Sungguh luar biasa, hasil yang tidak terduga dari Quick Count dari Pilpres 2014 ini, terlepas dari lembaga mana yang memenangkan siapa, tetapi berhubungan dengan nilai yang diperoleh oleh kedua calon presiden pada pilpres 2014 ini. Angka presentasi yang tidak jauh berbeda diantara keduanya menunjukkan bahwa dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia cukup berimbang, apalagi tingkat keikut sertaan masyarakat pada pilpres ini cukup tinggi, sehingga mencerminkan keterwakilan dukungan kepada calon presiden.
Hanya hasil ini menuai kemungkinan-kemungkinan hal yang dapat merusakan pesta demokrasi ini berjalan dengan mulus terutama jika tidak ada sikap kenegarawanan dari para calon, elite politik, para pendukung dan pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini akan menguras kinerja KPU dan tentunya pemerintah untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan terburuk, apalagi kalau kita lihat di Sosial media sebelum hari H pilpres sudah ada pernyataan-pernyataan yang seolah-olah untuk memaksakan kemenangan kepada salah satu calon dengan ancaman yang negatif akan keamanan negara ini.
Perbedaan hasil yang sedikit dan ada perbedaan dari lembaga survei yang memenangkan calon yang berbeda akan membuat kondisi harus dicermati dengan seksama. Perlu adanya aturan yang benar untuk para pemilik lembaga survei sehingga surveinya bisa dipertanggung jawabkan. Jangan hanya karena dijadikan konsultan politik bagi calon sehingga berbuat tidak profesional lagi, tetapi hanya memuat data untuk menyenangkan para pemesannya. Lembaga survei seperti ini diistilah oleh para pengamat sebagai lembaga yang tidak baik (ada yang mengatakan sebagai pelacur politik, maaf).
Terlepas dari maksud politik dari perbedaan hasil QC, harus disadari semua orang bahwa yang benar adalah tetap keputusan KPU sebagai perwakilan negara/pemerintah yang didudukan sebagai penyelenggara pemilu presiden ini yang dicanangkan akan diumumkan tanggal 22 juli 2014, setelah melalui penghitungan manual dari dokumen yang didapat dari setiap TPS atau diistilahkan juga dengan Real Count. Walau QC merupakan metode ilmiah untuk melihat dengan cepat suatu pilihan masyarakat terhadap sesuatu, hanya boleh jadi dengan perbedaan hasil ditenggarai ada yang bermasalah dengan kelembagaan survei yang ada. (maklum, boleh jadi metode benar tapi manusia tidak bersikap ilmiah sama saja. namanya juga manusia!)
Diperlukan kearifan untuk menerima hasil keputusan yang akan ditetapkan oleh KPU nantinya. Artinya bersifat legowo ketika hasilnya berbeda dengan yang telah dirilis melalui QC oleh kelembagaan survei, bahkan yang telah dibayar oleh pihak-pihak tertentu yang meungkin mendukung salah satu capres. Kepentingan negara atau masyarakat Indonesia lebih besar dibandingkan dengan kepentingan pribadi dan kelompok tertentu yang menginginkan sebuah kekuasaan dengan mengorbankan banyak rakyat kecil, misalnya dengan membuat kerusuhan dan lain sebagainya yang sifatnya mengurangi nilai pesta demokrasi itu sendiri.
Terakhir, Majulah Indonesia, siapa pun presidennya. dialah yang mendapat mandat untuk memimpin Indoensia 5 tahun ke depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar