Rabu, 20 Januari 2016

Hubungan Umur dan Berfikir!


Persoalan hidup dan kehidupan di lihat dari makna yang sederhana bukanlah hal yang sangat luar biasa dan apalagi sesuatu yang menghebohkan ketika seseorang lahir ke dunia ini, dibandingkan dengan sisi yang lain yang lebih menyeramkan yaitu kematian.  Semua agama berbicara tentang kematian, special bagi Utusan Tuhan yang menyampaikan hanya dua hal tentang kematian, membawa berita gembira dan memperingatkan manusia (Basyiro wa Nadziro).  Dengan dua hal itulah dari sisi kematian, hidup dan kehidupan mempunyai makna yang lebih dari sekedar sederhana. Itulah maksud yang digambarkan Allah Sang Pencipta, semua penciptaan termasuk Jin dan Manusia diciptakan hanya untuk mengabdi kepada-Nya.



 Hidup adalah pengabdian, penghambaan, hanya pengabdian hanya penghambaan kepada-Nya, terlepas dari apa warna kehidupan manusia selama kata hidup melekat padanya. Dengan demikian hidup dan kehidupan akan ada dalam corak ke-Tuhan-an. Tuhan menjadi dasar dan tujuan dalam setiap itikad dan  langkahnya.  Tanpa itu (pengabdian, penghambaan), warna kehidupan akan terlihat redup dan terasa hambar. Sosok ke-Tuhan-an akan tertutupi oleh hawa nafsu dan jiwa kebinatangan.
Berbicara hidup di dunia adalah berbicara tentang rentang waktu yang disesuaikan tiket yang diberikan Tuhan kepada kita untuk tampil di dunia ini hingga kematian menjemput kita. Oleh sebab itulah hidup sebelum kematian disandingkan dengan kata sifat fana.    Tetapi hidup setelah kematian akan disandingkan dengan kata baqa atau abadi, dengan bentuk bagaimana warna kehidupan kita di alam fana dilukis dengan tinta sosok ke-Tuhan-an atau tidak.  Yang luar biasa sebagai bentuk Kebesaran dan Keadilan Tuhan,untuk merefleksikan sifat fana ke baqa, tiket itu bersifat rahasia, semua manusia tidak ada yang mengetahui berapa durasi bagi dirinya tampil di dunia ini. (Klo orang tahu bahwa besok akan mati maka hari ini dia akan tobat setobat-tobatnya!!!)

Untuk itulah hak preogratif diberikan kepada manusia untuk berfikir tentang durasi itu dengan berkaca kepada kehidupan setelah kematiannya.  Namun sesuai Statement Tuhan dan fakta di lapangan bahwa yang mau berfikir tentang hal itu tidaklah banyak.  Rasa untuk kekinian dibandingkan sesuatu yang akan datang terlalu mendominasi jiwanya.

“Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, yang berlainan dengan yang telah kami kerjakan dahulu.” (Dikatakan kepada mereka), “Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat berfikir bagi orang yang berfikir, padahal telah datang kepadamu seorang pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami), dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun.” (AQ Surat Fatir ayat 37)

Yang jadi pertanyaan, apakah orang yang masuk neraka selama di dunia tidak pernah berfikir? Saya yakin semua orang yang sudah baligh di dunia pasti berfikir kecuali si Gila!


Semoga kita semua termasuk orang yang berfikir yang fikirannya sesuai dengan pemberi peringatan yang diutus oleh-Nya! Amin

Tidak ada komentar: