Sabtu, 22 Maret 2014

Bagaikan buah simalakama, bertani dan bertambak secara berdampingan.

Bustam, biasa dipanggil dengan julukan ambo tuo, dikenal dengan petani yang sukses. Tanaman pertaniannya selalu berhasil, dengan metode dan teknik sendiri yang kadang keluar dari pakem pertanian maupun dari kebiasaan masyarakat petani di sana. Adiknya Bustam adalah teman baik saya, mengakui juga hal itu. Tapi karena adiknya Bustam ini adalah seorang yang berpendidikan tinggi (S1) kadang tidak terlalu menanggapi masalah teknis yang lakukan oleh kakaknya karena ya...itu tadi, mau-maunya sendiri tapi justru berhasil karena itu.

Di samping sebagai petani, Bustam juga sebenarnya seorang petambak juga bahkan beliau sudah mempunyai tambak sendiri dari hasil keringatnya sendiri. Hanya karena akhir-akhir ini kurang begitu berhasil di tambak khususnya udang windu, Bustam lebih memilih konsentrasi di pertanian dengan hasil yang cukup menjanjikan dengan berbagai jenis tanaman pertanian -yang umumnya palawija- yang dikelolanya. Beberapa tahun yang lalu sebenarnya Bustam pun pernah membuat heboh dengan hasil tambak udang windunya yang panen cukup melimpah dengan standar sebagai petambak tradisional. Dengan hasil panennya tersebut bisa membangun rumah kayu dengan jenis kayu nomor satu senilai puluhan juta.

Dengan booming nya udang vanname di desa nya Bustam pun mencoba untuk memelihara udang vanname. Awal-awalnya ada kegagalan, ya...karena kebiasaannya itu tidak berubah yaitu pakai teknik sendiri. Kadang dalam pembicaraan mengenai budidayanya saya kadang dibuat heran dengan langkah-langkahnya. Tapi akhir-akhir ini, ada perubahan sedikit terhadap sikapnya yang mau sendiri, tapi ya...sedikit. Seperti dengan penebaran yang cukup tinggi untuk ukuran budidaya secara tradisional, Bustam sudah mau memakai katinting, yaitu mesin penggerak perahu kecil untuk menambah oksigen kalau pada malam hari. Dengan teknik sendiri pula dia rubah mesin katinting yang mempergunakan bensin dengan mempergunakan gas elpiji, yang terbukti lebih irit atau ekonomis pemakaiannya.

Malam itu, Bustam meminta saya untuk melihat tambaknya karena umur udang vannamenya sudah memasuki umur 70 harian. Dia khawatir dengan kondisi mesin katintingnya yang sudah tua. Kalau-kalau terjadi kerusakan di malam hari dan tidak bisa diperbaiki, sementara udangnya sudah cukup besar dan sudah banyak mempergunakan pakan udang yang biayanya cukup tinggi. Saya pun menyetujuinya, bahkan memberikan masukan-masukan bagi Bustam supaya panennya jangan diberikan kepada pengumpul kecil karena perbedaan harga yang cukup jauh, apalagi kalau tonase panennya cukup banyak.

Esok harinya, saya dengan adiknya Bustam pun pergi ke tambaknya. Sebenarnya dulu saya pernah ke tambak yang dimaksud tetapi jalur untuk mencapai tambak itu agak berbeda, sehingga saya agak bingung awalnya. Tetapi yang membuat saya surprise adalah sebelum sampai di tambak itu, saya melewati lahan kebun yang sudah ada tanaman cabe merahnya dan itu sangat banyak mungkin ribuan. saya tanya kebun dan tanaman siapa ini? Di jawab sama adiknya Bustam, ya..punya Bustam!


Tanaman cabe itu belum berumur tua tapi sudah ada buah cabenya bahkan sudah ada yang memerah tapi memang kelihatannya tidak terurus. Setelah bertemu Bustam di tambaknya saya bertanya mengenai tanaman cabenya, kenapa seperti dibiarkan begitu. Bustam menjawab, memang serba salah karena kalau tanaman cabenya juga dirawat dengan pemakaian pestisida, larutan pestisidanya takut masuk di tambak yang ada udang vannamenya. wah...sayang juga ini tanaman cabe, tapi lebih sayang juga kalau udang vannamenya kena masalah gara-gara tanaman cabenya. Jadi Bustam lebih mengorbankan tanaman cabe dan lebih konsentrasi di tambak udangnya yang sudah terlihat besar dan dengan biaya operasional yang cukup banyak. Tanaman cabe biasanya berumur panjang, mudah-mudahan swetelah panen udang vanname yang tinggal beberapa hari, tanaman cabenya bisa diperbaiki kondisinya. Saya tadinya mau menyarankan pemakaian pestisida dicampur larutan lem yang akan mengakibatkan pestisidanya melengket di daun, buah dan batang. Tapi saya tidak sampaikan karena dalam proses semprot apakah pestisida atau pupuk cair tidak semua cairan mengenai tanaman, ada juga yang terbuang di tanah.

Akhirnya kami pun berkeliling tambak dan melakukan beberapa kali sampling. Setelah sampling saya coba hitung dan memprediksikan jumlah udang vanname yang ada di tambaknya Bustam. Bustam sangat bersemangat sekali, boleh jadi siklus ini kembali membuat dia berjaya di tambak udang walau dengan jenis vanname. Untuk sementara Bustam tinggalkan pertaniannya yang ada di sekitar tambaknya demi keberhasilan budidaya udangnya. Hidup Perikanan, hidup pertanian!

1 komentar:

Unknown mengatakan...

makasih untuk bacaannya...

http://www.tokoobatku.com/