Semua kepala manusia bahkan juga hewan bertulang belakang pasti kepalanya keras. Tapi maksud dari judul di atas para pembaca juga sudah mengerti maksudnya. Keras kepala lebih kepada sikap yang tidak mau berubah atau memegang prinsip yang tidak mau berubah. biasanya hal itu berhubungan dengan sikap yang tidak baik. Banyak kita (atau saya sendiri) sesuatu yang salah yang dilakukan oleh orang dan pada umumnya semua orang menilai itu salah tapi dia tidak mau berubah! Hal ini yang membuat kita repot dan kadang menjengkelkan, apalagi kalau berbicara masalah aturan hukum yang ada dasar tertulisnya atau bicara masalah agama yang memang sudah ada tata caranya.
Contoh yang saya alami belum lama ini. Dalam shalat berjamaah, biasanya sang Imam sebelum memulai selalu mengatakan kepada jamaah atau makmum yang ikut shalat berjamaah untuk meluruskan shaf dan merapatkannya. Perintah dari sang Imam ini adalah memang tatacara beribadah shalat berjamaah yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Standar lurus dan rapat juga sangat sederhana dan semua orang akan mengerti dan faham. Tapi faktanya masih banyak orang yang dalam shalat berjamaahnya tidak mau rapat bahkan tidak mau lurus. Saya punya pengalaman mengenai tidak lurus ini, karena agak terlambat datang ke masjid saya mendapati shaf ketiga sebagai tempat yang kosong yang saya harus isi. Pas di depan saya yaitu jamaah yang berada di shaf kedua posisinya tidak lurus dengan jamaah di shaf kedua. Kaki nya menjorok ke luar hampir satu telapak kakinya, yang tentu menginjak tempat sujud saya nantinya. karena shalat berjamaah sudah dimulai saya tidak bisa mendorongnya supaya agak maju dan sejajar dengan jamaah di shaf kedua. (sebenarnya bisa saja, hanya belum tentu orang yang saya dorong mengerti maksudnya!!) Saya pun takbir untuk mengikuti sang imam dalam sholat berjamaah, hanya masalah kaki jamaah di shaf kedua ini menjadi fikiran saya (aduh!). Iya lah, karena kalau saya sujud nantinya pasti kepala saya akan kena dengan kakinya. Saya pun berfikir untuk tidak apa-apa kepala saya terkena kakinya supaya dia bisa merasa salah dan maju meluruskan dengan shafnya.
Benar saja, bahkan saya agak sengaja sujud saya agak saya majukan supaya dirasakan oleh jamaah itu. selesai rakaat pertama jamaah masuk ke rakaat kedua dan kami berdiri untuk memulai rakaat kedua. waduh, celakanya, itu jamaah yang off side shafnya tidak juga mau maju kakinya supaya lurus dengan shafnya. Beliau tetap di tempat dimana pada rakaat pertama dia lakukan. walah....ngelmu yang salah atawa keras kepala yang salah kaprah? Gusti...Gusti.....
Senin, 24 Maret 2014
Sabtu, 22 Maret 2014
Bagaikan buah simalakama, bertani dan bertambak secara berdampingan.
Bustam, biasa dipanggil dengan julukan ambo tuo, dikenal dengan petani yang sukses. Tanaman pertaniannya selalu berhasil, dengan metode dan teknik sendiri yang kadang keluar dari pakem pertanian maupun dari kebiasaan masyarakat petani di sana. Adiknya Bustam adalah teman baik saya, mengakui juga hal itu. Tapi karena adiknya Bustam ini adalah seorang yang berpendidikan tinggi (S1) kadang tidak terlalu menanggapi masalah teknis yang lakukan oleh kakaknya karena ya...itu tadi, mau-maunya sendiri tapi justru berhasil karena itu.
Di samping sebagai petani, Bustam juga sebenarnya seorang petambak juga bahkan beliau sudah mempunyai tambak sendiri dari hasil keringatnya sendiri. Hanya karena akhir-akhir ini kurang begitu berhasil di tambak khususnya udang windu, Bustam lebih memilih konsentrasi di pertanian dengan hasil yang cukup menjanjikan dengan berbagai jenis tanaman pertanian -yang umumnya palawija- yang dikelolanya. Beberapa tahun yang lalu sebenarnya Bustam pun pernah membuat heboh dengan hasil tambak udang windunya yang panen cukup melimpah dengan standar sebagai petambak tradisional. Dengan hasil panennya tersebut bisa membangun rumah kayu dengan jenis kayu nomor satu senilai puluhan juta.
Dengan booming nya udang vanname di desa nya Bustam pun mencoba untuk memelihara udang vanname. Awal-awalnya ada kegagalan, ya...karena kebiasaannya itu tidak berubah yaitu pakai teknik sendiri. Kadang dalam pembicaraan mengenai budidayanya saya kadang dibuat heran dengan langkah-langkahnya. Tapi akhir-akhir ini, ada perubahan sedikit terhadap sikapnya yang mau sendiri, tapi ya...sedikit. Seperti dengan penebaran yang cukup tinggi untuk ukuran budidaya secara tradisional, Bustam sudah mau memakai katinting, yaitu mesin penggerak perahu kecil untuk menambah oksigen kalau pada malam hari. Dengan teknik sendiri pula dia rubah mesin katinting yang mempergunakan bensin dengan mempergunakan gas elpiji, yang terbukti lebih irit atau ekonomis pemakaiannya.
Malam itu, Bustam meminta saya untuk melihat tambaknya karena umur udang vannamenya sudah memasuki umur 70 harian. Dia khawatir dengan kondisi mesin katintingnya yang sudah tua. Kalau-kalau terjadi kerusakan di malam hari dan tidak bisa diperbaiki, sementara udangnya sudah cukup besar dan sudah banyak mempergunakan pakan udang yang biayanya cukup tinggi. Saya pun menyetujuinya, bahkan memberikan masukan-masukan bagi Bustam supaya panennya jangan diberikan kepada pengumpul kecil karena perbedaan harga yang cukup jauh, apalagi kalau tonase panennya cukup banyak.
Esok harinya, saya dengan adiknya Bustam pun pergi ke tambaknya. Sebenarnya dulu saya pernah ke tambak yang dimaksud tetapi jalur untuk mencapai tambak itu agak berbeda, sehingga saya agak bingung awalnya. Tetapi yang membuat saya surprise adalah sebelum sampai di tambak itu, saya melewati lahan kebun yang sudah ada tanaman cabe merahnya dan itu sangat banyak mungkin ribuan. saya tanya kebun dan tanaman siapa ini? Di jawab sama adiknya Bustam, ya..punya Bustam!
Tanaman cabe itu belum berumur tua tapi sudah ada buah cabenya bahkan sudah ada yang memerah tapi memang kelihatannya tidak terurus. Setelah bertemu Bustam di tambaknya saya bertanya mengenai tanaman cabenya, kenapa seperti dibiarkan begitu. Bustam menjawab, memang serba salah karena kalau tanaman cabenya juga dirawat dengan pemakaian pestisida, larutan pestisidanya takut masuk di tambak yang ada udang vannamenya. wah...sayang juga ini tanaman cabe, tapi lebih sayang juga kalau udang vannamenya kena masalah gara-gara tanaman cabenya. Jadi Bustam lebih mengorbankan tanaman cabe dan lebih konsentrasi di tambak udangnya yang sudah terlihat besar dan dengan biaya operasional yang cukup banyak. Tanaman cabe biasanya berumur panjang, mudah-mudahan swetelah panen udang vanname yang tinggal beberapa hari, tanaman cabenya bisa diperbaiki kondisinya. Saya tadinya mau menyarankan pemakaian pestisida dicampur larutan lem yang akan mengakibatkan pestisidanya melengket di daun, buah dan batang. Tapi saya tidak sampaikan karena dalam proses semprot apakah pestisida atau pupuk cair tidak semua cairan mengenai tanaman, ada juga yang terbuang di tanah.
Akhirnya kami pun berkeliling tambak dan melakukan beberapa kali sampling. Setelah sampling saya coba hitung dan memprediksikan jumlah udang vanname yang ada di tambaknya Bustam. Bustam sangat bersemangat sekali, boleh jadi siklus ini kembali membuat dia berjaya di tambak udang walau dengan jenis vanname. Untuk sementara Bustam tinggalkan pertaniannya yang ada di sekitar tambaknya demi keberhasilan budidaya udangnya. Hidup Perikanan, hidup pertanian!
Di samping sebagai petani, Bustam juga sebenarnya seorang petambak juga bahkan beliau sudah mempunyai tambak sendiri dari hasil keringatnya sendiri. Hanya karena akhir-akhir ini kurang begitu berhasil di tambak khususnya udang windu, Bustam lebih memilih konsentrasi di pertanian dengan hasil yang cukup menjanjikan dengan berbagai jenis tanaman pertanian -yang umumnya palawija- yang dikelolanya. Beberapa tahun yang lalu sebenarnya Bustam pun pernah membuat heboh dengan hasil tambak udang windunya yang panen cukup melimpah dengan standar sebagai petambak tradisional. Dengan hasil panennya tersebut bisa membangun rumah kayu dengan jenis kayu nomor satu senilai puluhan juta.
Dengan booming nya udang vanname di desa nya Bustam pun mencoba untuk memelihara udang vanname. Awal-awalnya ada kegagalan, ya...karena kebiasaannya itu tidak berubah yaitu pakai teknik sendiri. Kadang dalam pembicaraan mengenai budidayanya saya kadang dibuat heran dengan langkah-langkahnya. Tapi akhir-akhir ini, ada perubahan sedikit terhadap sikapnya yang mau sendiri, tapi ya...sedikit. Seperti dengan penebaran yang cukup tinggi untuk ukuran budidaya secara tradisional, Bustam sudah mau memakai katinting, yaitu mesin penggerak perahu kecil untuk menambah oksigen kalau pada malam hari. Dengan teknik sendiri pula dia rubah mesin katinting yang mempergunakan bensin dengan mempergunakan gas elpiji, yang terbukti lebih irit atau ekonomis pemakaiannya.
Malam itu, Bustam meminta saya untuk melihat tambaknya karena umur udang vannamenya sudah memasuki umur 70 harian. Dia khawatir dengan kondisi mesin katintingnya yang sudah tua. Kalau-kalau terjadi kerusakan di malam hari dan tidak bisa diperbaiki, sementara udangnya sudah cukup besar dan sudah banyak mempergunakan pakan udang yang biayanya cukup tinggi. Saya pun menyetujuinya, bahkan memberikan masukan-masukan bagi Bustam supaya panennya jangan diberikan kepada pengumpul kecil karena perbedaan harga yang cukup jauh, apalagi kalau tonase panennya cukup banyak.
Esok harinya, saya dengan adiknya Bustam pun pergi ke tambaknya. Sebenarnya dulu saya pernah ke tambak yang dimaksud tetapi jalur untuk mencapai tambak itu agak berbeda, sehingga saya agak bingung awalnya. Tetapi yang membuat saya surprise adalah sebelum sampai di tambak itu, saya melewati lahan kebun yang sudah ada tanaman cabe merahnya dan itu sangat banyak mungkin ribuan. saya tanya kebun dan tanaman siapa ini? Di jawab sama adiknya Bustam, ya..punya Bustam!
Tanaman cabe itu belum berumur tua tapi sudah ada buah cabenya bahkan sudah ada yang memerah tapi memang kelihatannya tidak terurus. Setelah bertemu Bustam di tambaknya saya bertanya mengenai tanaman cabenya, kenapa seperti dibiarkan begitu. Bustam menjawab, memang serba salah karena kalau tanaman cabenya juga dirawat dengan pemakaian pestisida, larutan pestisidanya takut masuk di tambak yang ada udang vannamenya. wah...sayang juga ini tanaman cabe, tapi lebih sayang juga kalau udang vannamenya kena masalah gara-gara tanaman cabenya. Jadi Bustam lebih mengorbankan tanaman cabe dan lebih konsentrasi di tambak udangnya yang sudah terlihat besar dan dengan biaya operasional yang cukup banyak. Tanaman cabe biasanya berumur panjang, mudah-mudahan swetelah panen udang vanname yang tinggal beberapa hari, tanaman cabenya bisa diperbaiki kondisinya. Saya tadinya mau menyarankan pemakaian pestisida dicampur larutan lem yang akan mengakibatkan pestisidanya melengket di daun, buah dan batang. Tapi saya tidak sampaikan karena dalam proses semprot apakah pestisida atau pupuk cair tidak semua cairan mengenai tanaman, ada juga yang terbuang di tanah.
Akhirnya kami pun berkeliling tambak dan melakukan beberapa kali sampling. Setelah sampling saya coba hitung dan memprediksikan jumlah udang vanname yang ada di tambaknya Bustam. Bustam sangat bersemangat sekali, boleh jadi siklus ini kembali membuat dia berjaya di tambak udang walau dengan jenis vanname. Untuk sementara Bustam tinggalkan pertaniannya yang ada di sekitar tambaknya demi keberhasilan budidaya udangnya. Hidup Perikanan, hidup pertanian!
Selasa, 18 Maret 2014
Kata-kata yang sering diucapkan tapi menyesatkan
(1) Setiap hari jumat, ketika jama'ah shalat jum'at siap memulai acara, baisanya ada pengurus masjid yang mengumumkan beberapa penyampaikan, salah satunya :"Kepada para jama'ah yang masih di luar diharapkan segera masuk ke dalam masjid dan mengisi shaf-shaf di depan yang masih kosong. Dan bagi jama'ah yang membawa handphone, harap dimatikan!"
((Glek!!! Jama'ah yang membawa handphone, harap dimatikan. Untung semua mngerti bahwa yang dimaksud dimatikan adalah handphonenya bukan orang yang membawa handphone!!!)
(2) He-he....orang yang kuat hapalannya dibilang hapal di luar kepala. Padahal hapalan dia ada di dalam kepala. Jadi harusnya yang pintar menghapal, disebutkan hapal di dalam kepala bukan di luar kepala!.
(3) Ada kalimat seperti ini : GAK MASUK AKAL? MIIKIIRRRR....! Heran juga, segala sesuatu pasti masuk ke akal seseorang, sehingga kemudian dia berfikir, bagaimana dia bisa katakan tidak masuk akal, sementara untuk mengatakan seperti itu pasti dia mikir dulu!! he-he....
(4) Siapa yang tahu kata-kata yang lain?
(2) He-he....orang yang kuat hapalannya dibilang hapal di luar kepala. Padahal hapalan dia ada di dalam kepala. Jadi harusnya yang pintar menghapal, disebutkan hapal di dalam kepala bukan di luar kepala!.
(3) Ada kalimat seperti ini : GAK MASUK AKAL? MIIKIIRRRR....! Heran juga, segala sesuatu pasti masuk ke akal seseorang, sehingga kemudian dia berfikir, bagaimana dia bisa katakan tidak masuk akal, sementara untuk mengatakan seperti itu pasti dia mikir dulu!! he-he....
(4) Siapa yang tahu kata-kata yang lain?
Menjengkelkan
Saya mempunyai pengalaman yang menjengkelkan yaitu berhubungan dengan ban motor saya yang bagian belakang yang ketika itu sementara menuju ke tempat kerja ban motor saya kempes di tengah perjalanan. Biasa kalau kempes ban seperti itu mengindikasikan bahwa ban itu bocor. Syukur alhamdulillah tempat tambal ban bocor tidak jauh dari tempat dimana kejadian ban motor saya kempes. (Pernah kejadian, saya harus mendorong motor yang kempes hingga kurang lebih 3 km, maklum di daerah dan kejadiannya waktu itu menjelang maghrib). Akhirnya ban motor pun ditambal di bengkel itu. Kurang lebih 30 menit kemudian saya pun melanjutkan perjalanan untuk melaksanakan tugas.
Dua hari kemudian, sore hari sepulang dari tambak, tiba-tiba ban motor saya berbunyi sesuatu dan perasaan laju motor tidak terlalu enak. Saya pun memberhentikannya dan melihat ke arah ban belakang yang saya dengar ada bunyi aneh. Ternyata ban kembali kempes, yang lucunya kejadiannya itu tidak terlalu jauh dari tempat kejadian kemarin. Jadi saya berfikir bahwa ban bocor disebabkan tidak sempurnanya tambal ban yang kemarin. Saya pun bertanya ke teman yang kebetulan rumahnya dekat di tempat itu, tempat tambal ban yang terdekat. Wah, ternyata teman itu menunjukkan tempat tambal ban yang kemarin saya tambal yang sebenarnya saya hindari. Akhirnya saya kembali ke tempat tambal ban itu. Dengan basa-basi, saya pun menjelaskan kejadian kempersnya ban kepada tukang tambal ban.
Tetapi ternyata setelah dibuka tempat bocornya ban bukanlah tempat yang kemarin bocor dan ditambal. Wah...saya sudah merasa bersalah dengan kejadian ini. Tukang tambal ban bilang bahwa penyebabnya adalah ban lar yang sudah tidak baik. Akhirnya saya pun mengganti ban luar sekalian dengan ban dalam karena sudah banyak bekas bocor. Nah, disinilah awal kejengkelan saya. Ternyata ban dalam baru yang saya beli itu, selalu kempes. Di tambah anginnya besoknya kempes lagi, apalagi kalau sering dipakai. Kejadian ini didengar oleh teman yang rupanya pernah juga mengganti ban dalam di tempat itu, dia bilang pernah ganti ban di tempat itu, baru diganti tidak lama sampai di tempat kerjanya bannya tiba-tiba meletus di tempat parkir. Dia bilang kualitasnya tidak bagus. Akhirnya ban dalam yang saya pakai kempes secara tiba-tiba sementara motor sedang jalan, saya minta kepada tukang tambal yang ada di kota waktu itu untuk mengganti ban dalamnya. Ah.....setelah itu ban dalam saya tidak pernah lagi kempes hingga waktu yang lama, paling saya tinggal tambah angin sedikit ketika ban sudah tidak terlalu keras lagi.
Saya berfikir berapa uang yang dipakai untuk menambah angin. Saya pun tidak mau mencek kebocoran dengan alasan bahwa ini ban baru. Ah..ini juga kesalahan saya bahwa tidak semua produk dari proses produksi kualitasnya bagus, makanya ada yang dinamakan dengan Quality Qontrol, yang akan memeriksa layaknya produk sesuai standar yang ada. Boleh jadi kejengkelan saya ini juga sama ketika saya sebagai warga negara melihat apa yang terjadi di negeri ini yang selalu terjadi berulang-ulang tanpa ada solusi yang yang terbaik untuk menghentikannya. Berapa banyak orang pintar di negeri ini dan berapa banyak orang yang berkuasa di negeri ini yang bisa berbuat banyak untuk menyelesaikan masalah itu, dibandingkan dengan masalah yang saya hadapi dengan ban dalam motor saya yang saya alami.
(1) Banjir di Ibu kota Jakarta.
Setiap musim hujan, kota Jakarta selalu banjir. Biar tidak hujan di Jakarta, tapi kalau di sekitar Jakarta seperti daerah Bogor hujan, Jakarta kena imbasnya berupa banjir. Yang menjadi miris bagi saya adalah Jakarta adalah ibukota negara, pusat pemerintahan, bahkan banjir pernah melanda istana negara yang kala itu mau menerima tamu negara yaitu salah satu pemimpin negara lain. Jakarta juga pusat bisnis, dengan begitu banyak penduduk, dengan adanya banjir berapa banyak ekonomi tersendat dan terbuang hanya karena roda ekonomi tidak berjalan. Berapa banyak daya, berupa fikiran dan waktu hanya untuk memikirkan dampak dari banjir tersebut, seperti kerusakan, pengungsi dan lain sebagainya.
Saya seperti juga yang berfikir seperti itu, kenapa ibu kota negara tidak dipindahkan saja dari Jakarta. Cari tempat yang ideal untuk sebuah ibu kota negara. Alangkah tidak eloknya sebuah ibu kota negara setiap tahun dan setiap saat ketika musim hujan selalu menjadi bahan berita, yang seluruh dunia, karena kecanggihan telekomunikasi saat ini, akan tahu. Perpindahan ibukota atau membangun kota baru untuk menjadi ibu kota atau pusat pemerintahan bukanlah sesuatu yang aneh di dunia, sudah banyak negara lain melakukan hal itu, contoh terdekat adalah malaysia.
Dengan berpindahnya ibukota dari Jakarta tentu tidak akan menyelesaikan permalasahan banjir di kota jakarta tapi setidaknya greget dan gengsi bangsa akan lebih terangkat karena ibukota negaranya tidak kena musibah tahunan/kronis. Bahkan dengan berpindahnya ibukota beban kota jakarta akan berkurang, baik dari jumlah penduduk maupun kendaraan. Dan boleh jadi akan lebih memudahkan pihak berwenang di jakarta akan lebih mudah untuk menata kota.
Boleh jadi itu tidak mudah, tapi dengan kapasitas sebagai sebuah kesatuan dalam negara semua akan menjadi mudah. Memang itu memerlukan sebuah proses, tapi kalau sudah menjadi keinginan baik secar politik, sosial budaya dan ekonomi semua akan terasa ringan.
(2) Kebakaran hutan di Propinsi Riau (Sumatera pada umumnya).
Wah...persoalan ini juga sudah berlangsung beberapa tahun dan selalu berulang, bahkan tidak hanya berdampak untuk masyarakat sekitar tapi juga lintas negara, terutama negera-negara terdekat kita, Malaysia dan Singapure. Sebagai warga negara saya jengkel juga dengan kejadian seperti ini dan dibuat malu terhadap negara sebelah. APalagi kejadian itu sepertinya sengaja dilakukan oleh oknum-oknum tertentu sebagai jalan pintas untuk membersihkan lahan mereka.
Pemerintah akhir-akhir ini mulai tegas untuk mempidanakan mereka yang dengan sengaja membakar lahannya. Tapi saya rasa itu sudah sangat terlambat, kenapa tidak dari dulu. Sekarang, seperti juga sebelumnya, penyakit pernafasan menyerang masyarakat, pandangan terbatas mengundang resiko kecelakaan, begitu pula dengan transportasi udara terhenti karena jarak pandangan yang terbatas. Dengan begitu berapa banyak kerugian jika kita hitung dengan nilai uang, yang berlangsung bertahun-tahun! Hadeuh....cape deh!
Diperlukan langkah yang lebih tegas dari pemerintah sehingga hal ini tidak berulang, apalagi kalau sudah mengganggu negara tetangga! Dari aspek lingkungan dimana Indonesia sebagai paru-parunya dunia harus tetap dipertahankan sehingga keseimbangan lingkungan menjadi tidak terganggu gara-gara kebakaran hutan yang disengaja!
(3) Jalur Pantura (Pantai Utara).
Jalur Pantura adalah urat nadi ekonomi di daerah Jawa. Yang menghubungan berbagai kota baik yang ada di jawa, sumatera dan Bali bahkan ke Nusa Tenggara. Distribusi semua kebutuhan manusia di semua daerah itu berhubungan dengan jalur Pantura ini. Tetapi yang luar biasa adalah jalur ini adalah jalur yang selalu diributkan ketika menjelang hari Raya Idul Fitri, karena pada waktu itu tidak hanya sebagai jalur distribusi tetapi juga jalur pulkam (pulang kampung) bagi orang-orang yang mudik.
Apa yang diributkan? tentu saja kualitas jalan yang rusak dimana-mana yang akan memberikan ketidaknyamanan para pemudik. Bukan hanya ketidaknyamanan tetapi juga adalah adanya pemborosan ekonomi yang tidak termanfaatkan dengan benar. Dengan kondisi macet yang berkilo-kilo meter di berbagai tempat berapa banyak bahan bakar yang terbuang percuma hanya karena gara-gara itu. belum yang lainnya lagi.
Tetapi anehnya kejadian-kejadian serupa seperti kejadian-kejadian lainnya di Indoensia selalu terulang. Dan sudah menjadi kebiasaan gelontoran dana untuk proses perbaikan akan selalu keluar menjelang hari Raya Idul Fitri itu. Kok Bisa ya? ah....orang kecil seperti saya hanya bisa bergumam seperti itu. Kok Bisa ya?
(4) Persoalan DPT atau Daftar Pemilih Tetap.
Setiap lima tahun sekali ketika terjadi Pemilu baik untuk pemilihan kepala daerah tingkat kabupaten/kota, provinsi, legislatif dan presiden/wakil presiden selalu muncul masalah DPT ini. Penetapan jumlah selalu tidak sama dengan kondisi sebenarnya, entah karena pendataan yang kurang bagus atau aspek politis di dalamnya, yang jelas hal ini selalu menjadi bahan perbincangan diantara yang berkepentingan. Bagi kita sebagai masyarakat tentu masalahnya adalah kita menginginkan pemilu berlaku dengan jurdil, jujur dan adil.
Memang, masalah data kependudukan selalu berubah membutuhkan up date data yang terus menerus, apalagi untuk kebutuhan pemilu ada persyaratan khusus yang berhubungan dengan umur bagi pemilih. Hanya untuk kondisi saat ini yang dikatakan sebagai zaman modern dimana data sudah tersimpan dalam database, tentu dari hari ke hari, tahun ke tahun, dari pemilu ke pemilu berikutnya masalah DPT ini harus berkurang kualitas masalahnya. Hal ini juga untuk mengurangi kecurangan dari pihak-pihak yang mau bermain tidak jujur dan adil. Smoga!
Dua hari kemudian, sore hari sepulang dari tambak, tiba-tiba ban motor saya berbunyi sesuatu dan perasaan laju motor tidak terlalu enak. Saya pun memberhentikannya dan melihat ke arah ban belakang yang saya dengar ada bunyi aneh. Ternyata ban kembali kempes, yang lucunya kejadiannya itu tidak terlalu jauh dari tempat kejadian kemarin. Jadi saya berfikir bahwa ban bocor disebabkan tidak sempurnanya tambal ban yang kemarin. Saya pun bertanya ke teman yang kebetulan rumahnya dekat di tempat itu, tempat tambal ban yang terdekat. Wah, ternyata teman itu menunjukkan tempat tambal ban yang kemarin saya tambal yang sebenarnya saya hindari. Akhirnya saya kembali ke tempat tambal ban itu. Dengan basa-basi, saya pun menjelaskan kejadian kempersnya ban kepada tukang tambal ban.
Tetapi ternyata setelah dibuka tempat bocornya ban bukanlah tempat yang kemarin bocor dan ditambal. Wah...saya sudah merasa bersalah dengan kejadian ini. Tukang tambal ban bilang bahwa penyebabnya adalah ban lar yang sudah tidak baik. Akhirnya saya pun mengganti ban luar sekalian dengan ban dalam karena sudah banyak bekas bocor. Nah, disinilah awal kejengkelan saya. Ternyata ban dalam baru yang saya beli itu, selalu kempes. Di tambah anginnya besoknya kempes lagi, apalagi kalau sering dipakai. Kejadian ini didengar oleh teman yang rupanya pernah juga mengganti ban dalam di tempat itu, dia bilang pernah ganti ban di tempat itu, baru diganti tidak lama sampai di tempat kerjanya bannya tiba-tiba meletus di tempat parkir. Dia bilang kualitasnya tidak bagus. Akhirnya ban dalam yang saya pakai kempes secara tiba-tiba sementara motor sedang jalan, saya minta kepada tukang tambal yang ada di kota waktu itu untuk mengganti ban dalamnya. Ah.....setelah itu ban dalam saya tidak pernah lagi kempes hingga waktu yang lama, paling saya tinggal tambah angin sedikit ketika ban sudah tidak terlalu keras lagi.
Saya berfikir berapa uang yang dipakai untuk menambah angin. Saya pun tidak mau mencek kebocoran dengan alasan bahwa ini ban baru. Ah..ini juga kesalahan saya bahwa tidak semua produk dari proses produksi kualitasnya bagus, makanya ada yang dinamakan dengan Quality Qontrol, yang akan memeriksa layaknya produk sesuai standar yang ada. Boleh jadi kejengkelan saya ini juga sama ketika saya sebagai warga negara melihat apa yang terjadi di negeri ini yang selalu terjadi berulang-ulang tanpa ada solusi yang yang terbaik untuk menghentikannya. Berapa banyak orang pintar di negeri ini dan berapa banyak orang yang berkuasa di negeri ini yang bisa berbuat banyak untuk menyelesaikan masalah itu, dibandingkan dengan masalah yang saya hadapi dengan ban dalam motor saya yang saya alami.
(1) Banjir di Ibu kota Jakarta.
Setiap musim hujan, kota Jakarta selalu banjir. Biar tidak hujan di Jakarta, tapi kalau di sekitar Jakarta seperti daerah Bogor hujan, Jakarta kena imbasnya berupa banjir. Yang menjadi miris bagi saya adalah Jakarta adalah ibukota negara, pusat pemerintahan, bahkan banjir pernah melanda istana negara yang kala itu mau menerima tamu negara yaitu salah satu pemimpin negara lain. Jakarta juga pusat bisnis, dengan begitu banyak penduduk, dengan adanya banjir berapa banyak ekonomi tersendat dan terbuang hanya karena roda ekonomi tidak berjalan. Berapa banyak daya, berupa fikiran dan waktu hanya untuk memikirkan dampak dari banjir tersebut, seperti kerusakan, pengungsi dan lain sebagainya.
Saya seperti juga yang berfikir seperti itu, kenapa ibu kota negara tidak dipindahkan saja dari Jakarta. Cari tempat yang ideal untuk sebuah ibu kota negara. Alangkah tidak eloknya sebuah ibu kota negara setiap tahun dan setiap saat ketika musim hujan selalu menjadi bahan berita, yang seluruh dunia, karena kecanggihan telekomunikasi saat ini, akan tahu. Perpindahan ibukota atau membangun kota baru untuk menjadi ibu kota atau pusat pemerintahan bukanlah sesuatu yang aneh di dunia, sudah banyak negara lain melakukan hal itu, contoh terdekat adalah malaysia.
Dengan berpindahnya ibukota dari Jakarta tentu tidak akan menyelesaikan permalasahan banjir di kota jakarta tapi setidaknya greget dan gengsi bangsa akan lebih terangkat karena ibukota negaranya tidak kena musibah tahunan/kronis. Bahkan dengan berpindahnya ibukota beban kota jakarta akan berkurang, baik dari jumlah penduduk maupun kendaraan. Dan boleh jadi akan lebih memudahkan pihak berwenang di jakarta akan lebih mudah untuk menata kota.
Boleh jadi itu tidak mudah, tapi dengan kapasitas sebagai sebuah kesatuan dalam negara semua akan menjadi mudah. Memang itu memerlukan sebuah proses, tapi kalau sudah menjadi keinginan baik secar politik, sosial budaya dan ekonomi semua akan terasa ringan.
(2) Kebakaran hutan di Propinsi Riau (Sumatera pada umumnya).
Wah...persoalan ini juga sudah berlangsung beberapa tahun dan selalu berulang, bahkan tidak hanya berdampak untuk masyarakat sekitar tapi juga lintas negara, terutama negera-negara terdekat kita, Malaysia dan Singapure. Sebagai warga negara saya jengkel juga dengan kejadian seperti ini dan dibuat malu terhadap negara sebelah. APalagi kejadian itu sepertinya sengaja dilakukan oleh oknum-oknum tertentu sebagai jalan pintas untuk membersihkan lahan mereka.
Pemerintah akhir-akhir ini mulai tegas untuk mempidanakan mereka yang dengan sengaja membakar lahannya. Tapi saya rasa itu sudah sangat terlambat, kenapa tidak dari dulu. Sekarang, seperti juga sebelumnya, penyakit pernafasan menyerang masyarakat, pandangan terbatas mengundang resiko kecelakaan, begitu pula dengan transportasi udara terhenti karena jarak pandangan yang terbatas. Dengan begitu berapa banyak kerugian jika kita hitung dengan nilai uang, yang berlangsung bertahun-tahun! Hadeuh....cape deh!
Diperlukan langkah yang lebih tegas dari pemerintah sehingga hal ini tidak berulang, apalagi kalau sudah mengganggu negara tetangga! Dari aspek lingkungan dimana Indonesia sebagai paru-parunya dunia harus tetap dipertahankan sehingga keseimbangan lingkungan menjadi tidak terganggu gara-gara kebakaran hutan yang disengaja!
(3) Jalur Pantura (Pantai Utara).
Jalur Pantura adalah urat nadi ekonomi di daerah Jawa. Yang menghubungan berbagai kota baik yang ada di jawa, sumatera dan Bali bahkan ke Nusa Tenggara. Distribusi semua kebutuhan manusia di semua daerah itu berhubungan dengan jalur Pantura ini. Tetapi yang luar biasa adalah jalur ini adalah jalur yang selalu diributkan ketika menjelang hari Raya Idul Fitri, karena pada waktu itu tidak hanya sebagai jalur distribusi tetapi juga jalur pulkam (pulang kampung) bagi orang-orang yang mudik.
Apa yang diributkan? tentu saja kualitas jalan yang rusak dimana-mana yang akan memberikan ketidaknyamanan para pemudik. Bukan hanya ketidaknyamanan tetapi juga adalah adanya pemborosan ekonomi yang tidak termanfaatkan dengan benar. Dengan kondisi macet yang berkilo-kilo meter di berbagai tempat berapa banyak bahan bakar yang terbuang percuma hanya karena gara-gara itu. belum yang lainnya lagi.
Tetapi anehnya kejadian-kejadian serupa seperti kejadian-kejadian lainnya di Indoensia selalu terulang. Dan sudah menjadi kebiasaan gelontoran dana untuk proses perbaikan akan selalu keluar menjelang hari Raya Idul Fitri itu. Kok Bisa ya? ah....orang kecil seperti saya hanya bisa bergumam seperti itu. Kok Bisa ya?
(4) Persoalan DPT atau Daftar Pemilih Tetap.
Setiap lima tahun sekali ketika terjadi Pemilu baik untuk pemilihan kepala daerah tingkat kabupaten/kota, provinsi, legislatif dan presiden/wakil presiden selalu muncul masalah DPT ini. Penetapan jumlah selalu tidak sama dengan kondisi sebenarnya, entah karena pendataan yang kurang bagus atau aspek politis di dalamnya, yang jelas hal ini selalu menjadi bahan perbincangan diantara yang berkepentingan. Bagi kita sebagai masyarakat tentu masalahnya adalah kita menginginkan pemilu berlaku dengan jurdil, jujur dan adil.
Memang, masalah data kependudukan selalu berubah membutuhkan up date data yang terus menerus, apalagi untuk kebutuhan pemilu ada persyaratan khusus yang berhubungan dengan umur bagi pemilih. Hanya untuk kondisi saat ini yang dikatakan sebagai zaman modern dimana data sudah tersimpan dalam database, tentu dari hari ke hari, tahun ke tahun, dari pemilu ke pemilu berikutnya masalah DPT ini harus berkurang kualitas masalahnya. Hal ini juga untuk mengurangi kecurangan dari pihak-pihak yang mau bermain tidak jujur dan adil. Smoga!
Sabtu, 15 Maret 2014
Metode Budidaya Rumput Laut
Rumput laut dalam dekade-dekade terakhir pamornya terus menanjak, baik untuk produk-produk industri, farmasi apalagi produk olahan makanan. Trend ini akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya teknologi yang dihasilkan oleh manusia dan kayanya kandungan dari rumput laut, serta tentunya secara fisik keberadaannya sangat melimpah, bahkan dari ribuan jenis rumput laut yang sudah ada beberapa yang bisa dibudidayakan secara massal. Dengan persyaratan media pertumbuhan yang tidak terlalu rumit secara keilmuan, merupakan potensi yang sangat luarbiasa bagi daerah-daerah yang cocok untuk budidaya rumput laut yang tersebar di pesisir pantai terutama di daerah tropis. Indonesia termasuk salah satu negara yang menghasilkan rumput laut baik hasil dari budidaya maupun dari hasil pengambilan dari alam secara langsung.
Hal yang menarik lainnya adalah dengan adanya budidaya rumput laut, tentunya adalah membuka lapangan kerja baru serta menambah penghasilan bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang pesisir pantai. Bahkan secara tataniaga jaringan rumput laut menghasilkan pengusaha-pengusaha yang bergerak di dalamnya, apakah itu mereka yang bergerak di jalur distribusi lokal maupun ekspor-impor, pengumpul kecil dan besar hingga pengolahan produk setengah jadi maupun produk akhir. Efek lebih jauhnya adalah adanya perputaran ekonomi yang menggairahkan aspek kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
Di Indonesia, termasuk di Sulawesi Selatan banyak tersebar sentra-sentra rumput laut yang berawal dari proses budidaya rumput laut, seperti di Kabupaten Takalar, Jeneponto hingga Bantaeng dan Bulukumba. Pantai timur, mulai sinjai, sengkang, luwu dan palopo. Di bagian utara ada Pinrang, bahkan yang sekarang menjadi bagian Sulawesi Barat seperti kabupaten Polman, majene dan Mamuju. Metode budiaya yang mereka gunakan pada umumnya sama untuk jenis rumput laut Eucheuma cottoni yaitu metode Long line, sedangkan untuk rumput laut Gracillaria sp yang umumya dibudidayakan di tambak. Di daerah perairan yang dangkal datar ada juga yang mempergunakan metode Pancang. Artinya dua patok dipasang berjauhan dan kemudian diikat tali untuk tempat mengikat rumput laut. Untuk supaya tali tetap berada di permukaan air, umumnya para petani rumput laut mempergunakan botol-botol bekas atau sterofoam yang sudah tidak dipakai yang berfungsi sebagai pelampung.
Khusus untuk metode budidaya rumput laut longline, sebenarnya merupakan modifikasi dari metode-metode sebelumnya, mulai dari awal perkembangan rumput laut yang diminati oleh masyarakat atau untuk industri.
(1) Metode Tebar, dalam metode ini rumput laut diikat dengan menggunakan tali rapia kemudian diikat di batu karang yang ada di dasar laut, sehingga rumput laut tidak terbawa arus dan tumbuh berkembang di ikatan tali rapia dan memudahkan untuk panen.
(2) Metode Pancang, metode ini menggunakan pancang yang ditancapkan diujung-ujung kemudian diikat tali utama sebagai tempat untuk mengikat rumput laut, gambarannya seperti tali jemuran di rumah. Dengan metode ini bisa lebih memudahkan pekerjaan dan bisa menghasilkan panen yang lebih banyak.
(3) Metode Rakit. Metode ini adalah penyempurnaan dari metode Pancang, utama untuk perairan laut yang agak dalam. Bahan yang digunakan adalah bambu yang diset berbentuk kotak dan mengapung di permukaan air. Rangkaian bambu ini akan mengikuti pasang surut permukaan air laut, sehingga bisa dipasang di perairan yang dalam.
(4) Metode Kantong. metode ini merupakan metode budidaya rumput laut yang melindungi rumput laut dari hama pemakan rumput laut apakah itu ikan, penyu dan yang lainnya. prinsipnya kita membuat kantong dari jaring yang mempunyai ukuran yang tidk memungkinkan hama masuk ke dalamnya. Sebenarnya, yang sudah saya rasakan metode ini cukup merepotkan disamping untuk produksi masal agak susah.
(5) Metode Longline, metode ini yang sekarang banyak dipakai para petani rumput laut. bentangan tali yang terapung dengan mempergunakan pelampung dan jangkar supaya tidak terbawa arus, yang sebenarnya merupakan penyempurnaan dari metode rakit. Pemakain tali poliethilin yang bisa dipakai dalam beberapa siklus, lebih irit dibandingkan dengan bambu.
=============
Hal yang menarik lainnya adalah dengan adanya budidaya rumput laut, tentunya adalah membuka lapangan kerja baru serta menambah penghasilan bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang pesisir pantai. Bahkan secara tataniaga jaringan rumput laut menghasilkan pengusaha-pengusaha yang bergerak di dalamnya, apakah itu mereka yang bergerak di jalur distribusi lokal maupun ekspor-impor, pengumpul kecil dan besar hingga pengolahan produk setengah jadi maupun produk akhir. Efek lebih jauhnya adalah adanya perputaran ekonomi yang menggairahkan aspek kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
Di Indonesia, termasuk di Sulawesi Selatan banyak tersebar sentra-sentra rumput laut yang berawal dari proses budidaya rumput laut, seperti di Kabupaten Takalar, Jeneponto hingga Bantaeng dan Bulukumba. Pantai timur, mulai sinjai, sengkang, luwu dan palopo. Di bagian utara ada Pinrang, bahkan yang sekarang menjadi bagian Sulawesi Barat seperti kabupaten Polman, majene dan Mamuju. Metode budiaya yang mereka gunakan pada umumnya sama untuk jenis rumput laut Eucheuma cottoni yaitu metode Long line, sedangkan untuk rumput laut Gracillaria sp yang umumya dibudidayakan di tambak. Di daerah perairan yang dangkal datar ada juga yang mempergunakan metode Pancang. Artinya dua patok dipasang berjauhan dan kemudian diikat tali untuk tempat mengikat rumput laut. Untuk supaya tali tetap berada di permukaan air, umumnya para petani rumput laut mempergunakan botol-botol bekas atau sterofoam yang sudah tidak dipakai yang berfungsi sebagai pelampung.
Khusus untuk metode budidaya rumput laut longline, sebenarnya merupakan modifikasi dari metode-metode sebelumnya, mulai dari awal perkembangan rumput laut yang diminati oleh masyarakat atau untuk industri.
(1) Metode Tebar, dalam metode ini rumput laut diikat dengan menggunakan tali rapia kemudian diikat di batu karang yang ada di dasar laut, sehingga rumput laut tidak terbawa arus dan tumbuh berkembang di ikatan tali rapia dan memudahkan untuk panen.
(2) Metode Pancang, metode ini menggunakan pancang yang ditancapkan diujung-ujung kemudian diikat tali utama sebagai tempat untuk mengikat rumput laut, gambarannya seperti tali jemuran di rumah. Dengan metode ini bisa lebih memudahkan pekerjaan dan bisa menghasilkan panen yang lebih banyak.
(3) Metode Rakit. Metode ini adalah penyempurnaan dari metode Pancang, utama untuk perairan laut yang agak dalam. Bahan yang digunakan adalah bambu yang diset berbentuk kotak dan mengapung di permukaan air. Rangkaian bambu ini akan mengikuti pasang surut permukaan air laut, sehingga bisa dipasang di perairan yang dalam.
(4) Metode Kantong. metode ini merupakan metode budidaya rumput laut yang melindungi rumput laut dari hama pemakan rumput laut apakah itu ikan, penyu dan yang lainnya. prinsipnya kita membuat kantong dari jaring yang mempunyai ukuran yang tidk memungkinkan hama masuk ke dalamnya. Sebenarnya, yang sudah saya rasakan metode ini cukup merepotkan disamping untuk produksi masal agak susah.
(5) Metode Longline, metode ini yang sekarang banyak dipakai para petani rumput laut. bentangan tali yang terapung dengan mempergunakan pelampung dan jangkar supaya tidak terbawa arus, yang sebenarnya merupakan penyempurnaan dari metode rakit. Pemakain tali poliethilin yang bisa dipakai dalam beberapa siklus, lebih irit dibandingkan dengan bambu.
=============
Maaf, ikut
nebeng, bagi yang mau memenuhi kebutuhan hidupnya klik http://onstore.co.id/s/00367940001
Baca juga : http://mang-emfur.blogspot.co.id/2016/05/apakah-kita-hanya-mau-berpangku-tangan.html
Jin Minta Kambing!
Berita ini sudah dua kali saya terima. Yang pertama dulu ketika salah satu siswa saya kemasukan jin. Kata teman saya sesama guru yang ada di rumah siswa menyatakan bahwa jin nya meminta kambing 2 ekor yang gemuk-gemuk. Yang kedua tadi siang (15-3-2014) saya dengar seperti itu dari siswa yang temannya juga katanya kemasukan jin di rumahnya. Jin itu juga minta dipotongkan kambing. Jadi siswa itu minta sumbangan untuk membeli kambing. Tentu saja saya menolak untuk itu, saya bilang kita jangan menuruti kemauan jin. tapi siswa itu bilang bahwa jin itu meminta kambing disertai ancaman, kalau tidak akan ada yang diambil, katanya seperti ada siswa beberapa bulan lalu ada yang kecelakaan hingga meninggalnya dan itu diambil oleh jin.
Dipikir-pikir, kita ini aneh mau saja dimain-mainkan jin. kalau dia bisa ambil nyawa manusia, kenapa kalau mau makan kambing tidak sekalian saja nyawa kambing yang diambil! beres persoalan toh! Inilah ujian bagi manusia, untuk tidak musyrik kepada Allah swt! Astaghfirullahal'adzim.
Selasa, 11 Maret 2014
Mati, menghantui kita!
Wah....judulnya serem buanget! he-he.....judul itu terinspirasi dari berita jatuhnya pesawat Malaysian Air Service (MAS) yang hingga saat ini belum diketemukan baik bangkai pesawatnya maupun fisik manusia yang ikut dalam penerbangan tersebut. Malaysia yang dalam beberapa aspek mengungguli indonesia, mengalami duka yang mendalam karena kejadian ini ditambah beberapa negara dimana warga negaranya tercatat sebagai penumpang di pesawat tersebut.
Ratusan penumpang dari berbagai negara itu sedang melaksanakan berbagai hajat kehidupan, entah untuk melakukan bisnis, entah wisata, entah hanya sekedar jalan-jalan mengunjungi keluarga, atau pun tugas negara. Tetapi, mengalami nasib nahas yang sama dan bersamaan karena musibah tersebut yang boleh jadi membawa kematian pada mereka. (wah....walaupun belum ada kepastian tentang berita kematian penumpang, tetapi dengan kondisi seperti itu saya yakin bahwa akhir ceritanya seperti itu, seperti juga kecelakaan Adam Air di Perairan Mamuju beberapa tahun yang lalu. namun bagaimana pun sebagai sesama manusia saya tetap berharap yang terbaik bagi semuanya)
Kembali ke judul dahulu. Menghantui saya rasa terlalu vulgar, karena konotasi hantu sepertinya tidak bagus apalagi untuk anak-anak (bahkan orang dewasa sekalipun), tetapi untuk hal-hal eksotisme terutama bagi para seniman kata-kata seperti kadang dipakai untuk membombastis kejadian atau karakter sesuatu. He-he...karena saya punya rasa seni walau sedikit ya...bolehlah untuk judul itu, tetapi lebih bagusnya sih untuk diterima semua lapisan masyarakat ya...bisa diperhalus sedikit dengan kata eu...eu....mengintai barangkali! ya...bisa juga. Mengintai, karena kematian tidak hanya terjadi ditempat-tempat yang mempunyai resiko kecelakaan yang besar, tetapi juga pada tempat-tempat yang boleh dibilang resiko kecelakaannya sangat kecil, seperti di tempat tidur misalnya. Sudah banyak orang mengalami fase kematian ketika berada di tempat tidur, bahkan kadang tanpa ada gejala sebelumnya. Kalau begitu yang paling mendasar adalah bukan masalah matinya karena dimana pun kita berada dalam keadaan bagaimana pun kita saat itu kalau sudah waktunya kematian akan menjemput kita. Masalahnya adalah dalam kondisi apa kita mati? Dalam keyakinan Islam ada yang dinamakan dengan Khusnul Khotimah (akhir yang baik) dan Su'ul khotimah (akhir yang jelek). Ketika kematian menjemput kita dan kondisi keimanan kita kepada Allah swt dalam keadaan yang baik, insya Allah kondisi kematian kita berada dalam khusnul khotimah, dan begitu pula sebaliknya. Dan kondisi ini akan berlanjut kepada kehidupan sesuai kematian itu terjadi. Untuk itu, setiap langkah kita haruslah selalu dalam kondisi di jalur yang benar, benar sesuai dengan Syariat Allah swt. Semoga...kita mengakhiri kehidupan kita dalam keadaan khusnul khotimah! amin.
======
Imam shalat itu pun kemudian berdiri ketika dzikir dan doa sehabis shalat Ashar berjamaah selesai. Selanjutnya beliau berkata, "Hendaknya kematian menjadi pelajaran bagi kita. Tadi, sehabis shalat dhuhur berjamaah di masjid ini ada jenazah yang dishalatkan. Ternyata yang meninggal adalah seseorang yang tinggal di kompleks belakang masjid. Tadi malam, yang meninggal ini mau pergi menjemput keluarganya di bandara. Istrinya sudah bilang untuk pakai taksi saja ke bandaranya. Tetapi sang suami ini tetap berangkat dengan menggunakan motor. Di tengah perjalanan, ada anak muda yang mengendarai motor dengan kecepatan tinggi yang kemudian menabrak Bapak ini dari belakang. Keduanya meninggal seketika! Kematian akan menjemput kita kapan pun. Kita shalat ashar berjamaah setidaknya satu kewajiban sudah kita laksanakan!....."
Ratusan penumpang dari berbagai negara itu sedang melaksanakan berbagai hajat kehidupan, entah untuk melakukan bisnis, entah wisata, entah hanya sekedar jalan-jalan mengunjungi keluarga, atau pun tugas negara. Tetapi, mengalami nasib nahas yang sama dan bersamaan karena musibah tersebut yang boleh jadi membawa kematian pada mereka. (wah....walaupun belum ada kepastian tentang berita kematian penumpang, tetapi dengan kondisi seperti itu saya yakin bahwa akhir ceritanya seperti itu, seperti juga kecelakaan Adam Air di Perairan Mamuju beberapa tahun yang lalu. namun bagaimana pun sebagai sesama manusia saya tetap berharap yang terbaik bagi semuanya)
Kembali ke judul dahulu. Menghantui saya rasa terlalu vulgar, karena konotasi hantu sepertinya tidak bagus apalagi untuk anak-anak (bahkan orang dewasa sekalipun), tetapi untuk hal-hal eksotisme terutama bagi para seniman kata-kata seperti kadang dipakai untuk membombastis kejadian atau karakter sesuatu. He-he...karena saya punya rasa seni walau sedikit ya...bolehlah untuk judul itu, tetapi lebih bagusnya sih untuk diterima semua lapisan masyarakat ya...bisa diperhalus sedikit dengan kata eu...eu....mengintai barangkali! ya...bisa juga. Mengintai, karena kematian tidak hanya terjadi ditempat-tempat yang mempunyai resiko kecelakaan yang besar, tetapi juga pada tempat-tempat yang boleh dibilang resiko kecelakaannya sangat kecil, seperti di tempat tidur misalnya. Sudah banyak orang mengalami fase kematian ketika berada di tempat tidur, bahkan kadang tanpa ada gejala sebelumnya. Kalau begitu yang paling mendasar adalah bukan masalah matinya karena dimana pun kita berada dalam keadaan bagaimana pun kita saat itu kalau sudah waktunya kematian akan menjemput kita. Masalahnya adalah dalam kondisi apa kita mati? Dalam keyakinan Islam ada yang dinamakan dengan Khusnul Khotimah (akhir yang baik) dan Su'ul khotimah (akhir yang jelek). Ketika kematian menjemput kita dan kondisi keimanan kita kepada Allah swt dalam keadaan yang baik, insya Allah kondisi kematian kita berada dalam khusnul khotimah, dan begitu pula sebaliknya. Dan kondisi ini akan berlanjut kepada kehidupan sesuai kematian itu terjadi. Untuk itu, setiap langkah kita haruslah selalu dalam kondisi di jalur yang benar, benar sesuai dengan Syariat Allah swt. Semoga...kita mengakhiri kehidupan kita dalam keadaan khusnul khotimah! amin.
======
Imam shalat itu pun kemudian berdiri ketika dzikir dan doa sehabis shalat Ashar berjamaah selesai. Selanjutnya beliau berkata, "Hendaknya kematian menjadi pelajaran bagi kita. Tadi, sehabis shalat dhuhur berjamaah di masjid ini ada jenazah yang dishalatkan. Ternyata yang meninggal adalah seseorang yang tinggal di kompleks belakang masjid. Tadi malam, yang meninggal ini mau pergi menjemput keluarganya di bandara. Istrinya sudah bilang untuk pakai taksi saja ke bandaranya. Tetapi sang suami ini tetap berangkat dengan menggunakan motor. Di tengah perjalanan, ada anak muda yang mengendarai motor dengan kecepatan tinggi yang kemudian menabrak Bapak ini dari belakang. Keduanya meninggal seketika! Kematian akan menjemput kita kapan pun. Kita shalat ashar berjamaah setidaknya satu kewajiban sudah kita laksanakan!....."
Senin, 10 Maret 2014
Bos Yang Baik, Bos Yang Buruk (Good Boss, Bad Boss)
Sebagai orang yang pernah bekerja di beberapa perusahaan dalam kurun waktu hidup saya hingga saat ini, saya merasakan bagaimana perlakuan berbagai Bos kepada karyawannya terkhusus kepada saya sendiri. Dihitung-hitung sudah ada 10 bos yang pernah saya ikuti, termasuk ketika berada dalam lingkungan pendidikan. he-he...orang akan berkomentar : banyak banget! pasti saya ini dinilai kutu loncat, yang loncat sana, loncat sini cari kenyamanan!
Saya sendiri sebenarnya bukan orang yang hebat-hebat banget kayak para tokoh yang sering muncul di pemberitaan baik lokal maupun interlokal, apalagi perusahaan dimana saya bekerja hanya bergerak di daerah (bukan perusahaan nasional) yang sangat jauh dari pusat pemerintahan dan pusat bisnis negara Indonesia. Tetapi pada prinsipnya saya kira semua Bos sama saja, ingin mencoba membangun apa yang dipimpinnya menjadi sesuatu yang besar dan menguntungkan! eit tunggu dulu, menjadi besar okelah semuanya setuju, tapi menguntungkan, nah ini yang kadang menjadi masalah....karena kadang ada Bos yang hanya ingin menguntungkan bagi dirinya sendiri sementara karyawannya yang kadang menjadi ujung tombak perusahaan tidak dihargai dengan baik. Sudah pasti Bos seperti ini menjadi Bos yang jelek di mata anak buah atau karyawannya walau di mata teman-teman dan koleganya suangat dihormati dan disegani karena besarnya perusahaannya.
10 BOs yang pernah saya rasakan kepemimpinannya, berasal dari berbagai latar belakang, baik dari aspek pendidikan maupun suku/ras/kebangsaan. LAtar belakang Pendidikan mulai yang lulusan SMA hingga sarjana, S2 bahkan ada yang lulusan luarnegeri. sedangkan latar belakang suku/ras/kebangsaan, ada yang lokal seperti suku campuran jawa/makassar, bugis, padang, china, orang amerika hingga orang jepang. DEngan latar belakang seperti itu, pastinya karakternya beda-beda walau semuanya mempunyai tujuan yang sama seperti yang disampaikan di atas. Tetapi kadang orang berbeda persepsi terutama tentang bos yang berlatar belakang suku. Ada teman yang mempunyai bos dari suku yang sama tetapi karakternya berbeda jauh 180 derajat dengan bos saya, sehingga kadang teman saya memberi gelaran yang aneh terhadap bos saya yang tidak sesuai dengan karakter pada umumnya dari suku tersebut. Artinya bos saya itu baik banget terhadap saya yang tidak dirasakan oleh teman saya itu.
Pada intinya untuk saya sendiri, apa pun dan siapa pun bosnya dengan berbagai karakternya saya hanya mencoba memberikan rasa kepercayaan pada diri bos kepada saya. Rasa kepercayaan yang saya tanamkan kepada bos untuk saya adalah kejujuran, etos kerja dan disiplin. walau kadang hasil yang kurang memuaskan karena berbagai hal, bos tetap akan menaruh perhatian kepada kita! he-he....tapi lucu juga, perhatian ada tapi penghargaan kadang tidak ada! nah itu yang repot! Apalagi kalau hak-hak kita yang seharusnya kita dapatkan dia tidak pernah perhatikan dan lambat dia berikan! (masih untung lambat kalau tidak sama sekali...hadeuh...terlalu!!! Jadi jangan disalahkan kalau karyawan yang baik, akhirnya pindah kerja karena Bos kurang perhatian dan kurang menghargai keringat anak buah! Tetapi Bos yang baik, bahkan super baik, walau saya sudah tidak ada hubungan kerja lagi, dia perhatikan saya sampaikan sekarang, hubungannya tetap baik! itu yang kita inginkan, silaturahim tetap berjalan, bahkan ada kemungkinan rezeki masih kita dapatkan dari bos seperti ini walau sudah tidak ada ikatan kerja (dan itu saya alami sendiri)
Dan tentunya pengalaman sebagai anak buah atau karyawan dengan berbagai karakter bos mengharuskan saya untuk mengikuti menjadi bos yang baik, jika suatu saat saya menjadi BOS! Amin. Insya Allah.
Minggu, 09 Maret 2014
Telinga sebagai pintu ilmu!
Kalau kita perhatikan firman-firman Allah swt dalam Al-Quran mengenai penciptaan manusia, telinga sebagai alat pendengaran selalu disebut terlebih dahulu dibandingkan dengan mata dan hati. Salah satu ayat yang bisa diambil sebagai contoh yang selalu dibacakan oleh imam setiap shalat subuh pada hari jumat dimana pada masjid itu diadakan sujud tilawah yaitu surat As-Sajjadah ayat 5-9 yang artinya adalah sebagai berikut, "Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan)itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) seribu tahun menurut perhitunganmu. Yang demikian itu, ialah Tuhan yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Yang Maha Perkasa, Maha Penyayang. yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan dari tanah, kemudian menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ruh (ciptaan-Nya) ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur" Dan banyak lagi ayat-ayat yang lainnya yang menyatakan seperti itu, urutan pendengaran lebih dahulu dibandingkan dengan penglihatan dan hati.
Dilihat dari fakta kehidupan ternyata memang tidak salah kalau Telinga ditempatkan diurutan pertama karena dari telinga itulah sumber informasi, sumber ilmu pengetahuan bagi manusia baik itu yang baik maupun yang tidak baik dalam menjalani kehidupan ini. Dan itu dibuktikan juga ketika ada bayi yang tuli sejak kecil, sang bayi tidak bisa menerima apa pun informasi yang ada di sekelilingnya sehingga sang bayi itu pun tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun, hatta kata-kata mama atau papanya! yang terdengar hanya erangan dan sesuatu yang tidak jelas.
Namun, sesuatu akan menjadi ilmu pengathuan ketika rangkaian perangkat telinga dilengkapi dengan mata sebagai alat penglihatan yang berfungsi untuk memvisualisasi informasi yang masuk dan hati yang akan menilai informasi tersebut, apakah ada manfaatnya atau tidak, baik atau tidak baik, yang kemudian akan tersimpan di memory otak. Jadi kalau ada orang yang setiap hari menerima informasi ilmu pengetahuan tetapi ternyata tidak ada yang mengendap dalam memory otak boleh jadi hal seperti ini sesuai dengan istilah "Masuk dari telinga kanan, Keluar dari telinga kiri (untung-untung sewaktu keluar dari telinga kiri tidak ikut juga cairan yang berwarna dan bau)!".
Kalau pun ilmu pengetahuan itu masuk ke dalam memory, tetapi ternyata perilakunya tidak bisa menjadi lebih baik atau cenderung kepada kejelekan maka telah terjadi sesuatu yang tidak baik dari hati yang ada. Boleh jadi pengaruh hal-hal yang tidak baik itu lebih dominan dan bersifat terus menerus sehingga standar kebaikan menjadi kabur dan bahkan bisa menghilang tertelan ketidak baikan.
Kesehatan hati inilah yang akan menentukan seseorang berada dalam keindahan atau keburukan di akhir kehidupannuya. Allah swt berfirman dalam surat Al-A'raf ayat 179, "Dan sungguh, akan Kami isi neraka jahannam banyak dari kalangan Jin dan Manusia. Mereka memiliki Hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat ALlah) dan mereka memiliki Mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai Telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah" Bahkan digambarkan oleh Al-Quran bahwa mereka yang tidak mempergunakan hati, mata dan telinga dengan sebenarnya yaitu seperti hewan ternak bahkan lebih sesat lagi. Kita tahu bahwa hewan ternak tidak mempunyai kuasa atas dirinya sendiri, tingkah lakunya selalu dalam pengawasan tuannya. Apa yng diinginkan tuannya dia harus mengikutinya bahkan sekalipun sesuatu yang tidak dia senangi dan sukai. Lebih sesat lagi, ketika mereka sudah merusak tatanan kehidupan manusia secara keseluruhan.
Semoga, kita termasuk orang yang bisa memelihara hati kita dalam keadaan fitrah (berbalut dan cenderung kepada kebaikan) dan mempergunakan mata dengan jernih melihat hal-hal yang terjadi di sekeliling kita serta telingan sebagai pintu masuk informasi bisa menyaring mana informasi yang baik dan tidak baik. Amin.
Jumat, 07 Maret 2014
Facebook, sebuah fenomena yang fenomental
He-he.....saya awali dengan coretan yang menggambarkan bahwa saya sedang tertawa!!! loh memangnya ada hubungan apa antara tertawa dengan judul di atas. Kita tahu bahwa Facebook adalah media sosial yang boleh dibilang menduduki salah satu tangga teratas di dunia maya. Sejak kemenangan calon presiden Amerika Serikat Obama memenangkan pilpres di sono, yang konon dibantu dengan media sosial Facebook ini, nama Facebook menjadi trend yang begitu meroket menembus jagat raya yang meretas keterbatasan ruang dan waktu di kolong bumi ini. berbagai variasi komunikasi dalam berinteraksi antara sesama personal maupun komunal bisa terjalin dalam layar maya, baik hanya untuk sekedar melepas rindu untuk berkomunikasi ataupun tujuan yang lain entah promosi diri, produk, keyakinan dan lain sebagainya. Facebook, sebuah fenomena yang fenomental, yang mensihir berjuta penduduk dunia hingga membuat kaya raya si penciptanya.
Tetapi cerita indah Facebook, dalam perkembangannya tidak seindah sesuai maksud dan tujuan awalnya. Boleh jadi, sang kreator sudah memikirkan dampak negatif dari Facebook itu sendiri. Itulah kenapa saya menjadi tertawa dalam awal tulisan ini. Karena sudah banyak korban nyawa hanya karena pertemanan yang berawal dari facebook, seperti yang baru-baru ini terjadi di negara kita tercinta ini, yang berpenduduk banyak, boleh dibilang ber"pendidikan" masih dibawah rata-rata, tapi demam dengan teknologi seperti facebook ini dan sebagian orang belum mengerti esensi dari penting facebook itu sendiri. Ketika saya membaca berita di situs berita online yang berbahasa indonesia (dilarang beriklan he-he...!) yang memuat tewasnya seseorang yang berawal dari pertemanan di facebook, saya pun jadi teringat beberapa hari yang lalu teman saya curhat karena merasa istrinya yang ada di rumah yang jauh dari tempat kerja teman saya hingga terpisahkan lautan, sudah bertingkah agak lain seperti tidak setia lagi kepada suaminya yang teman saya itu. Dan setelah ditelusuri ternyata, semuanya berawal dari Facebook juga. Begitu pula teman yang lainnya yang pernah curhat sama saya juga, yang lucunya justru teman saya ini masih serumah, hanya teman saya memang tidak terlalu tahu tentang teknologi semacam ini, gapteklah bahkan cenderung tidak peduli, tetapi justru sang istri sangat menyenangi sisi kemoderenan semacam Facebook ini. Yang mengakibatkan hampir tergelincir karenanya, yaahhh untung sang suami, yaitu teman saya cukup tanggap juga sehingga akibat yang lebih jauh menjadi terhindarkan.
Apalagi bagi orang yang doyan betengkar, adu nyali otak entah itu pendirian, keyakinan dan sesuatu yang sifatnya pepesan kosong (seperti saya xixixixi....), Facebook pun menjadi salah satu wadah yang cukup lumayan diminati. Saya kurang tahu, apakah pertentangan di dunia maya semacam facebook ini ada yang berlanjut ke dunia nyata! he-he.....sepertinya untuk ukuran indonesia (entah di dunia lain!) apalagi dengan adanya UU IT, ada juga yang sudah masuk ranah temu darat, apakah itu di jalanan, di acara seminar, di talk show bahkan di pengadilan! he-he....huebat juga!
Yang jelas, mari kita pergunakan media sosial semacam facebook ini untuk sesuatu yang bernilai positif, yang membawa kebaikan kepada kita pribadi, keluarga dan masyarakat secara umum! Untuk itu diperlukan perangkat pemikiran yang mapan pada diri kita sendiri sebelum kita termakan dengan rayuan teknologi yang awalnya tidak bernilai benar atau salah! Benar atau salah akan tergantung kembali kepada diri kita sendiri!
Langganan:
Postingan (Atom)