Kalau kita membaca kembali apa yang
dilakukan Rasulullah shollallahu a'laihi wa salam ketika peristiwa Fathu Makkah
terjadi, beliau membersihkan gambar-gambar yang ada di dalam Ka'bah,
menghancurkan patung-patung yang ada di sekitar Ka'bah dan Mekkah. Intinya
menghilangkan sumber-sumber kesyirikan yang ada yang terlihat waktu itu. Bahkan
beliau mengutus para sahabatnya untuk menghancurkan Patung-patung besar, Al
Manah, Al Lata dan Al 'Uzza yang berada di luar kota Makkah.
Terus apa yang dilakukan para tokoh
yang dicap orang yang tidak senang dengan mereka sebagai Pendiri Wahabi
beberapa ratus tahun setelah Rasulullah saw meninggal, yaitu Imam Su'ud dan bin
Abdul Aziz dan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, ketika mereka mulai berkuasa
atas Tanah Arab.
Sejarawan terkenal, Ibnu Bisyr,
menceritakan sebagian upaya yang dilakukan oleh Imam Su'ud bin Abdul Aziz :
"Pada tahun 1216 H, Su'ud
bersama para tentaranya menuju Karbala, maka beliau menghancurkan kubah yang
berada di atas kuburan Husain." Lanjutnya :
"Pada tahun 1217 H ketika Su’ud
memasuki Mekkah, beliau thawaf dan sa’i, lalu membagi para tentaranya untuk
menghancurkan kubah-kubah yang dibangun di atas kubur dan petilasan-petilasan
kesyirikan yang jumlahnya banyak sekali di Mekkah, d bawah, di atas, di tengah
dan di rumah-rumah.”
“Su’ud tinggal di sana lebih dari
dua puluh hari, kaum muslimin menghancurkan kubah-kubah setiap hari, sehingga
tidak ada di Mekkah satu kubah dan petilasan pun kecuali mereka hancurkan dan
ratakan menjadi tanah.”
Syaikh Abdullah bin Muhammad bin
Abdul Wahhab, mengatakan, “Setelah itu kami menghilangkan setiap apa yang
diagung-agungkan dan diyakini dapat memberikan manfaat dan menolak mudharat
berupa semua jenis bangunan di atas kubur dan selainnya, sehingga tidak ada
lagi di tempat suci suatu thoghut yang disembah. Segala puji bagi Allah atas
hal itu.”
“Kami menghancurkan kubah Sayyidah
Khadijah Rodhiallahu ‘anha, kubah kelahiran Nabi Shollallahu ‘alaihi wassalam
dan sekitarnya dari kubah-kubah yang dinisbatkan kepada para wali, semua itu
dalam rangka mengikis pintu-pintu kesyirikan dan melarikan manusia dari syirik
kepada Allah semampu mungkin, sebab syirik adalah dosa besar yang tidak
diampuni.”
“Adapun bangunan kubah di atas
kubur, maka hal itu merupakan pintu dan syi’ar kekufuran, sebab Allah mengutus
Rasul-Nya Muhammad shollahu ‘alaihi wassalam untuk menghancurkan patung-patung,
walaupun di atas kuburan orang sholih, karena Lata adalah orang sholih, yang
tatkala dia meninggal dunia maka mereka berdiam di kuburnya dan mengagungkannya
serta mendirikan bangunan di atasnya. Tatkala penduduk Tha’if masuk Islam dan
meminta kepada Nabi shollallahi ‘alaihi wassalam agar membiarkan Lata selama
sebulan agar supaya tidak menakutkan para wanita dan anak-anak mereka sehingga
mereka masuk Islam, maka Nabi menolak permohonan mereka dan mengutus Mughirah
bin Syu’bah dan Abu Sufyan bin Harb untuk menghancurkannya.”
Dari uraian di atas jelas sudah siapa yang sangat membenci dan
memusuhi apa yang dilakukan dari awal oleh apa yang mereka sebut pendiri “Wahabi”.
Dan itu terus berlanjut hingga kini, karena gerakan dakwah kembali kepada
Al-Quran dan Sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wassalam tidak berhenti di awal
gerakan mereka. Hingga Syaikh Abdul Aziz bin
Baz rohimahullahu berkata :
“Orang-orang yang memusuhi Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab ada
dua golongan :
Pertama
: Golongan yang berada
di kubang kesyirikan. Mereka memusuhi Syaikh karena ingin kembali ke dalam
kesyirikan mereka, sebab Syaikh menyerukan tauhid sedangkan mereka orang-orang
yang gandrung dengan kesyirikan.
Kedua : Orang-orang jahil yang tertipu oleh juru
dakwah kebatilan, orang-orang jahil tersebut hanya taklid buta kepada orang
jahil pula atau orang yang dengki”
Yang lebih luar biasa lagi sesuai dengan
perkembangan kehidupan social dan politik saat ini, terkadang Wahabi dikaitkan
dengan Negara. Negara atau kerajaan
Saudi pun dikatakan sebagai Negara Wahabi apalagi dengan adanya ajaran yang
sangat bertolak belakang yang juga sekarang berkuasa di daerah Timur Saudi
Arabia.. Untuk masalah hal ini, Raja
Abdul Aziz dalam khotbahnya di Mekkah pada bulan Dzulhijjah tahun 1347 H
mengatakan :
“Mereka menjuluki kami “Wahhabiyyun” dan
madzhab kami adalah “Wahhabi” sebagai madzhab tertentu, maka itu adalah
kesalahan fatal akibat kabar bohong yang didesuskan oleh sebagian kalangan yang
memiliki niat jahat. Kami bukanlah pemeluk madzhab yang baru atau aqidah baru,
Muhammad bin Abdul Wahab rohimahullahu tidaklah membawa ajaran baru, aqidah kami
adalah aqidah salaf shalih yang diajarkan dalam al-Quran dan sunnah sebagaimana
pemahaman salat shalih. Kami menghormati para imam empat, tidak ada bedanya
bagi kami antara Malik, Syafi’I, Ahmad dan Abu Hanifah, semuanya sangat
terhormat dalam pandangan kami.
Itulah aqidah yang diemban oleh Syaikh Islam
Muhammad bin Abdul Wahhab rohimahullahu, inilah aqidah kami, sebuah aqidah yang
dibangun di atas tauhid yang murni dari segala noda-noda bid’ah. Aqidah tauhid
inilah yang kami dakwahkan dan dapat menyelamatkan kita dari semua petaka”
Tetapi walaupun sang Raja sudah mengatakan
seperti itu, orang-orang yang punya hati jahat tidak akan pernah kendur untuk
merusak dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang berlandaskan kepada
Al-Quran dan Sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa salam, Jalan dakwah mereka dan orang-orang yang mengikuti Al-Quran dan Sunnah tidak hanya terbatas kepada persoalan kuburan saja tetapi juga urusan yang berhubungan dengan Khurafat, Bid'ah dan Tahhayul. Semoga Allah
memberikan Hidayah dan Taufiq-Nya kepada mereka. Amin
Nasehat berharga :
Syaikh Abdullah al-Bassam rohimahullahu mengatakan :
“Sebagian orang yang menulis tentang syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab rh, baik dari barat maupun dari timur ada yang tidak memahami secara bagus tentang hakikat
dakwah beliau, sehingga mereka menulis tidak sesuai dengan fakta
sebenarnya. Hal itu disebabkan karena
mereka terpengaruh oleh tulisan-tulisan musuh-musuh dakwah yang menggambarkan
dakwah ini dengan kebencian dan kedengkian sehingga membuat opini kepada
manusia seperti selera hawa nafsu mereka.
Pada zaman sekarang, segala sarana dan
komunikasi begitu mudah, sehingga bagi
setiap pencari kebenaran dan pencinta keadilan bisa menyelidiki dari sumber
aslinya. Dengan demikian, dia akan
mengetahui kebatilan tuduhan-tuduhan miring yang dilontarkan kepada dakwah ini,
mengetahui kejernihan dakwah dan cahaya iman berupa dakwah Islam yang mengajak
kepada kaum muslimin seluruhnya supaya kembali kepada ajaran Islam mereka yang
telah Allah sempurnakan, dan menyeru mereka untuk menerapkan hukum-hukum Islam
sehingga mereka meraih kejayaan Islam.”
Terakhir, Semoga kita dijadikan Allah swt
hati, hati yang mau mencari kebenaran dan berlaku adil terhadap segala ilmu yang
ada sehingga bisa membedakan mana yang benar dan salah. Dan tentunya Allah swt menunjukkan
kepada kita yang benar itu benar dan memberikan kekuatan kepada kita untuk
mengikutinya, walaupun orang-orang Musyrik, Munafik dan Kafir membencinya. Amin
(Meluruskan sejarah Wahhabi, Abu Ubaidah Yusuf bin Muchtar As
Sidawi; http://rasoulallah.net/id/articles/article/3637;
)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar