Kamis, 14 Agustus 2014

Bendera Merah Putih dan Merdeka

Dalam sebuah obrolan ketika Teman saya dan penduduk lainnya di desa itu sedang mempersiapkan desanya, dimana dia tinggal, menjadi tuan rumah pesta seni dan budaya dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia tingkat kecamatan pada tahun ini, teman saya mengatakan bahwa baru kali ini dia mengibarkan kembali bendera merah putih. Wah….suatu pernyataan yang menohok jiwa kebangsaan dan rasa nasionalisme pada diri saya sendiri, apakah perlu seperti itu. Dengan senyum kecut, saya menanggapi pernyataan dengan mengatakan bahwa di lorong dimana saya tinggal tidak ada satu orang pun yang mengibarkan bendera berah putih ketika tanggal 17 Agustus tiba termasuk saya, kecuali satu orang, yaitu seorang pegawai negeri sipil yang menjabat sebagai pengawas guru. Saya juga mengatakan bahwa bendera yang saya punya beberapa tahun yang lalu , entah saat ini saya masih punya atau tidak- warnanya sudah pudar. Bukan lagi merah menyala dan putih bersih. Merah yang melambangkan keberanian dan putih yang melambangkan kesucian. Hiks!

Saya dan teman saya, yang kemungkinan besar adalah generasi ke-2 dan atau generasi ke-3, dari generasi para pejuang kemerdekaan yang mengorbankan harta, nyawa dan keluarganya hanya untuk mengibarkan bendera merah putih dengan pekik Merdeka dari tangan penjajah yang mencengkeram dan membelenggu sendi-sendi asasi manusia Indoensia untuk berdiri tegak hidup dan berkehidupan di negaranya sendiri, tumbuh dan berkembang dengan sumber daya yang ada bersama dengan masyarakat dunia lainnya sebagai makhluk yang berkepribadian dan beradab. Ah…boleh jadi saya dan teman saya, dan juga barangkali berjuta-juta masyarakat Indonesia (termasuk anda) yang tidak mengibarkan bendera pada setiap tanggal 17 Agustus dinilai sebagai orang yang tidak mempunyai rasa Nasiolisme, jiwa Patriotis kebangsaan dan lain sebagainya. Hiks!

Sedih juga kalau dikatakan seperti itu! Di sisi lain boleh jadi ada orang yang dengan bangga selalu mengibarkan bendera Merah Putih setiap tanggal 17 Agustus dan di hari-hari lainnya yang diperintahkan untuk itu, tetapi kerjanya merampok kekayaan Negara. Di sisi lain ada orang yang tidak tahu dan tidak peduli dengan tanggal 17 Agustus, karena harus bergulat dengan waktu dan status marginal Karena mencari sesuatu untuk mengganjal perut diri dan keluarganya untuk kelangsungan hidupnya. Di sisi lain ada orang yang dengan gagahnya menghormati sang saka ketika diderek ke angkasa di tiang yang megah sementara dia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa dengan kekayaan negeri yang meluncur dan dinikmati tanpa rasa keadilan oleh orang-orang yang tidak berhak. Di sisi lain ada orang yang dengan bangga mengibarkan bendera setiap 17 agustus, tetapi ketika mau mengabdi ke Negara dengan selembar kertas ijazah dan keahlian, terbentur kokoh keangkuhan karena konon dia tidak mempunyai akses baik materi maupun darah ke pusat kekuasaan. Hiks

Memang tidak mudah menjadi Negara dan bangsa yang mandiri dan bermartabat, apalagi ada orang yang mengatakan bahwa ketika Negara dan bangsa itu masih dalam kisaran umur yang relative muda! Muda dan tua sebenarnya hanyalah peristilahan yang sifatnya perbandingan. Padahal kita sebenarnya ada pilihan yang lebih baik dan hebat yaitu ketika menjadi Negara dan bangsa yang mandiri dan bermartabat ketika umurnya masih muda! Untuk itu diperlukan pribadi-probadi yang mengerti akan hakekat berbangsa dan bernegara, bukan hanya sekedar formalitas menaikkan bendera dimana diperintahkan. Tentu penghormatan kepada symbol Negara memang diperlukan sebatas tidak melebihi batas penghormtan itu sendiri. Secara eksklusif kita bisa melihat bagaimana anak bangsa bergembira dan mengagungkan sang saka ketika ada anak bangsa membela tanah airnya di medan laga, olah raga misalnya entah itu sepakbola, bulutangkis dll, di bidang ilmu dan teknologi, seperti olimpiade matematika, sains dll. Terutama dengan pencapaian prestasi di luar yang berhubungan dengan bangsa dan negara Indonesia.

Untuk itu, Selamat memperingati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke-69.
Pekikan Merdeka di jiwa kita,
Pekikan Merdeka di kehidupan bermasyarakat kita,
Pekikan Merdeka di kehidupan berbangsa kita
Dengan Merdeka, kita tancapkan bendera di kemandirian dan kemartabatan bangsa kita.
Dengan Merdeka, kita kokohkan NKRI dari anasir-anasir pemecah belah bangsa.
Dengan Merdeka, kita rapatkan barisan dari para perampok-perampok kekayaan Negara.
Dengan Merdeka, kita langkahkan kaki bersama menuju kecerdasan bangsa, kemakmuran negara, kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan.
MERDEKA! MERDEKA! MERDEKA! (diiringi lagu : Berkibarlah benderaku, lambing suci gagah berani, di penjuru……..)

Tidak ada komentar: