Minggu, 07 Desember 2014

KAJIAN ASMAUL HUSNA (Reposting)

(Reposting : Ar-Rahman. The Inspire. Al-Quran Karim. Penerbit : CV. AL-Qolam Publising. Cetakan 1 - September 2014)



ALLAH, La Ilaha Illa Huwa (Tiada Tuhan Selain Dia)

Lafal Allah berasal dari kata ilah yang merupakan kata jenis yang pada awalnya diberikan untuk semua sembahan, baik yang benar maupun yang bathil, tetapi kemudian hanya diperuntukan bagi sesembahan yang benar (haq) saja. Allah merupakan kata jadian yang berasal dari kata ilahah, atau uluhah atau uluhiyah, yang semuanya berarti “ibadah”, hanya di sini diartikan sebagai ma’bud (yang disembah).

Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa lafal jalalah ini berasal dari kata alaha yang berarti tahayyana (bingung), sebab Allah membuat akal dan pemahaman menjadi bingung jika memikirkan keberadaan-Nya.

Pendapat lain mengatakan bahwa lafal Allah itu berasal dari kata aliha yang artinya “senang” atau “menaruh kepercayaan kepada-Nya”, sebab hati menjadi tentram dengan mengingat-Nya, dan jiwa menjadi tentram dengan mengenal-Nya.

Allah adalah nama yang diberikan kepada Dzat yang maujud dan haq, yang mengumpulkan segala sifat ketuhanan, yang disifati dengan segala sifat rububiyah, yang munfarid dengan wujud hakiki, sebab semua yang wujud selain Diatidak berhak untuk menjadi ada dengan sendirinya, melainkan keberadaannya tergantung kepada-Nya.

Allah adalah nama yang mengumpulkan maknasemua nama dan hakikat-Nya, dan merupakan Dzat yang disembah secara haq. Dia tidak membutuhkan siapa dan apa pun. Sebaliknya, yang lainlah yang membutuhkan-Nya.

Ubay bin Ka’ab (Abul Mundzir) menuturkan, Rasulullah bersabda, “Hai Abul Mundzir! Tahukah kamu, ayat manakah di antara ayat-ayat Al-Quran yang ada padamu yang paling utama?” Abul Mundzir berkata, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui!” Beliau bertanya lagi, “Hai Abul Mundzir! Tahukah kamu, ayat manakah di antara ayat-ayat Al-Quran yang ada padamu yang paling utama?” Abul Mundzir menjawab, “Allahu la ilaha illa huwal hayyul qoyyum (Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup, Yang Terus Menerus Mengurus (makhluk-Nya) (QS. Al-Baqarah (2) : 255).” Beliau lantas menepuk dada Abul Mundzir seraya bersabda, “Demi Allah, semoga dadamu dipenuhi dengan ilmu, Abul Mundzir.” (HR. Muslim)
1. AR RAHMAN (Maha Pengasih)

Allah mewariskan kasih sayang dan kebaikan bagi seluruh makhluk, di segala zaman tanpa membedakan antara baik dan yang buruk, yang beriman dan yang kafir, yang dicintai dan yang dibenci. Allah mencurahkan karunia-Nya yang tak terbatas kepada seluruh makhluk-Nya. Hal ini seperti disebutkan dalam surat Al-A'raf (7) : 156, "Rahmat-Ku meliputi segala sesuatu"

Para ulama menafsirkan Ar-Rahman sebagai kehendak ilahi terhadap seluruh kebaikan (al-Iradah al-khair), dan mengatakan bahwa Ar-Rahman seperti halnya Allah adalah nama dari Sang Pencipta dan tidak dapat disifatkan kepada yang lain. Allah berfirman, "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama mana saja kamu seru Dia mempunyai nama-nama yang paling indah". (QS Al-Isra' (17) : 110)

Asma binti Yazid menuturkan, Nabi bersabda, "Nama Allah yang paling agung ada dalam dua ayat ini: Wa ilahukum ilahuw wahid la ilaha illa huwar rahmanirrahim (dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; Tidak ada tuhan selain Dia; Yang Maha Pengasih; Maha Penyayang) (QS Al Baqarah (2) : 163) dan surah Ali 'Imran (3): 1-2, Alif lam mim, Allahu la ilaha illa huwal hayyum qoyyum (Alif Lam Mim, Allah, tiada tuhan selain Dia, yang Maha Hidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-makhluk-Nya)" (HR. Abu Dawud)

=====

Maha Pengasih. Kasih sayang Allah memberi bukan karena kepentingan-Nya, tetapi karena perhatian-Nya kepada makhluk-makhluk-Nya, baik yang Muslim maupun kafir, saleh maupun tidak. Allah memberi tidak pandang bulu, dicurahkan kepada semua makhluk-Nya. Pemberian Allah bukan untuk kepuasan Allah karena Dia Maha Suci dari membutuhkan apa pun, tetapi justru semuanya untuk kebaikan kita.

2. AR RAHIM (Maha Penyayang)

Allah adalah sumber kasih sayang yang tidak terbatas. Allah memberikan pahala abadi kepada orang-orang yang mempergunakan rahmat dan karunia-Nya di jalan kebaikan. Dalam surat Al-Ahzab (33) : 43 disebutkan, "Dan Dia Maha penyayang (hanya) kepada orang-orang beriman."

Ar Rahim menunjukkan kasih sayang kepada orang-orang yang mempunyai pilihan, dan mempergunakannya sesuai kehendak dan keridhaan Allah. Ketika Allah berfirman, "Dia (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu." (QS Al-Baqarah (2) : 29), hal itu merupakan ungkapan sifat Rahmaniyah-Nya. Ketika mendapatkan rahmat ini tersembunyi di dalam segala sesuatu termasuk diri kita sendiri dan menggunakannya sesuai dengan yang dikehendaki-Nya, maka kita akan diberikan pahala keselamatan yang abadi.

Mujahid mengatakan, "Rahman adalah untuk manusia di dunia, sedangkan Rahim adalah untuk manusia di akherat." Para ulama mengajarkan doa, "Ya Allah yang Maha Pengasih di dunia dan Maha Penyayang di akherat." Rahman adalah rahmat terhadap nafs, wujud duniawi, sementara Rahim adalah rahmat terhadap hati. Rahman memberikan rizki di dunia ini, sedangkan Rahim memberikan keselamatan abadi di akherat.

Asma binti Yazid menuturkan, Nabi bersabda, "Nama Allah yang paling agung ada dalam dua ayat ini: Wa ilahukum ilahuw wahid la ilaha illa huwar rahmanirrahim (dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; Tidak ada tuhan selain Dia; Yang Maha Pengasih; Maha Penyayang) (QS Al Baqarah (2) : 163) dan surah Ali 'Imran (3): 1-2, Alif lam mim, Allahu la ilaha illa huwal hayyum qoyyum (Alif Lam Mim, Allah, tiada tuhan selain Dia, yang Maha Hidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-makhluk-Nya)" (HR. Abu Dawud)



3. AL-MALIK (Maha Raja)

Allah adalah pemilik alam semesta, pemilik seluruh makhluk, yang Maha Kuasa. Allah satu-satunya penguasa alam semesta, baik alam nyata maupun alam ghaib. Allah juga penguasa seluruh makhluk-Nya dari awal hingga akhir. Tidak ada yang serupa dengan-Nya karena Dialah pencipta kerajaan-Nya yang diciptakan dari ketiadaan. Hanya Dia yang mengetahui luas kerajaan-Nya, jumlah penduduk dan kekuatan Pasukan-Nya. Hanya kehendak-Nya, kekuasaan dan keadilan-Nya yang ada. Apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi. Dia tidak membutuhkan kerajaan-Nya, tetapi kerajaan-Nya membutuhkan-Nya. Hanya Allah yang memerintah, dan Dia tidak membutuhkan bantuan apa pun. Dia telah menciptakan alam sebagai ladang amal bagi makhluk-Nya, dan hari kiamat sebagai pengadilan yang besar. Di dunia ini manusia menanam amalnya. Pada hari kiamat, manusia menuai pahalanya. Setiap orang akan menerima balasan atas apa yang mereka perbuat. Tidak ada tempat berlindung selain Dia.



4. AL-QUDDUS (Maha Suci)

Menurut Al-Biqa'i, Al-Quddus adalah kesucian yang tidak menerima perubahan, tidak disentuh kekotoran, dan terus menerus terpuji dengan kekalnya sifat kesucian itu.



5. AS-SALAM (Maha Sejahtera)

Menurut Ibnul Qayyim, As-Salam adalah salah satu nama Allah yang bermakna selamat. Oleh karenanya, Allah lebih berhak untuk menyandangnya daripada selain-Nya, karena Dia selamat dari setiap cacat, aib, kekurangan maupun celaan.



6. AL-MU'MIN (Maha Menjaga Keamanan)

Dari Allah lah datangnya keselamatan dan keamanan, karena Dia memiliki media-media untuk mendapatkan keselamatan dan keamanan, sekaligus untuk menolak bahaya.



7. AL-MUHAIMIN (Maha Memelihara Keselamatan)

Sebaik-baiknya kita memelihara tentu ada lengahnya. Sekuat-kuat manusia menjaga sesuatu, tentu ada lemahnya. Allah tidak pernah seperti itu. Pemeliharaan-Nya sangat sempurna.



8. AL-JABBAR (Maha Kuasa)

Menurut As-Sa'di, Al-Jabbar artinya Yang Maha Tinggi dan Tertinggi, juga yang bermakna Memaksa, dan bermakna Ar-Ra'uf, Yang memperbaiki kalbu yang redam, memperbaiki yang lemah dan tidak mampu, serta yang berlindung kepada-Nya.



9. AL-MUTAKABBIR (Maha Pemilik segala keagungan)

Keagungan itu hanya milik-Nya. Hanya Allah yang pantas menyandangnya. Sebab, Dialah yang Maha Besar.



10. AL-BARI (Maha Mengadakan)

Menurut Ibnul Atsir, Al-Bari artinya yang menciptakan makhluk tanpa meniru. Tetapi, ini lebih memiliki kekhususan pada (penciptaan) makhluk-makhluk hidup, tidak pada makhluk-makhluk yang lain.



11. AL-WAHID (Maha Esa)

Al-Wahid ialah Tuhan yang munfarid (sendirian) di dalam Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya; tidak terbagi-bagi dan tidak terkelompokkan. Sifat-Nya tidak menyerupai dan tidak diserupai sesuatu, dan perbuatan-Nya tidak disekutui apapun.

AL-Wahid artinya bahwa Allah tidak terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Tidak ada yang serupa dengan-Nya dan tidak ada yang menyamai-Nya, karena Dia Esa.

Al-Wahid adalah sifat Allah yang mempunyai kapasitas yang berbeda dalam dimensi tempat dan waktu walaupun menggunakan kata yang sama. Alam semesta dan segala isinya merupakan kreasi tunggal Allah, Dialah yang menciptakannya tanpa bantuan sedikitpun dari selain-Nya, dan hasil perbuatan-Nya pun tidak ada yang mampu menyamainya.



12. AL-HAQ (Maha Benar)

Al-Haq adalah lawan kata dari Al-Bathil. Segala sesuatu menjadi nyata dengan lawannya. Semua yang diberitakan boleh jadi salah semua, boleh jadi benar semua, dan boleh salah dari salah satu sisi dan benar dari sisi lain. Kita mengetahui bahwa yang Haq mutlak adalah yang maujud secara hakiki dengan dzat, yang mana semua haq mengambil hakikat darinya. Kita mengetahui, bahwa yang paling haq di antara yang maujud itu untuk menjadi yang haq adalah Allah.



13. AL-WARITS (Maha Mewarisi)

Allah menjadi tempat kembalinya milik setelah tiada, karena dia adalah yang abadi setelah sirnanya ciptaan. Segala sesuatu kembali kepada-Nya sebagai hasil akhir mereka. Secara bahasa Al-Warits artinya kekal setelah binasanya makhluk, dan pihak yang menerima kepemilikan dan mewarisi setelah kematian makhluk, dan pihak yang menerima kepemilikan dan mewarisi setelah kematian makhluk. Sekiranya manusia menyadari da mengetahui bahwa semua yang dimiliki manusia hanyalah titipan yang sifatnya sementara dan sejatinya semua hanya milik Allah, maka sudah tentu ia tidak akan kikir. Hal ini sebagaimana firman Allah, "Dan janngan sekali-kali orang-orang yan kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka. Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari kiamat. Milik Allah lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan." (QS Ali 'Imran (3) : 80)



14. AL-KHALIQ (Maha Pencipta)

Allah menciptakan alam semesta dan yang menghamparkannya. Menurut Al-Ghazali, ada tiga hal yang dibutuhkan yang membuat sesuatu yang tidak ada menjadi ada; pertama, membutuhkan takdir; kedua membutuhkan pembuatan yang sesuai dengan takdir tersebut; ketiga, membutuhkan pembentukan sesudah pembuatan tersebut. Jadi, dalam kaitannya dengan hal ini, Allah yang menentukan, mengadakan dan membentuk rupa makhluk.



15. AL-MUBDI' (Maha Memulai Penciptaan pertama kali)

Allah adalah Tuhan yang menampakkan sesuatu dari "tiada" menjadi "ada". Adapun AL MU'ID yang menjadi pasangannya adalah Tuhan yang mengembalikan kepada "ada" sesudah kehancurannya. Jika penciptaan itu tidak didahului oleh yang sama dengannya, maka itu disebut 'Ibda, sedangkan jika sudah didahului yang sama dengannya maka itu disebut i'adah. Allah adalah Tuhan yang mulai menciptakan makhluk dan Dia pula mengulangi penciptaan-Nya, dan yang terakhir ini lebih mudah bagi-Nya.



16. AL-HAFIZH (Maha Menjaga)

Junaid Al-Baghdadi mengatakan, bencana adalah penerang bagi orang yang arif; kebangkitan bagi orang yang menghendaki ridlo Allah dan kebaikan bagi orang-orang mukmin. Sesungguhnya sakit dan musibah adalah peringatan atau pemeliharaan Allah atas insan dan akidah kita. Jika kita menerimanya dengan sabar dan ridlo, maka pahalanya akan dilipatgandakan. Nabi bersabda dalam hadits qudsi, Allah berfirman, "Tidak ada seorang hamba pun yang terkena musibah lalu berpegang kepada-Ku, kecuali Aku akan memberinya sebelum meminta, dan Aku mengabulkannya sebelum ia berdoa. Dan, tiada seorang hamba pun yang terkena musibah lalu bergantung kepada makhluk selain Aku, kecuali Aku tutup pintu-pintu langit baginya."



17. AS-SAMI' (Maha Mendengar)

Suara-suara manusia tidak ada yang hilang dari catatan As-Sami', dalam buku besar yang tersimpan dalam Lauh Mahfuzh. Semua suara dan bunyi dari makhluk di alam semesta terjejak dengan rapi, penuh makna. Jika suara ini adalah pertanyaan, maka Allah menjawabnya. Jika sebuah tuntutat maka akan dipenuhi-Nya. Jika ini sebuah salah, maka akan ditunjukan jalan kebenaran oleh-Nya. Allah Maha Mendengar segala keluh, gundah, kegelisahan dan kehampaan kita. Hanya dengan isyarat dalam hati Allah mampu mendengarnya. Tak perlu kita melenguhkan suara kita untuk memohon kasih-Nya. Hanya dengan ungkapan air mata, Allah sudah memahami apa yang kita inginkan.



18. AR-RAZZAQ (Maha Pemberi Rezeki)

Allah memberi rezeki manusia, baik di dunia maupun di akherat. Bedanya, di dunia semua makhluk diberi-Nya rezeki, tidak pandang apakah mereka beriman atau tidak. Sementera di akherat, hanya orang-orang beriman yang diberi-Nya rezeki, yaitu berupa surga dan kenikmatan di dalamnya. Allah berfirman, "Sungguh Allah, Dialah Pemberi rezeki yang Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh." (QS. Az-zariyat (51) : 58)



19. AL-GHAFUR (Maha Pengampun)

Allah memberikan ampunan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang memohon ampunan, karena Allah mempunyai sifat Al-Ghafur yang artinya Maha Pengampun. Ampunan Allah sangat luas, dan Allah membuka pintu ampunan seluas-luasnya bagi hamba-Nya untuk memohon, seperti yang disebutkan dalam surat Al-Imaran (3) : 133, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnyaseluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa."



20. AL-FATTAH (Maha Membukakan Rezeki)

Allah membukakan pintu rezeki dan rahmat bagi para hamba-Nya. Al-Fattah juga membukakan semua permasalahan para hamba dari ketidakjelasan, dan membukakan semua mata hati mereka agar dapat melihat kebenaran. Inilah yang disebut Al-Khathabi dengan fathur rabbani (pintu penyingkap ketuhanan). Inilah pula rahmat paling besar yang Allah berikan kepada kekasih-Nya, yaitu dengan membukakan hati mereka untuk menerimacurahan irfan (pengetahuan) yang sebelumnya samar atau sama sekali tidak mereka ketahui.



21. AL-HAKIM (Maha Menetapkan Hukum, Maha Bijaksana)

Cukuplah bagi para ahli hikmah untuk mengetahui banyak hal dari hikmah-hikmah Allah dan melihat sebagian keindahan dan kecermatan yang ada padanya. Hal ini sudah diketahui secara pasti, berdasarkan keagungan yang terlihat dan kesempurnaan sifat-sifat-Nya. Juga dengan menelusuri hikmah-hikmah-Nya dalam penciptaan dan perintah-perintah-Nya.



22. AL-HADI (Maha Pemberi Hidayah (petunjuk))

Allah menganugrahkan hidayah kepada jalan yang benar. Hidayah merupakan suatu alat atau peta sebagai petunjuk pada tempat yang benar yang Allah anugerahkan kepada hamba yang dikehendaki-Nya. Menurut Muhammad Rasyid Ridha, hidayah artinya petunjuk halus yang menyampaikan kepada tujuan. (tafsir Al-Manar) Hidayah adalah suatu peristiwa besar yang merupakan hak prerogatif Allah semata, tidak seorang pun dapat memberikannya sekalipun Rasulullah.



23. AL-MUMIT (Maha mematikan)

Allah Maha menciptakan, Dia juga Maha Memusnahkan. Setiap ada yang lahir, pasti ada yang mati. Allah juga yang menentukan waktu kehidupan dan kematian bagi makhluk-makhluk-Nya. Allah adalah Al-Mumit, yang berarti yang Maha Mematikan. Allah yang mempunyai kekuatan untuk memusnahkan apa yang telah diciptakan-Nya, dan tidak ada satupun kukuatan yang bisa menandingi-Nya. Al-Mumit merupakan salah satu Almaul Husna. Dengan adanya sifat Allah yang satu ini menunjukkan betapa agung dan perkasanya Allah. Kematian itu merupakan kepastian yang akan terjadi pada setiap yang bernyawa, sebagaimana firman Allah, "Kami telah menentukan kematian masing-masing dan Kami tidak lemah." (QS Al-Waqi'ah (56) : 60)



24. AL-LATHIF (Maha Lembut)

Nama ini berasal dari kata Al-Luthf yang menurut bahasa berarti kasih sayang terhadap hamba. Sedangkan Al-Lathif di sini artinya Dzat yang Maha Mengetahui akan perkara-perkara yang halus dan kejadiannya masing-masing, serta Maha Mengetahui tentang segala sesuatu secara mendetail.



