Hal yang menarik lainnya adalah dengan adanya budidaya rumput laut, tentunya adalah membuka lapangan kerja baru serta menambah penghasilan bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang pesisir pantai. Bahkan secara tataniaga jaringan rumput laut menghasilkan pengusaha-pengusaha yang bergerak di dalamnya, apakah itu mereka yang bergerak di jalur distribusi lokal maupun ekspor-impor, pengumpul kecil dan besar hingga pengolahan produk setengah jadi maupun produk akhir. Efek lebih jauhnya adalah adanya perputaran ekonomi yang menggairahkan aspek kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
Di Indonesia, termasuk di Sulawesi Selatan banyak tersebar sentra-sentra rumput laut yang berawal dari proses budidaya rumput laut, seperti di Kabupaten Takalar, Jeneponto hingga Bantaeng dan Bulukumba. Pantai timur, mulai sinjai, sengkang, luwu dan palopo. Di bagian utara ada Pinrang, bahkan yang sekarang menjadi bagian Sulawesi Barat seperti kabupaten Polman, majene dan Mamuju. Metode budiaya yang mereka gunakan pada umumnya sama untuk jenis rumput laut Eucheuma cottoni yaitu metode Long line, sedangkan untuk rumput laut Gracillaria sp yang umumya dibudidayakan di tambak. Di daerah perairan yang dangkal datar ada juga yang mempergunakan metode Pancang. Artinya dua patok dipasang berjauhan dan kemudian diikat tali untuk tempat mengikat rumput laut. Untuk supaya tali tetap berada di permukaan air, umumnya para petani rumput laut mempergunakan botol-botol bekas atau sterofoam yang sudah tidak dipakai yang berfungsi sebagai pelampung.
Khusus untuk metode budidaya rumput laut longline, sebenarnya merupakan modifikasi dari metode-metode sebelumnya, mulai dari awal perkembangan rumput laut yang diminati oleh masyarakat atau untuk industri.
(1) Metode Tebar, dalam metode ini rumput laut diikat dengan menggunakan tali rapia kemudian diikat di batu karang yang ada di dasar laut, sehingga rumput laut tidak terbawa arus dan tumbuh berkembang di ikatan tali rapia dan memudahkan untuk panen.
(2) Metode Pancang, metode ini menggunakan pancang yang ditancapkan diujung-ujung kemudian diikat tali utama sebagai tempat untuk mengikat rumput laut, gambarannya seperti tali jemuran di rumah. Dengan metode ini bisa lebih memudahkan pekerjaan dan bisa menghasilkan panen yang lebih banyak.
(3) Metode Rakit. Metode ini adalah penyempurnaan dari metode Pancang, utama untuk perairan laut yang agak dalam. Bahan yang digunakan adalah bambu yang diset berbentuk kotak dan mengapung di permukaan air. Rangkaian bambu ini akan mengikuti pasang surut permukaan air laut, sehingga bisa dipasang di perairan yang dalam.
(4) Metode Kantong. metode ini merupakan metode budidaya rumput laut yang melindungi rumput laut dari hama pemakan rumput laut apakah itu ikan, penyu dan yang lainnya. prinsipnya kita membuat kantong dari jaring yang mempunyai ukuran yang tidk memungkinkan hama masuk ke dalamnya. Sebenarnya, yang sudah saya rasakan metode ini cukup merepotkan disamping untuk produksi masal agak susah.
(5) Metode Longline, metode ini yang sekarang banyak dipakai para petani rumput laut. bentangan tali yang terapung dengan mempergunakan pelampung dan jangkar supaya tidak terbawa arus, yang sebenarnya merupakan penyempurnaan dari metode rakit. Pemakain tali poliethilin yang bisa dipakai dalam beberapa siklus, lebih irit dibandingkan dengan bambu.
=============
Maaf, ikut
nebeng, bagi yang mau memenuhi kebutuhan hidupnya klik http://onstore.co.id/s/00367940001
Baca juga : http://mang-emfur.blogspot.co.id/2016/05/apakah-kita-hanya-mau-berpangku-tangan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar