Senin, 06 Oktober 2014

Hubungan Pilkades dengan Kurban!

Alhamdulillah Masjid Al-Furqon, di Dusun Parengki desa Tasiwalie Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang, tahun ini kembali menyembelih 6 ekor Sapi dan 1 ekor kambing untuk Kurban. Padahal dusun kami berada lumayan jauh dari pusat kota terdekat, namun sejak dirintis untuk mengadakan penitipan pemotongan dan pembagian hewan Kurban 5 tahun yang lalu, animo masyarakat baik yang penduduk asli maupun penduduk yang diluar wilayah tetapi ada kaitan dengan dusun tersebut tetap cukup baik. Semoga dengan niat beribadah kurban menunjukkan keimanan khususnya masyarakat dusun Parengki, umumnya masyarakat desa Tasiwalie masih terpelihara dengan baik, Insya Allah. Dengan begitu tentunya, sebagai manifestasi dari rasa syukur kepada Allah swt melalui pengorbanan yang ikhlas akan berdampak positif terhadap hidup dan berkehidupan masyarakat sehari-harinya. Amin

Hmmmmm...., saya jadi teringat ketika saya ingin memasyarakatkan ibadah kurban dan dilakukan oleh Masjid, yang kemudian dibagikan ke jamaah. Itu terjadi di tahun kedua pembangunan Masjid Al-Furqon, artinya 5 tahun yang lalu. Saya melihat sewaktu masjid Al-Furqon belum dibangun, yang mengerti tentang ibadah kurban hanya beberapa orang, dan itupun dilakukan pemotongan hewan kurban dilakukan di rumahnya. Kemudian dibagikan ke keluarganya masing-masing, tidak merata ke masyarakat. Bisa dimengerti kerena mereka memotong hewan kurban hanya 1 ekor sapi. Bagaimana mungkin membagi hewan kurban ke banyak orang. Jadi saya lemparkan ide untuk melakukan pemotongan hewan kurban di masjid ke jamaah Masjid, dengan cara iuran per bulan hingga cukup seharga 1 ekor sapi. Ide tersebut nampaknya kurang mendapatkan perhatian, kecuali beberapa orang saja. Sehingga ketika harinya telah tiba saya meminta bantuan teman-teman yang ada di makassar untuk ikut berpartisipasi memotong hewan kurban di desa, untuk mencukupi 7 orang untuk satu sapi. yaaaahhhhh...untuk pertama kali, hanya satu ekor sapi. dibagikan hanya kepada beberapa orang saja. Namun walau begitu, alhamdulillah, rupanya dari 1 ekor sapi, kemudian menjadi beberapa ekor di tahun-tahun berikutnya. Allahu Akbar, seluruh jamaah dalam lingkungan masjid Al-Furqon mendapatkan jatah daging sapi! alhamdulillah.


Di Tahun ketiga, hewan kurban yang dipotong oleh panitia di Masjid Al-furqon mencapai 7 ekor sapi dan 1 ekor kambing. Subhanalloh. Dengan demikian bagian per kepala rumah tangga yang mendapatkan daging kurban semakin banyak yaitu lebih dari 1 kg. Di samping itu, wilayah pembagian pun menjadi melebar ke masyarakat di luar wilayah Masjid Al-Furqon, yang kuponnya diberikan ke Imam dan pegawai sara Masjid Al-Furqon. Pada tahun itu pun, atau setelah Idul Adha terjadi proses pemilihan kepala desa (pilkades) Tasiwalie, dimana salah satu calon nya adalah salah satu panitia pembangunan Masjid Al-Furqon, dengan kedudukan sebagai sekretaris Panitia. Dan ternyata, Allah swt menentukan salah satu Panitia Pembangunan Masjid Al-Furqon itu menjadi Kepala Desa Tasiwalie terpilih.

Nah, disinilah awal cerita dari judul di atas. Ketika kami sedang mempersiapkan untuk menghadapi Idul Adha tahun ini, 2014, Pak Desa menceritakan informasi yang beliau dapat dari anggotanya mengenai hubungan pilkades dengan Kurban di Masjid Al-Furqon. Di tahun ke Empat, hewan yang diamanatkan untuk dipotong dan dibagikan di Masjid Al-Furqon berkurang dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu hanya 5 ekor sapi. Ada penurunan 2 ekor. Tentu panitia mengutamakan masyarakat yang ada di wilayahnya, tidak lagi kupon disebarkan di luar wilayah Masjid Al-Furqon. Tetapi yang lucu, adalah orang-orang yang mendapatkan kupon pembagian hewan kurban di luar wilayah, sudah merasa bahwa mereka tidak akan mendapatkan hewan kurban karena pada pilkades sebelumnya tidak memilih kepala desa terpilih yang juga salah satu panitia pembangunan MAsjid Al-Furqon. Inilah yang membuat kita tertawa, padahal tidak ada hubungannya antara pembagian daging kurban dengan pilkades. Sehingga kepala desa yang mendengar hal itu, justru menambahkan sinyalemen mereka dengan tidak mendapatkan kupon daging kurban pada tahun itu, dengan mengatakan : "Memang bodoh mereka, mereka terima uang dari calon kepala desa lainnya sebesar paling sebesar lima puluh ribu rupiah satu kali, padahal kalau pilih saya mereka akan dapat kupon daging kurban selama kepala desa menjabat (6 tahun). Satu kilo pembagian daging harganya sudah berapa?" He-he....Pak desa ada-ada saja. Tahun itu mereka tidak dapat kupon karena daging yang disembelih berkurang sehingga kupon tidak keluar dari wilayah Masjid Al-Furqon. Jadi tidak ada hubungannya dengan pilkades.

Akhirnya, Pak Desa menambahkan ceritanya bahwa ada satu lagi masyarakat yang tidak mau memilih beliau karena ada hubungannya dengan Kurban. Orang ini adalah juga pemelihara sapi yang biasa menjual sapinya untuk kurban. Karena Pak Desa terpilih tidak pernah membeli sapi dari orang ini sehingga orang ini pun tidak mau memilihnya dalam pilkades. Pak Desa bilang, bagaimana mau beli sapinya, harganya tidak sesuai dengan besarnya sapi. he-he.....artinya sapinya kecil tapi harganya mahal. Tentu akan menjadi bahan pembicaraan orang yang mengamanatkan uangnya untuk membeli hewan kurban dan memotongnya di Masjid Al-Furqon. Hadeuh....lucu juga orang-orang ini!

Tidak ada komentar: