Hiks! miris rasanya ketika melintas di depan kami, rombongan defile SD yang membawa poster, "Kami datang bukan untuk juara, kami datang untuk berpartisipasi". Ya...boleh jadi miris bagi saya, belum tentu bagi anda. Bagi saya, saya berfikir bahwa seharusnya ditanamkan sifat berkompetisi yang baik kepada anak-anak sejak dini sehingga bisa mencapai prestasi yang terbaik. Bagaimana pun prestasi nantinya akan menghasilkan prestise baik bagi dirinya sendiri mapun kelompok/komunitas/bangsa.
Apalagi dalam kehidupan bermasyarakat nantinya, kompetisi dalam kehidupan akan selalu ada dan semakin berat. Dengan berkompetisi, kita akan diajarkan sifat percaya diri, berani bertindak, sportifitas, berjiwa kesatria. Dengan semua itu akan timbul kemandirian dalam menghadapi kehidupan, apalagi ketika prestasi mereka dapatkan tentu semua orang akan memandang dengan pandangan yang menghormati, memuja dan menempatkannya pada kedudukan yang teratas. Itulah yang dinamakan dengan prestise.
Prinsip ini banyak dipakai pada jaman modern ini untuk meningkatkan prestasi dan menggapai prestise dalam kompetisi dalam kehidupan. Bagaimana sekolah yang ingin dipandang ternama menerima calon-calon siswa dari siswa yang berprestasi yang nantinya diharapkan akan mengangkat nama sekolah. Aspek pengetahuan kadang tidak terlalu diperhatikan artinya dijadikan nomor dua. Kita lihat juga dicabang olah raga, dalam lingkup klub professional mereka berani membayar atletnya dengan harga atau gaji yang mahal dengan catatan mempu menghasilkan prestasi dalam kompetisi. Bahkan dalam setiap pertandingan kadang diiming-imingi bonus dan lainnya untuk memacu semangat dan prestasi. Begitu pula di dunia kerja, perusahaan yang ingin cepat mencapai prestasi dalam kompetisi yang semakin ketat, mereka berani untuk membajak karyawan yang potensi yang mempunyai skill atau keahlian yang mampu mengangkat nama perusahaan.
Untuk kerja seperti ini diperlukan kata sehati dan kebersamaan yang luarbiasa. Ketika ada satu orang yang tidak sejalan dan selaras apalagi tidak terlalu bergairah untuk menyetujuinya maka proses pengangkatan prestasi dan prestise tidak akan berjalan dengan baik. Selain itu juga diperlukan sumber daya yang lain untuk mendukung itu. Ketika mau menjalankan proses kompetisi, ketika harus membayar lebih karyawan yang dibajak atau atlet professional. Tapi yakinlah semua sumber daya yang dikerahkan dan dikeluarkan pasti akan terbayar dengan lunas dan tuntas nantinya bahkan boleh jadi lebih dari semuanya itu.
Kebalikan bagi seseorang yang tidak mau berkompetisi dalam kehidupannya, ada istilah yang biasa disebut untuk itu yaitu : "mengikuti arus", untung-untung kalau arusnya membawa kepada kebaikan, klo tidak yaa....istilahnya termakan arus atau terbawa arus. Boro-boro berkompetisi untuk menggapai prestasi tapi boleh jadi hanya sebagai penggembira. Bahkan boleh jadi ketika arusnya kepada ketidak baikan maka akan jadi perusak kehidupan.
Mengenai kompetisi dalam agama saja diajarkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, Fastabikul khoirot, untuk menjadi yang terbaik dalam melakukan amal di dunia ini. Dalam firmannya, Allah swt menyatakan bahwa tujuan Tuhan menguji manusia supaya diketahui mana yang amalnya terbaik.
Hayo! Kita berkompetisi, untuk mencapai prestasi terbaik! Selamat memperingati HUT RI ke 69. 17 Agustus 2014. Selamat berlomba : Balap karung goni, makan kerupuk, panjat pinang, membawa kelereng di sendok dan lain sebagainya.
Merdeka! Merdeka! Merdeka!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar