiga, belum tahu dia, saya kan aslinya memang putih, seperti susu plus coklat dikit! hiks).

Setelah mengambil posisi yang nyaman untuk kami bertiga, dimulailah kongkow-kongkowan santai dan sederhana, tentu dengan saya perkenalkan terlebih dahulu teman yang satu yang termasuk bos saya juga. eeee....rupanya diantara mereka juga sebenarnya sudah terjalin hubungan hanya dalam dunia hp, karena beliau membutuhkan asupan untuk tubuhnya dan anggotanya, dimana asupan itu disediakan oleh teman sekaligus bos saya. Jadi rasanya tambah kuat dan hanya penegasan dari ikatan kami selama dengan pertemuan itu. apalagi dari pelajaran sejarah yang beliau terima tentang tempat beliau sekarang ini dimana beliau beraktifitas nama kami berdua berada dalam daftar pelajaran itu sehingga beliau cukup menghargai kami bukan saja hanya karena kakaknya. sampai-sampai sang beliau menyebut kami sebagai 'founding father' (hadeuh!)

Setelah ngobrol ngaler ngidul (kesana kemari), kami pun menyampaikan maksud kedatangan sebenarnya, yaitu berhubungan dengan siswa kami yang akan melakukan praktek kerja industri di tempat beliau selama tiga bulan. Kami sebenarnya ragu (terutama saya sendiri) bahwa beliau akan menerima siswa kami untuk diterima, berhubungan dengan tempat untuk tinggal di perusahaan. Tetapi ternyata keraguan kami terbantahkan, ketika beliau bercerita tentang masa lalunya, yaitu ketika masa-masa sekolah dulu di SMK juga, ikut prakerin juga di lembaga penelitian punya Pemerintah. Bermain lumpur hingga membantu bisnis para pegawai di lembaga itu. Beliau bilang saya akan membantu adik-adik saya walaupun kondisi tempatnya masih belum memadai dan yang kedua kenapa beliau mau menerima siswa kami adalah karena yang datang ke tempatnya yaitu kami berdua. Dia bilang kalau guru yang lain kami tidak akan menerimanya! Ups kata-kata yang cukup menusuk sebenarnya. Apakah karena itu adalah proses dari pencitraan dari kami sehingga karena itu urusan kami menjadi mudah?

Di luar pintu gerbang menuju pulang saya sampaikan ke teman mau berapa bayar berapa Bos besar dengan selesainya urusan kita apalagi kalau bukan kita yang datang urusan ini masih terkatung-katung! Hiks

Tidak ada komentar: