Selasa, 01 Maret 2016

Khalid bin al-Walid ra, sang Pedang Allah (Saifullah)

Perang Yarmuk, Perang antara kaum Muslimin dan kaum Romawi di Negeri Syam pada zaman kekhalifahan Abu Bakar ra.

Salah seorang panglima besar Roamwi yang bernama Jarajah keluar barisannya dan meminta Khalid bin al-Walid agar mau menemui dirinya.  Khalid segera menemuinya hingga kedua kuda mereka berhadap-hadapan leher.  Jarajah berkata, "Wahai Khalid, beritahukan kepadaku dan jujurlah, sebab orang merdeka tidak akan berbohong, dan janganlah engkau membohongiku karena sesungguhnya orang yang mulia tidak akan berbohong terhadap orang yang berhubungan dengan Allah.  Apakah Allah pernah menurunkan kepada Nabi kalian sebilah pedang yang diberikan kepadamu hingga setiap kali engkau hunus terhadap musuhmu pasti mereka akan kalah?"

Khalid menjawab, "Tidak"

Jarajah kembali bertanya, "Jadi kenapa engkau dijuluki Pedang Allah (Saifullah)?"

Khalid menjawab, "Sesungguhnya Allah telah mengutus Nabi-Nya kepada kami. Nabi tersebut menyeru kami, tetapi kami malah berlari menjauhinya.  Kemudian sebagian dari kami membenarkannya dan sebagian mendustakannya.  Aku termasuk salah seorang yang mendustakannya dan menjauhinya hingga Allah (kemudian) menunjuk hati kami untuk beriman kepadanya dan membai'atnya.  Lalu beliau berkata kepadaku, "Engkau adalah pedang Allah yang terhunus terhadap kaum musyrikin." Beliau juga mendoakan agar aku diberi kemenangan.  Sejak itulah aku disebut dengan Pedang Allah.  Maka aku menjadi orang yang paling keras terhadap orang-orang musyrik."

Jarajah berkata, "Wahai Khalid, apa yang kalian serukan?"

Khalid menjawab, "Kami menyeru agar manusia bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya., dan agar mereka membenarkan seluruh syariat yang beliau bawa dari Allah."

Jarajah bertanya, "Bagaimana jika orang itu tidak mau menerima dakwah kalian?"

Khalid menjawab, "Maka kami serukan mereka untuk membayar upeti dan kami siap melindungi mereka."

Jarajah bertanya, "Jika mereka tetap tidak mau membayar upeti?"

Khalid menjawab, "Maka kami akan mengumumkan perang terhadap mereka."

Jarajah bertanya, "Apa kedudukan bagi orang yang menerima seruan kalian dan masuk ke dalam agama kalian pada hari ini?"

 Khalid menjawab, "Kedudukannnya sama dengan kami dalam seluruh kewajiban yang dibebankan Allah kepada kami.  Orang yang mulia di antara kami, orang biasa, orang yang pertama masuk Islam dan yang terakhir seluruhnya sama kedudukannya."

Jarajah bertanya, "Apakah orang yang hari ini masuk dalam agama kalian akan memiliki ganjaran yang sama dengan yang masuk sebelumnya?"

Khalid menjawab, "Ya, bahkan lebih banyak."

Jarahah bertanya, "Bagaimana bisa sama, sementara kalian telah mendahuluinya?"

Khalid menjawab, "Sesungguhnya kami menerima Islam dengan peperangan dan kami membai'atnya Nabi kami, sementara beliau hidup di tengah-tengah kami.  Selalu datang kepada kami Al-Quran, menunjukan kepada kami mukjizat-mukjizat. Maka pasti orang yang melihat apa yang telah kami lihat dan mendengar apa yang telah kami dengar tentang hujjah-hujjah dan keajaiban mukjizat akan beriman dan membai'at beliau. Namun kalian tidak melihat apa yang kami lihat, dan belum pernah mendengar apa yang kami dengar mengenai mukjizatnya dan perkara-perkara luar biasa lainnya.  Maka barang siapa masuk agama kami dengan niat benar dan jujur akan lebih utama dari kami."

Jarajah berkata, "Demi Allah, apakah engkau menjawab pertanyaanku dengan jujur dan tidak berbohong padaku?"

Khalid menjawab, "Demi Allah, aku telah menjawab pertanyaanmu dengan benar dan Allah sebagai saksi atas apa yang kau tanyakan."

Ketika itu Jarajah membalikkan sisi perisainya dan masuk dalam barisan Khalid, sambil berkata, "Ajarkan aku Islam."

Khalid segera membawanya ke tenda dan menyediakan satu bejana air lalu menyuruhnya mandi, kemudian shalat bersamanya dua rakaat.

(Jarajah diberitakan syahid -insya Allah- dalam peperangan itu)

Buku : Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul yang Agung. Al-Hafizh Ibnu Katsir. Darul Haq. Jakarta.

Tidak ada komentar: