Selasa, 26 Juli 2016

Apakah Santoso, meninggal sebagai Syahid atau bukan?

Kematian Santoso, yang dicap sebagai teroris oleh pemerintah dan sebagian masyarakat Indonesia karena selama ini berposisi melawan terhadap pemerintah, tetapi justru disambut sungguh luar biasa oleh masyarakat Poso sendiri, bahkan dianggap bahwa Santoso adalah pahlawan bagi mereka. Di Media Sosial pun fenomena pro kontra atas kematian Santoso ramai di bicarakan para netizen.

Alhamdulillah, saya semalam menghadiri tentang ta'jiah karena meninggal tetangga kami, yang merupakan mantan imam masjid di dekat rumah. Sang Ustadz menguraikan panjang lebar tentang masalah kematian ini.  Saya mencoba merangkum dan mengembangkan sesuai keilmuan saya sendiri.
Kematian bukanlah suatu hal yang luar biasa, itu adalah hal yang biasa-biasa saja. Karena yang namanya makhluk (baca, manusia) pasti akan mengalami mati.  Yang luar biasa adalah proses pada saat kematian itu terjadi. Proses disini bukan juga akibat, seperti tertabrak ditabrak, tertembak ditembak, dibunuh, dibegal, karena sakit, karena kelaparan, karena kesenangan, kaget, putus asa, putus cinta dan lain-lain. Proses di sini adalah terlepasnya Roh dari Jasadnya. Terlepasnya Roh dari Jasadnya juga bukan merupakan proses alami, keluar begitu saja, tetapi ada campur tangan dari Yang Maha Pemberi Kehidupan dan Kematian.
Adanya campur tangan dari Yang Maha Pemberi Kehidupan dan Kematian dapat kita lihat faktanya dalam kehidupan keseharian kita.  Sering kita menemukan ketika seseorang yang dalam hitungan akal manusia seharusnya meninggal (kecelakaan yang parah, ditembak dan lain sebagainya) eee…ternyata tidak meninggal bahkan hidup lebih lama lagi dari manusia normal. Justru kadang kita melihat ketika seseorang mendapatkan kesenangan yang luar biasa dalam kehidupan dunia justru kemudian dia meninggal secara mendadak, dan lain sebagainya contoh yang bisa kita lihat. Dalam proses tercabutnya Roh dari jasadnya ada juga yang prosesnya lama dan menyiksa tetapi ada juga yang lancar-lancar jaya saja.  Sehingga muncul istilah proses kematian yang baik dan yang yang tidak baik, yang kita kenal dengan Khusnul Khotimah dan Su’ul Khotimah.
Namun kita tekankan lagi bahwa Khusnul Khotimah dan Su’ul Khotimah adalah suatu istilah  walau untuk pemahaman pemikiran manusia tetapi standarnya bukanlah standar manusia, tetapi standarnya adalah Standar Yang Maha Pemberi Kehidupan dan Kematian.  Boleh dikatakan bahwa itu adalah misteri bagi manusia yang mempunyai akal terbatas.  Apakah seseorang meninggal dengan Khusnul Khotimah atau Su’ul khotimah.  Tetapi kita bisa mengetahui apakah seseorang itu ada dalam posisi khusnul khotimah atau su’ul khotimah, melalui pendekatan tanda-tanda yang terjadi setelah proses kematian itu terjadi, yang kadang-kadang di luar nalar manusia.   Seperti wajah yang cerah, senyuman, bau wangi atau darah masih segar, tubuh masih utuh padahal jasadnya sudah berhari-hari bahkan bertahun-tahun, atau sebaliknya bau busuk padahal baru saja meninggal, wajah yang aneh-aneh dan kejadian-kejadian lainnya yang tidak biasanya.
Walaupun merupakan misteri, tetapi kondisi di waktu kematian bisa kita usahakan. Artinya bahwa hal itu merupakan sebab dan akibat.  Seseorang yang berbuat baik (amal sholeh) selama hidupnya tentu akan berakibat Khusnul Khotimah di akhir hidupnya, begitu pula sebaliknya.  Hanya tentunya bahwa kata baik  (amal sholeh) standarnya bukan standar manusia pada umumnya atau pada apa yang dikatakan manusia atau seseorang yang berwenang tetapi kembali kepada Yang Maha Pemberi Kehidupan dan Kematian.  Kalau begitu, bisa jadi seseorang dalam kehidupan dunianya baik menurut manusia yang lain tetapi belum tentu baik menurut Yang Di Atas, dan boleh jadi seseorang dikatakan orang tidak baik menurut manusia pada umumnya (cq penguasa) tetapi  menurut  Yang Di Atas adalah orang baik.
Untuk menjadi orang baik di mata Yang Memberi Kehidupan dan Kematian, tentu ada dasarnya, ada tuntunannya. Tidak serta merta manusia dibiarkan begitu saja mengarungi kehidupannya sementara kematian ada campur tangan Yang Maha Pemberi Kehidupan dan Kematian. Yang jadi persoalan adalah apakah kita mau mengikuti aturan hidup itu sehingga kematian yang akan kita dapatkan adalah Kematian yang Khusnul Khotimah. Ini adalah pilihan bagi kita semua. 

Banyak contoh seseorang yang sudah memilih aturan kehidupan yang telah ditetapkan-Nya, kemudian bersebrangan dengan manusia pada umumnya, tetapi kemudian dia istiqomah dalam pilihannya, banyak keajaiban yang menjadi pelajaran bagi kita semua dalam proses kematiannya.  Begitu pula sebaliknya!
(Artinya apakah ini menjawab tentang bagaimana posisi Santoso ketika menemui ajalnya.  Silahkan menilai sendiri!)
Wallahu'alam.

Tidak ada komentar: