Selasa, 12 Agustus 2014

Robin Williams: Kebahagiaan, terjadi bukan atas terpenuhinya kebutuhan jasmani!

Robin Williams. saya pertama kali menonton serial film nya, dulueee sekali, ketika Mork and Mindy ditayangkan di televisi. Waktu itu Robin Williams masih sangat muda (begitu pula saya, hiks). Tapi penampilannya di Serial komedi tersebut sungguh membuat penonton tertawa lepas.

Seiring berjalan waktu, dan karena saya juga tidak terlalu menjadi pemerhati dan pencinta film, saya tidak mengikuti perkembangan karier beliau, hingga film Mrs. Doubtfire begitu menarik magnet sedikit rasa seni jiwa saya untuk menontonnya, dan konon dengan film itu juga beliau dapat penghargaan tertinggi di dunia film yaitu oscar (bener ya?)

Dengan ketenaran yang menglobal dan jauhnya perjalanan kariernya di dunia film di amerika tentu kekayaan beliau tidaklah bisa dikatakan sedikit, tetapi pasti bejibun! Hanya sayang, berita terakhir saya dapat bahwa beliau meninggal yang disinyalir meninggal dengan cara bunuh diri. Hiks!

Sangat disayangkan kalau benar berita kematiannya dengan cara bunuh diri! apa yang menyebabkan beliau bunuh diri, juga beritanya masih kalang kabur! Yang jelas pasti ketidak bahagiaan akan sesauatu sehingga mengambil jalan pintas seperti itu. Tidak cukupkah ketenaran dan kekayaan (bahkan kalau mau kekuasaan pun bisa dia dapat. banyak artis yang menjadi pejabat publik!) untuk membuat beliau bahagia. Bukankah selama ini yang dia kejar adalah kebahagiaan?


Konon, kasus bunuh diri di amerika tidaklah sedikit. Di Jembatan Golden Gate yang terkenal itu di amerika, banyak orang yang terjun bebas untuk bunuh diri. Dan setelah diteliti ternyata mereka yang bunuh diri secara ekonomi bukanlah orang-orang yang kesusahan artinya orang-orang yang mampu atau kaya yang tidak menemui kesulitan dalam kehidupan ini. Kalau orang yang digolongkan fakir miskin mungkin secara logika bisa dimaklumi bunuh diri karena mungkin tidak kuat menghadapi tekanan kehidupan. Lah, wong ini orang-orang berduit kok!

Kalau begitu masalahnya ada dimana? ketika seseorang mampu untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, melengkapi apa yang dibutuhkan tubuh mereka mulai makanan, perlengkapan pakaian dan segala asesorisnya, rumah dan segala asesorisnya, kebutuhan kemewahan seperti kendaraan, hiburan, peralatan kecantikan bahkan hingga ketenaran dan kekuasaan, apakah dengan demikian kebahagiaan haqiqi akan didapatkan orang tersebut? Dari kasus di atas, ternyata bukan di situ masalahnya. Kalau kebahagiaan disandingkan dengan pemenuhan aspek jasmani, pertanyaannya bagaimana dengan orang yang tidak bisa memenuhinya, bagaimana dengan orang miskin? Fakta bisa kita temukan ternyata banyak orang yang serba kekurangan secara ekonomi yang tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmaninya, hidupnya enjoy-enjoy saja, bahagia, adapun kesulitan hidup yang dihadapi hanyalah kerikil-kerikil kecil dalam kehidupan, sebuah cobaan bagi mereka yang harus dihadapi dengan sabar dan tawakal.

Seperti dikatakan Pak Ustadz bahwa kebahagiaan itu bukan pada terpenuhinya kebutuhan fisik, ketenaran, kekayaan dan lain sebagainya yang sifatnya jasmani. Tetapi ada aspek Rohani yang juga harus dipenuhi kebutuhannya. Ketika si Rohani ini terlantarkan dan Jasmani dimanjakan maka akan ada ketimpangan jiwa dan raga, yang akan mengakibatkan fatal kalau sudah menjadi borok yang kronis. Aspek Rohani inilah yang akan menjadi penyeimbang jalannya alur kehidupan manusia, terlepas apakah aspek jasmani terpenuhi poll atawa tidak.

Aspek rohani ini dalam istilah agama terfokus pada hati. Sehingga dikatakan jika hatinya baik maka akan baik seluruh jiwa raganya, tapi jika hatinya tidak baik maka akan rusak seluruh jiwa raganya. Bagaimana menjadikan hati sehat dan baik, silahkan inbox ke pak Ustadz.

Selamat jalan Robin Williams!

Tidak ada komentar: