Alhamdulillah, saya semalam menghadiri tentang ta'jiah karena meninggal tetangga kami, yang merupakan mantan imam masjid di dekat rumah. Sang Ustadz menguraikan panjang lebar tentang masalah kematian ini. Saya mencoba merangkum dan mengembangkan sesuai keilmuan saya sendiri.
Kematian bukanlah suatu hal
yang luar biasa, itu adalah hal yang biasa-biasa saja. Karena yang namanya
makhluk (baca, manusia) pasti akan mengalami mati. Yang luar biasa adalah proses pada saat kematian
itu terjadi. Proses disini bukan juga akibat, seperti tertabrak ditabrak,
tertembak ditembak, dibunuh, dibegal, karena sakit, karena kelaparan, karena
kesenangan, kaget, putus asa, putus cinta dan lain-lain. Proses di sini adalah
terlepasnya Roh dari Jasadnya. Terlepasnya Roh dari Jasadnya juga bukan
merupakan proses alami, keluar begitu saja, tetapi ada campur tangan dari Yang
Maha Pemberi Kehidupan dan Kematian.
Adanya campur tangan dari
Yang Maha Pemberi Kehidupan dan Kematian dapat kita lihat faktanya dalam
kehidupan keseharian kita. Sering kita menemukan
ketika seseorang yang dalam hitungan akal manusia seharusnya meninggal (kecelakaan
yang parah, ditembak dan lain sebagainya) eee…ternyata tidak meninggal bahkan
hidup lebih lama lagi dari manusia normal. Justru kadang kita melihat ketika
seseorang mendapatkan kesenangan yang luar biasa dalam kehidupan dunia justru
kemudian dia meninggal secara mendadak, dan lain sebagainya contoh yang bisa
kita lihat. Dalam proses tercabutnya Roh dari jasadnya ada juga yang prosesnya
lama dan menyiksa tetapi ada juga yang lancar-lancar jaya saja. Sehingga muncul istilah proses kematian yang
baik dan yang yang tidak baik, yang kita kenal dengan Khusnul Khotimah dan Su’ul
Khotimah.
Namun kita tekankan lagi
bahwa Khusnul Khotimah dan Su’ul Khotimah adalah suatu istilah walau untuk pemahaman pemikiran manusia tetapi
standarnya bukanlah standar manusia, tetapi standarnya adalah Standar Yang Maha
Pemberi Kehidupan dan Kematian. Boleh
dikatakan bahwa itu adalah misteri bagi manusia yang mempunyai akal terbatas. Apakah seseorang meninggal dengan Khusnul
Khotimah atau Su’ul khotimah. Tetapi kita
bisa mengetahui apakah seseorang itu ada dalam posisi khusnul khotimah atau su’ul
khotimah, melalui pendekatan tanda-tanda yang terjadi setelah proses kematian
itu terjadi, yang kadang-kadang di luar nalar manusia. Seperti
wajah yang cerah, senyuman, bau wangi atau darah masih segar, tubuh masih utuh
padahal jasadnya sudah berhari-hari bahkan bertahun-tahun, atau sebaliknya bau
busuk padahal baru saja meninggal, wajah yang aneh-aneh dan kejadian-kejadian
lainnya yang tidak biasanya.
Walaupun merupakan misteri,
tetapi kondisi di waktu kematian bisa kita usahakan. Artinya bahwa hal itu
merupakan sebab dan akibat. Seseorang
yang berbuat baik (amal sholeh) selama hidupnya tentu akan berakibat Khusnul
Khotimah di akhir hidupnya, begitu pula sebaliknya. Hanya tentunya bahwa kata baik (amal sholeh) standarnya bukan standar manusia
pada umumnya atau pada apa yang dikatakan manusia atau seseorang yang berwenang
tetapi kembali kepada Yang Maha Pemberi Kehidupan dan Kematian. Kalau begitu, bisa jadi seseorang dalam
kehidupan dunianya baik menurut manusia yang lain tetapi belum tentu baik
menurut Yang Di Atas, dan boleh jadi seseorang dikatakan orang tidak baik
menurut manusia pada umumnya (cq penguasa) tetapi menurut
Yang Di Atas adalah orang baik.
Untuk menjadi orang baik di
mata Yang Memberi Kehidupan dan Kematian, tentu ada dasarnya, ada tuntunannya.
Tidak serta merta manusia dibiarkan begitu saja mengarungi kehidupannya
sementara kematian ada campur tangan Yang Maha Pemberi Kehidupan dan Kematian.
Yang jadi persoalan adalah apakah kita mau mengikuti aturan hidup itu sehingga
kematian yang akan kita dapatkan adalah Kematian yang Khusnul Khotimah. Ini
adalah pilihan bagi kita semua.
Banyak contoh seseorang
yang sudah memilih aturan kehidupan yang telah ditetapkan-Nya, kemudian
bersebrangan dengan manusia pada umumnya, tetapi kemudian dia istiqomah dalam
pilihannya, banyak keajaiban yang menjadi pelajaran bagi kita semua dalam
proses kematiannya. Begitu pula
sebaliknya!
(Artinya apakah ini menjawab tentang bagaimana posisi Santoso ketika menemui ajalnya. Silahkan menilai sendiri!)
Wallahu'alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar