Sabtu, 16 Januari 2016

Saling Kenal Mengenal

Dalam surat al-Hujuraat, Allah swt berfirman bahwa manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling kenal mengenal.   Mengenal berbagai suku bangsa juga menunjukkan betapa kekuasaan Allah swt meliputi segalanya, boleh jadi setiap suku bangsa mempunyai kelebihan dan kekurangannya, secara fisik maupun kemampuannya.   Tetapi tetap Allah swr nyatakan bahwa yang paling mulia disisi-Nya adalah manusia yang bertaqwa.

Mekkah dan Madinah adalah tanah suci yang semua orang Muslim mempunyai keinginan berziarah ke sana, baik untuk berhaji maupun untuk berumrah.  Tentu di sanalah berkumpul orang-orang Islam dari berbagai penjuru dunia. Dan itu saya rasakan sendiri, mulai di hotel sampai di masjid, saya bertemu dengan berbagai suku bangsa. Dengan sesama orang Indonesia saja saya ketemu dengan berbagai suku, mulai dari ujung barat aceh sampai ke jawa. Tetangga sebelah sesama melayu, yaitu malaysia. Begitu juga dengan orang Pakistan, srilangka, palestina, turki, mesir, inggris, aljazair. Bahkan saya berkomunikasi dengan beberapa orang di antaranya. Di perjalanan sewaktu menunggu pesawat di ruang tunggu di Denpasar Bali, ada orang francis tapi keturunan maroko (kalau tidak salah), mengajak saya untuk berbicara. Pas posisi duduk dia bersebrangan dengan saya, dan kalau tidak salah kami bertemu di tempat cek in, namun beda meja, karena kami rombongan dan selalu gaduh membuat menarik perhatian orang.



Perbincangan yang cukup menarik adalah perbincangan dengan orang Pakistan di Masjidil Haram. Ketika itu saya selesai sholat maghrib, seperti biasa saya tidak meninggalkan tempat apalagi saya waktu itu berada di ring tingkat dua sehingga pandangan ke Ka'bah terlihat dengan jelas.  Di samping kanan saya ada anak muda dengan pakaian pakistan dan wajahnya juga menunjukkan bukan orang melayu.  Tidak lama berselang dia bertanya terlebih dahulu ke saya, menanyakan asal negara saya dengan pertanyaan penekanan.  Setelah saya membenarkan dan bertanya balik, ternyata perkiraan saya juga benar bahwa anak muda ini orang pakistan.  Setelah perkenalan dan basa-basi, dia bertanya tentang kurs mata uang indonesia, yaitu nilai 1 riyal terhadap rupiah.  Saya bilang sekitar 4.000 rupiah, tepatnya 3.600 atau 3.700.  Dia tidak percaya dengan apa yang saya bilang, sehingga dia bertanya ulang dengan bahasa inggris yang dilambatkan, tetapi saya tetap menjawab seperti itu. Namun dia tetap tidak percaya, bahkan dia membandingkan dengan mata uang nya yaitu rupee, dimana satu riyal sama dengan 27 rupee. Saya bilang ya seperti itu.  Ketika itu pas disamping kanannya ada orang yang berwajah melayu, dia bertanya ke orang yang di sampingnya, dari Indonesia? Setelah dijawab iya, saya bilang sama dia untuk bertanya ke orang di sebelah kanannya. Tetapi karena orang indonesia itu tidak mengerti bahasa inggris, dia minta tolong ke saya untuk tanyakan dengan bahasa indonesia.  Setelah dibenarkan nilai tukarnya, bahkan orang indonesia itu bilang baru saja menukarkan uangnya, akhirnya orang Pakistan ini percaya bahwa nilai tukar mata uang kita seperti itu.

Untuk meyakinkan dia, dia bertanya lagi berapa nilai uang yang paling kecil dan yang paling besar, bahkan dia ingin melihat uang rupiah yang saya punya. tetapi karena saya tidak bawa uang rupiah saya tidak bisa menunjukkannya, dia sendiri memperlihatkan nilai uang yang paling besar di pakistan, yaitu 500 rupee.  Setelah saya bilang nilai uang paling kecil 500 rupiah (logam) dan yang paling besar 100.000 rupiah, dia bertambah yakin.  Tetapi mungkin karena masih penasaran Dia pun bertanya ke saya lagi tentang pekerjaan saya dan pendapatan yang saya terima dari pekerjaan saya.  Setelah saya terangkan, dia pun tambah mengerti bahkan menyarankan saya untuk bekerja di saudi ini dan kembali ke Indonesia, pasti menjadi orang kaya....ha-ha.... Terakhir yang menjadi catatan pertanyaannya adalah apakah ada orang Indonesia yang bekerja di Pakistan?  Saya bilang mungkin ada saja, tetapi saya kira tidak banyak. Ha-ha-ha....

========

Orang Pakistan lain yang saya ketemu dan berbincang adalah ketika saya berada di Madinah di Masjid Nabawi.  Saya lupa lagi waktu itu kapan tepatnya, yang jelas saya dan teman saya sedang menunggu waktu sholat juga. Teman kamar saya berada di samping kiri saya.  Tiba-tiba seseorang di samping kirinya menegur teman saya karena kuku tangannya panjang dan kotor.  Berbeda dengan orang Pakistan yang di Mekkah tadi, yang ini tidak bisa bicara inggris, tetapi bahasa arab. Dia menyuruh teman saya untuk memotong kukunya di luar masjid dengan biaya 5 riyal.  Dia bilang kuku yang kotor tidak baik, apalagi kalau dipakai untuk makan.  Kemudian dia meminta tangan saya untuk diperlihatkan kepadanya. Karena kuku tangan saya bersih, dia bilang bagus, bersih. He-he...saya bilang pada teman kamar saya, bahwa saya punya gunting kuku, nanti di hotel di guntingnya tidak usah di luar masjid! kami pun berterima kasih kepada orang Pakistan itu.


========

Karena orang Indoensia termasuk salah satu jamaah yang banyak di Mekkah dan Madinah sehingga untuk orang-orang Arab terutama para pedagang bahasa Indonesia kadang mereka kuasai sedikit, apalagi yang berhubungan dengan jual beli, seperti angka-angka nilai uang,  permintaan untuk singgah di tokonya dan lain sebagainya.  Yang lucu saya pernah mengantar teman saya untuk mencari ATM. oh iya...ATM di madinah dan Mekkah di sekitar Masjid jarang terlihat berbeda dengan di Indonesia, entah kalau di pusat kotanya.   Ketika saya di Madinah, dan ketika sudah mendapatkan petunjuk bahwa ATM ada di hotel Hilton, kami pun menuju ke sana. Setelah masuk ke area lobbi saya pun bertanya ke seseorang yang dari pakaiannya adalah karyawan di hotel itu.  Saya pun bertanya dengan mempergunakan bahasa Inggris kacau saya xixixi..... Tetapi apa jawaban dari karyawan hotel tersebut, dia jawab dengan menggunakan bahasa Indonesia, "di lantai satu!!!" Glek!!!

Tidak ada komentar: