Bukan politikus eh...politisi kalau tidak pintar bersilat lidah. jadi kalau anda mau jadi politikus eh....politisi, anda harus melatih lidah anda untuk bersilat dulu hingga ke tingkat expert atau ahli. Terus terang, saya sangat suka dengan istilah silat lidah itu, bersilat lidah. Ya...karena bersilat lidah itu bernuansa indonesia banget. betul ngak, coba kalau istilahnya berkarate lidah, tentu itu gaya-gaya orang jepang sono! atau berkungfu lidah, yaa pasti itu kan bruce lee style. atau bergangnam lidah, atau ...eu...aaahhhhh sudahlah, tambah ngawur nantinya. Untuk saya sendiri, bersilat lidah tidaklah berkonotasi negatif, apalagi filosofi dari silat itu dan umumnya olah raga bela diri, yaitu untuk membela diri dan membela dan menegakkan kebenaran. (apalagi sudah lewat jalur MK! SAH kuadrat gitu loh!)
Kalau orang sekarang meributkan tentang ramping, profesional murni, profesional parpol yang ujung-ujungnya bahwa berfikir terjerat parpol, kalau jadi menteri harus lepas jabatan parpol dan lain-lainnya, itu mah sebenarnya kerjaan orang-orang yang kebanyakan kerja dengan motivasi yang kita tahu sendiri zaman apa sekarang ini. Siti Zuhro, pengamat politik yang sekaligus mengamati politikus eh...politisi, membagi masyarakat Indonesia kepada 3 klasifikasi, yaitu (1) masyarakat yang educated, (2) yang mempunyai nalar, (3) kelas menengah dan bawah. Nah, kalau berdasarkan klasifikasi Siti Zuhro itu, kita bisa menilai dari kelompok mana yang selalu meributkan hal itu. (he-he....sebenarnya saya sendiri perlu penjelasan tentang klasifikasi tersebut terutama untuk point ke (2), nalar karena seolah-olah, sekali lagi seolah-olah yang (1) educated dan (3) kelas menengah dan bawah tidak bernalar! hiks)
Terlepas kelompok mana yang meributkan (untuk saya, biar jin sekalipun! ssttt dengan catatan saya bukanlah jin) antara omongan yang berbentuk pesan sponsor dan janji ksatria dengan kenyataan yang terjadi, sudah terjawab dan tergaransi all item dan all risk dengan kepintaran politikus eh....politisi yang sudah expert bersilat lidah apalagi disertai dengan bahasa tubuh yang cukup aduhai, terspesial kalau bentuk tubuhnya seperti biola spanyole! uihhhh....suegerrr man! yang terpenting ting dan yang utama ma, adalah bagaimana masyarakat yang insya Allah (pakai kata insya Allah, supaya terlihat agamis apalagi klo pakai baju gamis) di dominasi masyarakat menengah dan bawah yang fikirannya terfokus pada urusan perut dan sekitar perut (bahasa kerennya, jasmani dan rohani) bisa nyamang beraktifitas sehari-hari, tanpa terganggu intrik dan kepentingan pribadi dan kelompoknya yang sesaat apalagi dua saat.
Hanya perlu diingat bahwa kekuatan dan kekuasaan yang full power berada di tangan rakyat. Artinya seiring perjalanan waktu kebijaksaan rakyatlah yang akan menilai dan memvonis reputasi para politkus eh....politisi, baik yang pandai bersilat lidah atau tidak pandai bersilat lidah sekalipun. Sejarah sudah mengatakan seperti itu, tentu di buku sejarah manusia yang beradab! ciao!!!!!!!!!!!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar