Persoalan hidup dan kehidupan di
lihat dari makna yang sederhana bukanlah hal yang sangat luar biasa dan apalagi
sesuatu yang menghebohkan ketika seseorang lahir ke dunia ini, dibandingkan
dengan sisi yang lain yang lebih menyeramkan yaitu kematian. Semua agama berbicara tentang kematian,
special bagi Utusan Tuhan yang menyampaikan hanya dua hal tentang kematian,
membawa berita gembira dan memperingatkan manusia (Basyiro wa Nadziro). Dengan dua hal itulah dari sisi kematian,
hidup dan kehidupan mempunyai makna yang lebih dari sekedar sederhana. Itulah
maksud yang digambarkan Allah Sang Pencipta, semua penciptaan termasuk Jin dan
Manusia diciptakan hanya untuk mengabdi kepada-Nya.
Hidup adalah pengabdian, penghambaan, hanya
pengabdian hanya penghambaan kepada-Nya, terlepas dari apa warna kehidupan
manusia selama kata hidup melekat padanya. Dengan demikian hidup dan kehidupan
akan ada dalam corak ke-Tuhan-an. Tuhan menjadi dasar dan tujuan dalam setiap
itikad dan langkahnya. Tanpa itu (pengabdian, penghambaan), warna
kehidupan akan terlihat redup dan terasa hambar. Sosok ke-Tuhan-an akan
tertutupi oleh hawa nafsu dan jiwa kebinatangan.
Berbicara hidup di dunia adalah berbicara
tentang rentang waktu yang disesuaikan tiket yang diberikan Tuhan kepada kita
untuk tampil di dunia ini hingga kematian menjemput kita. Oleh sebab itulah
hidup sebelum kematian disandingkan dengan kata sifat fana. Tetapi
hidup setelah kematian akan disandingkan dengan kata baqa atau abadi, dengan
bentuk bagaimana warna kehidupan kita di alam fana dilukis dengan tinta sosok
ke-Tuhan-an atau tidak. Yang luar biasa
sebagai bentuk Kebesaran dan Keadilan Tuhan,untuk merefleksikan sifat fana ke
baqa, tiket itu bersifat rahasia, semua manusia tidak ada yang mengetahui
berapa durasi bagi dirinya tampil di dunia ini. (Klo orang tahu bahwa besok
akan mati maka hari ini dia akan tobat setobat-tobatnya!!!)
Untuk itulah hak preogratif
diberikan kepada manusia untuk berfikir tentang durasi itu dengan berkaca
kepada kehidupan setelah kematiannya. Namun
sesuai Statement Tuhan dan fakta di lapangan bahwa yang mau berfikir tentang
hal itu tidaklah banyak. Rasa untuk
kekinian dibandingkan sesuatu yang akan datang terlalu mendominasi jiwanya.
“Dan mereka berteriak di dalam
neraka itu, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan
mengerjakan kebajikan, yang berlainan dengan yang telah kami kerjakan dahulu.”
(Dikatakan kepada mereka), “Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat
berfikir bagi orang yang berfikir, padahal telah datang kepadamu seorang
pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami), dan bagi orang-orang zalim
tidak ada seorang penolong pun.” (AQ Surat Fatir ayat 37)
Yang jadi pertanyaan, apakah
orang yang masuk neraka selama di dunia tidak pernah berfikir? Saya yakin semua
orang yang sudah baligh di dunia pasti berfikir kecuali si Gila!
Semoga kita semua termasuk orang yang berfikir yang
fikirannya sesuai dengan pemberi peringatan yang diutus oleh-Nya! Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar