Kalau saya ada di rumah pada malam hari dan tidak ada kegiatan penting yang harus dikerjakan, pilihan terakhir yang tidak terlalu membebani adalah nonton te-ve (he-he….sebenarnya kadang membebani juga kalau acara yang ditonton menjengkelkan! –menjengkelkan kok ditonton! Hiks). Tetapi ada suatu acara yang jadi pilihan terakhir saya jika acara-acara teve tidak terlalu menarik, yaitu Coffee Story dari kompas TV.
Kenapa acara itu? Kalau teman-teman yang dekat dengan saya luar dalam (ups! Jangan ngeres ya!) tentu tahu bahwa saya bukan peminum kopi, apalagi kalau disebut pecandu kopi atau penikmat kopi. Saya, kalau ditawari lebih memilih teh daripada kopi, tapi saya tidak akan menolak kalau kopi sudah ada di hadapan saya. Jadi boleh dibilang bahwa saya minum kopi sekenanya, bisa dihitung dengan jari kalau saya ada keinginan dari hati yang terdalam untuk minum kopi. Sekenanya bukan hanya seketemunya, tapi juga dari segi kualitas kopinya, entah itu kopi jagung, kopi katanya enak dan top margotop, pake gula tidak pake gula, dan lainnya saya habek (bhs sunda, sikat). Malah kadang saya bingung mau minum kopi yang bagaimana kalau saya diajak “nongkrong” di tenant-tenant kopi yang bermerk luar negeri yang ada di mall-mall itu tuh! (kelihatan kampungannya! Hiks, setidaknya wajah tidak terlalu kampungan, ahay!) Semuanya saya minum tanpa bisa menilai dan menebak untuk menikmatinya, yaaa….menikmati dalam arti sekedarnya. (gimana tuh? Teuing atuh!)
Kembali ke Coffee Story dari kompas TV. Yang menarik bagi saya adalah selain sejarah dan potensi kopi yang ada di Indonesia ini, tentu adalah si hostnya, si pembawa acaranya. Namanya eu…eu…siapa ya? Haiyaa…wah, lupa euy! Adi bla-bla lah. Dia itu sangat profesional sekali, terutama dengan pengetahuan tentang kopi dan segala proses yang berhubungan dengan kopi itu. Terlepas dari settingan karena berhubungan dengan media tayangan. Saya berfikir bahwa dia adalah pecandu dan pemain di bisnis kopi juga. Yang selalu tergambar dalam ingatan saya adalah ketika dia akan mencoba meminum kopi, yang akan diproses atau yang baru digiling atau yang sudah diseduh air panas, dia akan menghirup harumnya kopi, tergambar bagaimana ekspresi wajahnya dengan mata terpejam dan dengan wajah terangkat sedikit, dengan menggeleng-gelengkan kepala yang menyatakan suatu hal yang sangat luar biasa harumnya. Ckckckckc….ekspresif sekali!
Yang jelas bahwa dengan tayangan Coffee Story itu, sebagai anak bangsa, berharap bahwa Indonesia bisa memaksimalkan potensi kopi yang ada yang menjadikannya produk andalan Indonesia di mata dunia. Apalagi dengan hamparan yang begitu luas bisa menjadikan kopi Indonesia menjadi kopi no. 1 di dunia mengalahkan Brazil, baik dari segi produksi maupun kualitasnya!
Walau bukan sebagai penikmat kopi, tapi saya ingin sedikit bercerita tentang bagaimana saya bersentuhan dengan teman-teman yang pencandu dan penikmat kopi. Ada teman yang karena sudah kecanduan maka ketika belum minum kopi maka kepalanya akan pusing. Pernah, bos saya yang akan terbang keluar kota, harus pergi ke bandara pagi-pagi sekali (subuh). Karena saya diminta untuk mengantarnya ke bandara, jadi saya tahu bahwa pak bos –yang pecandu kopi- bawa kopi yang sudah diseduh di mug yang ada tutupnya dan diminum di mobil selama perjalanan ke bandara.
Teman saya yang orang Taiwan, lain lagi. Beliau biasa membeli biji kopi varietas bagus (seperti arabika) dengan volume yang lumayan banyak, kemudian dia jemur sendiri dan kemudian dia simpan di karung untuk waktu yang lama, sampai setahun. Nanti kemudian ketika sudah dirasa cukup penyimpanannya dia akan bawa ke pasar untuk minta digiling dan siap untuk diseduh untuk beberapa lama. Dia bilang rasa dan harumnya lain. Wah….mister, saya mah sama saja, rasa kopi! He-he….dia juga pintar menilai kalau dia bertamu dan disuguhi kopi hitam, dia akan tebak jenis kopinya.
Teman yang lain yang membuka café di kota Makassar ini, pernah hunting kopi arabika hingga ke Bandung. Lucu juga padahal kan Toraja bisa dikatakan lumbung kopi arabika yang terkenal hingga ke luar negeri! Dia bilang di Bandung itu ada pengusaha kopi keturunan Tionghoa yang sangat terkenal dan sudah lama main di bisnis kopi. Iya, saya pernah melihat liputannya di televisi mengenai sosok ini dan beliau pun membuka café (lupa namanya). Karena teman saya punya akses untuk bertemu dengannya sehingga teman saya bisa mengorek hingga sampai ke gudang sang pengusaha kopi di Bandung ini. Teman saya bercerita bahwa di gudangnya, stok kopinya luar biasa banyak hingga karung berserakan di lantai dan umurnya sudah tahunan (maksudnya kopi yang disimpan digudang tersebut). Teman saya bercerita bahwa dia dapat harga lebih murah dibandingkan kalau dia beli dari Toraja. Hmmm….ckckck.
Kalau teman-teman biasa minum kopi dicampur gula untuk mengurangi rasa pahitnya, berbeda dengan teman-teman bule. Mereka biasa memesan kopi tanpa gula. Brrrrr….pasti pahitnya!!! Yaaahhhh…saya pun ikut-ikutan!
Yahhh…itulah, serba-serbi pemakan eh…peminum dan penimat kopi! Ups, sudah banyak juga saya cerita tentang kopi. Berhubung sudah cape juga, dan karena saya bicara tentang kopi, saya akhiri tulisan ini dengan meminum –yang sudah tersedia di hadapan saya- secangkir……teh tawar! hiks
Tidak ada komentar:
Posting Komentar