Seandainya semua baca tulisan ini dan memahami maknanya yang sangat dalam, betapa seorang ibu akan tersenyum bahagia saat harus menemui Rabbnya.
#renungan
UNTUKMU ANAKKU
Tahukah kamu nak, perjalanan terjauh dan terberat bagi seorang lelaki adalah perjalanan ke masjid.
Sebab banyak orang kaya tidak sanggup mengerjakannya.
Jangankan sehari lima waktu, bahkan banyak pula yang seminggu sekali pun terlupa.
Tidak jarang pula seumur hidup tidak pernah singgah ke sana.
Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke masjid.
Karena orang pintar dan pandai pun sering tidak mampu menemukannya,
walaupun mereka mampu mencari ilmu hingga ke universitas Eropa ataupun Amerika.
Mudah melangkahkan kaki ke Jepang, Australia dan Korea dgn semangat yg membara, namun ke masjid tetap saja perjalanan yg tidak mampu mereka tempuh walau telah bertitel S3.
Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke masjid.
Karena para pemuda yg kuat dan bertubuh sehat yg mampu menaklukkan puncak gunung Bromo dan Merapi pun sering mengeluh ketika diajak ke masjid.
Alasan mereka pun beragam, ada yang berkata sebentar lagi, ada yg berucap tidak nyaman dicap alim.
Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke masjid.
Maka berbahagialah dirimu wahai anakku....,
bila sejak kecil engkau telah terbiasa melangkahkan kaki ke masjid. Karena bagi kami, sejauh manapun engkau melangkahkan kaki, tidak ada perjalanan yg paling kami banggakan
selain perjalananmu ke masjid.
Biar aku beritahu rahasia kepadamu,
sejatinya perjalananmu ke masjid adalah perjalanan utk menjumpai Rabbmu.
Itulah perjalanan yg diajarkan oleh Nabimu, serta perjalanan yg akan membedakanmu dengan orang-orang yg lupa akan Rabbnya.
Perjalanan terjauh dan terberat itu adalah perjalanan ke masjid.
Maka lakukanlah walau engkau harus merangkak dalam gelap shubuh demi mengenal Robbmu
===========
Maghrib tadi, saya putuskan untuk pergi shalat berjamaah di masjid UNM (universitas negeri Makassar, dulunya IKIP) yang jaraknya dari rumah kurang lebih 1 km dengan harapan setelah shalat maghrib berjamaah ada pengajian hingga shalat isya. Untuk mencapai masjid itu, biasanya saya pakai motor. Ketika sampai di masjid adzan maghrib selesai dikumandangkan oleh muadzin. sebagian orang sedang melaksanakan shalat sunnat. saya pun masuk ke masjid. sambil menunggu iqomah, saya senderkan badan di dinding masjid, namun pandangan mata tertumbuk pada keranjang plastik yang teronggok di lantai yang berisi bungkusan plastik transparan yang berisi keripik pisang dan jagung marning (jagung marning di sulawesi ini adalah jagung putih (ketan) yang direbus kemudian digoreng ditambah bumbu-bumbu untuk menyedap rasa). Saya tahu siapa empunya ini keranjang.
Sebenarnya si empunya keranjang plastik ini, dari info yang saya dapat, tempat tinggalnya dekat rumah saya. Dulu, biasa juga datang ke masjid dekat rumah. setelah shalat maghrib, biasa kita mengaji al-quran bersama, saling mengoreksi bacaan. saya dengan al-quran yang biasa umat islam pakai, tapi beliau dengan al-quran yang khas. Ya, khas karena saya sendiri tidak bisa membacanya kecuali belajar terlebih dahulu, yang saya yakin memerlukan waktu yang lama untuk mempelajarinya. ya...al-quran itu adalah al-quran khusus bagi orang yang buta matanya. ditulis dengan huruf braile. Kejadian itu, mengaji bersama sudah lama tidak berlangsung lagi karena beliau juga jarang ke masjid di dekat rumah lagi. Dulu ketika rajin-rajinnya ke masjid, biar subuh juga selalu hadir, hingga pernah membawa istrinya ke masjid, yang ternyata kondisi matanya buta juga. masya Allah! Saya sempat bertanya ke teman yang lain tentang keberadaannya. Rupanya beliau sekarang terlihat di masjid UNM itu. Maghrib ini bukan kali pertama saya melihatnya di masjid UNM itu. Saya lihat ke shaf terdepan, beliau sedang melaksanakan shalat sunnat hingga saya pun teringat akan janji saya untuk membeli dagangan yang beliau jajakan, yaitu keripik pisang dan jagung marning tadi. Setelah shalat berjamaah maghrib selesai, alhamdulillah saya berada disampingnya, saya pun beranjak untuk pulang karena tampaknya tidak ada pengajian. sesampai di luar saya pun berhenti sejenak untuk menghidupkan hp saya. ketika melihat ke dalam masjid, ternyata teman yang buta itu pun keluar masjid sambil menenteng keranjang plastik dagangannya. saya pun menghampirinya untuk menepati janji membeli dagangannya karena di dalam masjid tidak mungkin saya melakukan itu. setelah bertanya harga jagung marning dan mengambil serta membayarnya, saya pun bertanya, "apakah mau pulang?" beliau menjawab, "tidak pak, saya mau jualan dulu!" Tadi nya saya mau antar pulang sama-sama naik motor. Tapi karena jawaban seperti itu, saya pun pulang sendiri.
Luar biasa. Sudah Buta matanya, tapi tetap berusaha dengan berjualan, dan tetap shalat berjamaah di Masjid. Jadi ingat dengan sahabat Rasulullah saw yang juga buta matanya tapi tetap diharuskan untuk datang ke Masjid untuk Shalat berjamaah, walau dengan merangkak sekalipun. Buta Matanya, tapi Tidak Buta dengan Hatinya! (Cerita ini semoga menjadi inspirasi bagi kita semua untuk melangkahkan kaki ke Masjid untuk memakmurkan Masjid-Nya!)
=============
Abu Said Al-Khudri ra berkata, Rasulullah saw bersabda, "Siapa saja yang keluar dari rumahnya menuju tempat shalat, lalu ia mengucapkan doa, "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan hak (perantara) orang-orang yang memohon kepada-Mu. Aku memohon kepada-Mu dengan perantara berjalannya aku menuju-Mu. Sesungguhnya aku tidak keluar karena keangkuhan atau kesombongan atau riya atau pun sum'ah (mencari reputasi). Tetapi aku keluar karena ingin menghindari kemurkaan-Mu dan mengharapkan keridhoan-Mu. Maka aku memohon kepada-Mu, lindungilah aku dari neraka dan ampunilah dosa-dosaku, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosaku kecuali Engkau", maka Allah akan menghadap kepadanya dengan wajah-Nya dan tujuh puluh ribu malaikat memohonkan ampunan untuknya." (HR. Ibnu Majah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar