Mungkin anda yang tinggal di kota dan
sudah tersentuh budaya modern akan heran jika pada saat ini masih ada orang
yang punya rumah, kendaraan bermotor tetapi untuk urusan membuang hajat (maaf,
BAB) masih pergi ke suatu tempat di luar rumah, artinya di rumahnya tidak
tersedia WC atau toilet untuk menyelesaikan urusan yang satu itu. Mereka pergi ke kebun, hutan atau padang
rumput yang tinggi. Heran anda akan
semakin berkurang karena itu tidak terjadi di kota di mana anda tinggal, tetapi
di desa yang jauh dari kota.
Anda mungkin akan bertanya apakah
tidak repot, malu dan mungkin nantinya akan menyebarkan penyakit dengan
perilaku seperti itu. Yaaa….untuk urusan
repot, barangkali pengertian repot antara anda dengan masyarakat desa yang
seperti itu agak berbeda, dan penjelasan berikutnya mungkin anda akan lebih
memahami. Urusan malu!! Malu sama siapa,
karena di kebun dan hutan yang banyak pohon2 memudahkan anda untuk bersembunyi
dari pandangan orang biar siang hari, kalaupun ada orang yang lewat mungkin
dengan isyarat suara orang yang lewat akan mengerti apa maksudnya. Di padang rumput ilalang yang tingginya
hampir satu meter dengan mudah menyembunyikan diri dari pandangan orang. Jadi apa masalahnya? Penyakit! Yaa…kejadian penyebaran penyakit
dari kotoran manusia di desa jarang terjadi, bahkan saya berfikir dengan dengan
perilaku seperti itu tanah menjadi subur secara alami! He-he….
Tetapi kemudian dalam dua tahun
terakhir ini ada perubahan perilaku tentang hal tersebut. Di mulai dengan sebagian orang mencoba untuk
menanam padi di lahannya pada musim hujan.
Ternyata hasilnya cukup lumayan sehingga mereka tidak perlu lagi membeli
beras ke pasar. Langkah awal menanam
padi ini kemudian menyebar ke semua masyarakat sehingga mereka pun yang
sebelumnya tidak menanam padi mulai membersihkan lahannya dari pohon2 besar, rumput
ilalang dan yang menghambat proses penanaman padi. Praktis setiap tahun lahan di desa tersebut
menjadi bersih karena persiapan mereka menyabut musim hujan dan musim menanam
padi. Di pertengahan musim hujan
terlihat desa tersebut hijau dengan tanaman padi yang terhampar luas, dan
keindahan padi yang menguning dengan bulir-bulirnya yang bergelayutan di akhir musim menjelang panen.
Karena lahan menjadi kosong, bersih
dan desa seakan diwarnai tanah kecoklatan, justru mengurangi lahan untuk warga
yang biasa membuang hajat (maaf, BAB) di sembarang tempat. Rasa malu dari
masyarakat pun muncul karena tidak terlalu bebas lagi untuk melakukan hal itu,
hatta jika malam sekalipun. Sehingga
terfikirkan bagi mereka untuk membuat WC atau toilet di rumah mereka
masing-masing, walau dengan bentuk yang sangat sederhana!! Lahan yang selama bertahun-tahun menampung
pupuk organic dari manusia sehingga menjadi subur, lama-lama kesuburannya
berkurang karena ditanami tumbuhan padi.
Tetapi karena pintarnya manusia untuk mengurangi kesuburan tersebut dan karena
doktrin yang sudah mengakar maka digantilah dengan pupuk kimia untuk menjaga
dan meningkatkan kesuburan lahan.
Karena pemanfaatan
lahan menimbulkan perubahan perilaku pada manusia tetapi disisi lain lahan
menerima akibatnya dengan menerima unsur-unsur kimiawi yang justru mengurangi
nilai alami dari alam itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar