Sebagai orang yang berkeyakinan bahwa para sahabat Nabi saw adalah orang-orang yang terbaik yang mendampingi Beliau saw dalam perjuangannya menegakan kalimat Tauhid, Tiada Ilah atau Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah, tentu akan sangat sedih dongkol dan marah kepada orang-orang yang mencaci maki, mencap sudah murtad hingga melaknati mereka dengan laknatullah. Benar mereka bukan orang-orang suci (maksum) yang lepas dari kesalahan dan dosa, tetapi mereka lah yang dengan ikhlas mengorbankan diri, harta dan keluarganya untuk kemenangan Islam. Apalagi memang dari sabdanya sendiri Rasulullah saw ada beberapa sahabat yang sudah dijamin masuk syurga.
Namun begitu, orang-orang yang hatinya kotor tetap saja tidak menerima akan kenyataan seperti itu. Apalagi hal itu dihubungkan dengan masalah kepemimpinan setelah Rasulullah saw wafat. Mereka, yang biasa disebut kaum Syiah, bahwa para sahabat sudah merampok kepemimpinan yang seharusnya menjadi hak idola mereka yaitu Ali bin Abi Thalib ra beserta keturunannya. Mereka dengan mudah menyandingkan beberapa sahabat dengan kata laknatullah di belakang nama mereka, hingga istri Rasulullah saw pun yang sangat dicintainya, Aisyah ra, dicaci maki oleh mereka.
Hanya perlu para pemirsa mengerti bahwa kalau ada orang khususnya kaum dari agama syiah yang mensandingkan sahabat dengan laknat Allah, bahwa Allah yang dimaksud oleh mereka bukan Allah swt yang kita orang Islam yakini. Ulama besar agama syiah, Nikmatullah al-Jazaairi mengatakan, "Sesungguhnya kami (syiah) tidak berkumpul bersama mereka pada satu tuhan, tidak juga pada satu nabi, dan tidak pada satu imam. Hal ini dikarenakan mereka berkata : bahwa Rabb mereka-lah yang Muhammad adalah nabi-Nya dan khalifah setelahnya adalah Abu Bakar. Dan kita tidak mengakui Rabb yang seperti ini, dan juga nabi yang seperti ini. Sesungguhnya Rabb yang khalifah nabi-Nya adalah Abu Bakar, bukan Rabb kami, nabi tersebut juga bukan nabi kami" (Al-Anwar an Nu'maaniyah 2/278 dalam Abidin).
Khusus kasus Muawiyah ra bagi umat Islam, (1) Bagaimana cucu Rasulullah saw sendiri, Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra (yang orang agama syiah menjadikannya imam ke-2) menyerahkan masalah kepemimpinan umat Islam kepada Muawiyyah ra, pertanyaannya Bagaimana mungkin Al-Hasan ra yang merupakan penghulu pemuda di Syurga menyerahkan kepemimpinan ke orang yang dilaknati Allah. Tidak mungkin toh!? (jadi itu mah karangan agama syiah saja)
(2) Apa yang dilakukan oleh Al-Hasan ra adalah seperti apa yang disampaikan sendiri oleh Rasulullah saw ketika beliau saw masih hidup, sebagai mukjizat kenabian yang dimiliki oleh Rasulullah saw, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya cucuku ini adalah sayyid (pemimpin). Allah akan mendamaikan dua kelompok besar kaum muslimin melalui tangannya” (HR Bukhari). Dari hadist ini jelas bahwa dua kelompok besar itu adalah kaum Muslimin (kelompok Muawiyah rad an kelompok Ali ra) dan yang mendamaikan adalah Allah swt sendiri. Bagaimana mungkin Allah swt mendamaikan dua kelompok dimana salah satunya dilaknati! Tidak mungkin toh?! (jadi itu mah karangan agama syiah saja!)
(3) Imam Jafar shodiq rohimakumullah (yang oleh agama syiah dijadikan imam ke-6) menjawab ketika ditanya mengenai Muawiyyah ra, beliau hanya menjawab, "Aku menjawab sebagaimana yang Allah swt berfirman :"Pengetahuan tentang itu ada di sisi Rabbku, di dalam sebuah kitab. Rabb kami tidak salah dan tidak (pula) lupa” (thaha, 52). Bagaimana mungkin imam yang diklaim syiah yang lebih hebat dari nabi, yang tahu akan kejadian sebelum dan sesudah, tetapi tidak mau terbuka dan malah membuat bingung kaum syiahnya. Tidak mungkin toh?! (jadi itu mah karangan agama syiah saja!
(4) Memang benar bahwa Muawiyyah memegang tampuk kepemimpinan terutama menjadi gubernur Syam ketika ditunjuk oleh Umar bin Al-Khathab rad an diteruskan ketika Ustman bin Affan ra menjadi khalifah. Kita sebagai kaum Muslimin tentu meyakini bahwa Umar dan Ustman ra adalah sahabat-sahabat yang dijamin masuk surga, tentu tidak mungkin lah memilih pemimpin yang dilaknat oleh Allah swt. Mereka berdua tentu tidak akan sembarangan memilihnya menjadi gubernur kalau tidak mempunyai kemampuan, begitu pula kenapa Hasan bin Ali ra menyerahkan kepemimpinannya kepada Muawiyyah ra. Dan itu terbukti ketika memimpin setelah era kekhalifahan bertahan hingga waktu yang cukup lama. Islam pun lebih berkembang hingga tembus ke konstantinopel karena nya.
Sebenarnya masih banyak lagi keutamaan yang bisa kita tampilkan. Namun bagaimana pun Muawiyyah ra adalah seorang manusia juga, kalau ada kesalahan-kesalahan yang pernah beliau lakukan (seperti yang dituduhkan oleh orang yang beragama syiah) kita sebagai yang berkeyakinan Islam kita kembalikan kepada Allah swt. (seperti yang dilakukan oleh Imam Ja’far shodiq yang diakui sebagai imam ke-6 agama syiah!). wallahu a’lam
=====
Pendapat Para Sahabat tentang Muawiyah ra.
1. Amirul Mukninin Umar bin Al-Khathab ra : "Kalian menyebut-nyebut kecerdikan Kisra Persia dan Kaisar Romawi, padahal kalian mempunyai Muawiyah.
2. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ra : "Jangan membenci kepemimpinan Muawiyah, demi Allah, bila kalian kehilangan dia niscaya kalian melihat kepala-kepala terjatuh dari leher seperti buah Hanzhal"
3. Abdullah bin Umar ra : "Aku tidak melihat seseorang yang lebih tinggi kepemimpinannya daripada Muawiyah." Seseorang berkata kepada Abdullah, "Bagaimana dengan Umar?" Beliau menjawab, "Umar lebih baik darinya, tetapi dia lebih mumpuni kepemimpinannya".
4. Abdullah bin Abbas ra : "Aku tidak melihat seseorang yang patut atas kerajaan daripada Muawiyah"
5. Umar bin Abdul Aziz : Abdullah bin Al-Mubarak berkata dari Muhammad bin Muslim dari Ibrahim bin Maisarah, dia berkata, "Aku tidak melihat Umar bin Abdul Aziz mencambuk siapapun kecuali orang yang mencaci Muawiyah, dia mencambuk beberapa kali"
6. Al-Mu'afa bin Imran ditanya, "Siapa yang lebih utama, Muawiyah atau Umar bin Abdul Aziz?' Maka dia marah kepada penanya dan menjawab, "Apakah kamu menyamakan seorang laki-laki dari sahabat Rasulullah saw dengan seorang laki-laki tabi'in? Muawiyah adalah sahabat Rasulullah saw, ipar, juru tulis, dan orang kepercayaan beliau saw atas wahyu Allah."
7. dll
Daftar Pustaka :
1. Ali Muhammad Ash-Shalabi, Prof. Dr. Khawarij dan Syiah dalam timbangan ahlu sunnah wal jamaah. Pustaka Al-Kautsar. 2012
2. Ali Muhammad Ash-Shalabi, Prof. Dr. Mu'awiyah bin Abu Sufyan. Darul Haq. 2012
3. Ali Muhammad Ash-Shalabi, Prof. Dr. Umar Bin Al-Khathab. Pustaka Al-kautsar. 2009
4. Al-Hafizh Ibnu Katsir. Perjalanan Hidup Empat khalifah Rasul yang Agung. Darul Haq. 2012
5. Firanda Andirja Abidin, Lc, MA. Banyolan Syiah Imamiyah. Nasirussunnah. 2014
6. 'Utsman bin Muhammad al-Khamis. Dr. Inilah Faktanya. Meluruskan Sejarah Umat Islam sejak wafat Nabi saw hingga terbunuhnya al-Husain ra. Pustaka Imam Asy-Syafi'i. 2013
7. Muhibbuddin Al-Khatiib. Mungkinkah Sunnah & Syiah Bersatu? (Sebuah tinjauan kritis terhadap prinsip-prinsip dasar sekte syiah Imamiyyah Itsna 'Ashariyyah) Pustaka Muslim. 1959
Tidak ada komentar:
Posting Komentar