25. AL-HASIB (Maha Pembuat Perhitungan)

Ada yang berpendapat bahwa arti dari Al-Hasib adalah yang menghisab segala amal perbuatan hamba-hamba-Nya menurut kelompoknya masing-masing. Orang-orang kafir dijadikan-Nya menghisab diri mereka sendiri, lalu mereka memutuskan atas diri mereka hukuman nereka, kemudian mereka pun memasukinya. Ahli Iman dan Kamal (orang sempurna) dihisab para malaikat, disaksikan orang banyak dengan teliti, guna menampakkan keutamaan mereka agar menjadi hujjah atas orang selain mereka.



26. AL-HAYY (Maha Hidup)

Ahlus Sunnah meyakini bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Hidup, Maha Kuasa, Maha Perkasa dan Maha Memaksa. Dia tidak diliputi oleh keterbatasan atau kelemahan. Dia juga tidak terkena rasa kantuk atau tidur, dan tidak ada kefanaan atau kematian yang mendatangi-Nya. Allah adalah Tuhan yang memiliki kerajaan bumi dan kerajaan langit, memiliki kemuliaan dan keperkasaan.



27. ASY-SYAHID (Maha Menyaksikan)

Menurut As-Sa'di dalam tafsirnya, asy-Syahid berarti yang mengetahui segala sesuatu, mendengar setiap suara, baik yang tersembunyi maupun yang jelas, melihat segala yang ada, baik yang kecil maupun yang besar. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, yang menjadi saksi bagi hamba-Nya dan terhadap hamba-Nya atas segala yang mereka lakukan. Allah berfirman, "Sungguh Allah menjadi saksi atas segala sesuatu." (QS Al-Hajj (22) : 17)



28. AL-HAMID (Maha Terpuji)

Secara bahasa, asal kata nama ini menunjukkan arti yang satu, yaitu lawan dari celaan. Orang Arab menyebut orang yang terpuji, jika orang itu memiliki banyak sifat terpuji dan tidak tercela. Adapun makna hamd (memuji) hampir sama dengan makna syukr (bersyukur/berterima kasih). Tetapi hamd lebih luas, karenakita memuji seseorang karena sifat-sifat baik yang ada pada dirinya dan pemberiannya, tetapi kita tidak menempatkan syukr pada sifat-sifatnya. Menurut Ibnu Atsir, Al-Hamid berarti yang maha terpuji dalam semua keadaan. Menurut Ibnu Katsir, Al-Hamid berarti maha terpuji dalam firman-Nya, perbuatan-Nya, ketentuan syariat-Nya dan ketetapan takdir-Nya.



29. AL-BASHIR (Maha Melihat)

Penglihatan-Nya meliputi segala yang dilihat di Penjuru bumi dan langit, hingga sesuatu yang tersembunyi yang ada di sana. Dia melihat gerakan semut hitam di atas batu yang keras dan hitam di malam yang gelap gulita.



30. AL-'ALIM (Maha Mengetahui)

Bagi Allah, tiada yang tersembunyi. Serapat-rapat manusia menyimpan rahasia, Allah pasti mengetahuinya. Sekelebat mata yang berkhianat, Allah mengetahuinya. Hati-hati yang tersimpan rapi, Allah pun mengenalinya. Lebih jauh dari itu, rahasia dibalik rahasia pu, diketahui-Nya. Sesuatu yang sudah mengendap lama atau yang telah terlupakan oleh manusia, serta segala yang kini telah berada di bawah sadarnya, Allah tetap mengetahuinya.



31. AL-'ALIY (Maha Tinggi)

Yaitu tinggi martabat-Nya di atas segala-galanya, dalam hal keagungan, kebesaran, kemuliaan, kekuasaan, dan sebagainya. Dia Maha Tinggu, lebih tinggi dari alam yang diciptakan-Nya. Walaupun disebut tinggi namun Dia sangat dekat dengan makhluk-makhluk-Nya. Dalam Al-Quran disebutkan bahwa Allah lebih dekat daripada urat leher manusia. Karena Zat dan sifat-sifat-Nya tidak sama dengan sifat makhluk-makhluk yang diciptakan-Nya, sehingga kedekatan, kejauhan dan ketinggian-Nya tidak dapat diukur menurut batasan-batasan akal manusia. Dia lebih tinggi daripada ketinggian yang dapat dibayangkan akal manusia.



32. AL-GHANIY (Maha Kaya)

Al-Baihaqi mengutip perkataan Al-Hualimi tentang makna nama Al-Ghaniy, yaitu bahwa Allah Maha Sempurna dengan apa yang Dia miliki dan apa yang ada di sisi-Nya, sehingga Dia tidak butuh kepada selain-Nya. Sifat tidak membutuhkan inilah yang menjadi sifat Allah, dan sifat membutuhkan adalah sifat kekurangan. Seseorang yang membutuhkan adalah seseorang yang memerlukan apa yang dibutuhkannya hingga dapat ia capai dan ia raih. Sementara itu, pihak yang dibutuhkan pasti memiliki kelebihan dibandingkan pihak yang membutuhkan. Jadi, segala sifat kurang tidak pernah ada pada Allah.



33. AL-BASITH (Maha Melapangkan)

Secara bahasa, kata itu berarti keterhampaan, memperluas dan melapangkan. Al-Basith artinya Allah melapangkan segala sesuatu menurut kebijaksanaan-Nya. Dia melapangkan rezeki orang-orang yang Dia kehendaki. Dia juga melapangkan hati siapa saja yang Dia kehendaki. Ketika kita dihadapkan dengan permasalahan hidup seakan-akan hari-hari yang kita hadapi cukup lama, ketika kita mendapatkan musibah seakan-akan kita pesimis untuk dapat melaluinya dan enggan mengikhlaskannya. Tapi ketika kita sadar bahwa Allah Maha Melapangkan segala-galanya, Dialah yang melapangkan jiwa kita, yang membesarkan hati kita dan meningkatkan kesadaran kita. Karena Allah Maha Pengasih dan Penyayang terhadap hamba-Nya.



34. ASY-SYAKUR (Maha Menerima Syukur)

Allah memberi pahala berlipat bagi perbuatan baik dan memberikan kebahagiaan yang tidak terbatas di akhirat. Siapapun yang menghargai kebaikan-Nya disebut bersyukur. Ada pula yang berpendapat, Asy-Syakur artinya yang banyak memuji hamba-Nya dengan menyebut perbuatan taatnya. Salah satu sifat terpuji manusia adalah manusia yang mau bersyukur kepada manusia lain atas perbuatan baiknya kepada dirinya atau dengan memberi imbalan kepada yang memberinya lebih dari yang diberikan orang lain. Rasulullah saw pernah bersabda, "Siapa pun yang tidak berterima kasih kepada manusia, berarti dia tidak berterima kasih kepada Allah." (HR. At Turmudzi) Bentuk bersyukur yang paling baik atas rahmat Allah adalah memanfaatkan rahmat tersebut bukan untuk durhaka, tetapi untuk mentaati-Nya.



35. AL-QADIR (Maha Kuasa)

Allah Maha Mampu melakukan sesuatu tanpa perantara. Dia tidak pernah mengalami kelemahan dalam setiap kehendak yang ingin dilaksanakan-Nya. Sebagian ulama mengatakan ialah yang mampu menciptakan yang tiada dan memusnahkan yang ada. Al-Qadir ialah Allah yang kalau Dia mau, Dia lakukan, dan kalau tidak mau, tidak Dia lakukan, dan bukan termasuk syarat-Nya untuk mesti menghendaki.

Yang kuasa secara mutlak itu ialah yang menciptakan segala sesuatu yang ada dengan penciptaan yang tersendiri dan terlepas dari bantuan lainnya. Dialah Allah. Sedangkan hamba, ia juga mampu berbuat sesuatu, tetapi kurang sempurna, karena tidak bisa kecuali sebagian yang mungkin. Adapun yang menciptakan kemampuan hamba itu tidak lain adalah Allah. Berakhlak dengan nama Allah Al-Qadir ini mengharuskan kita untuk tidak melalaikan satu pun kehendak Allah sesuai dengan kemampuan kita dan mencurahkan segenap kemampuan kita dalam berbuat bakto kepada-Nya guna mencapai ridho-Nya.



36. AL-BADI' (Maha Pencipta)

Tidak dikenal adanya sesuatu yang menyerupai ciptaan Allah. Jika tidak ada yang diketahui sama dengannya, tidak dalam esensinya, tidak dalam sifatnya, tidak dalam tindakannya, tidak dalam apa pun yang dianggap sifatnya. Ciptaan Allah, mutlak yang pertama, sebelum manusia membuat yang berikutnyadari ciptaan Allah yang pertama tadi. Tidak ada yang tepat dengan nama ini kecuali Allah. Setiap yang ada, yang muncul setelah Dia, terwujud karena Dia menciptakannya. Dengan begitu Dia adalah pencipta sejak azali dan selamanya.



37. AL-KHABIR (Maha Mengetahui, Maha Teliti)

Tidak ada satu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang batin apalagi yang lahir. Tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya sesuatu pun di bumi dan di langit. Juga tidak satu pun benda bergerak, sekecil apa pun, di alam semesta ini, kecuali oleh Allah. Hati yang bergejolak dan tentram, Allah juga mengetahuinya. Ketika Al-Quran berbicara tentang ajal, misalnya, sesuatu yang sangat rahasia, di mana manusia tidak mengetahui secara pasti, Allah menggunakan kata Al-Khabir, sebagaimana ayat, "Tidak seorang pun yang mengetahui di bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Luqman (31) : 34)



38. AL-WAKIL (Maha Pelindung)

Allah adalah wakil tertinggi dan jujur. Dia menyelesaikan segala sesuatu yang diserahkan hamba-Nya tanpa membiarkan apa pun terbengkalai. Allah tidak memerlukan banyak pihak untuk melakukan segala hal bagi-Nya. Dia dapat menggantikan segala sesuatu yang ada di alam semesta tetapi tak ada yang dapat menggantikan-Nya. Allah berdiri sendiri tanpa bergantung pada apa pun Dia mewujudkan pesan dan amalannya melalui para nabi dan rasul, karena mereka adalah hamba-hamba-Nya karena Dialah Tuhan pemilik segalanya.



39. AL-QAWIYY (Maha Kuat) dan 40. AL-MATIN (Maha kukuh

Allah Maha Kuat, dan tidak ada seorang pun yang dapat lari ketentuan-Nya. Tidak ada seorang pun yang dapat luput dari azab-Nya. Tidak ada seorang pun yang dapat merasa dari siksa-Nya jika Dia murka. Dia yang membolak-balikkan isi hati, tidak ada seorang pun yang mampu menghadang petaka yang diciptakan-Nya. Bila Dia memerintahkan untuk mengobrak-abrik bumi ini, niscaya tidak ada sesuatu kekuatan pun yang dapat menahan-Nya, bahkan walaupun seluruh makhluk bersatu padu untuk mencegah-Nya, itu karena Dia Maha Kuat.

Al-Qawiyy adalah dzat yang tidak lemah, baik di dalam dzat-Nya maupun dalam sifat-Nya dan af'al-Nya. Sedangkan Al-Matin adalah dzat yang mempunyai kekuatan yang sempurna. Tidak ada satupun dalam af'al-Nya yang dapat dibantah, dan tidak ada kelemahan di dalam kekuatan-Nya, serta tidak bisa ditolak perintah-Nya. Keadaan ini tidak mungkin ada selain pada Allah, sebab Allah sajalah yang mempunyai sifat-sifat sempurna. Al-Quwwah menunjukkan kekuatan yang sangat. Allah, dari segi kekuatan-Nya yang mencapai kesempurnaan, disebut Al-Qawiyy, dan dari segi Dia sangat kuat, disebut Al-Matin

Abdullah bin Mas'ud berkata Rasulullah saw menyampaikan kepadanya perkataan Allah (hadits Qudsi), "Sesungguhnya Aku Maha Pemberi Rezeki, Pemilik Kekuatan dan Maha Kukuh." (HR. Abu Dawud)



41. AL-MUQTADIR (Maha Kuasa)

Ada lagi kata Al-Qadir, Maha Berkuasa. Keduanya bermakna Allah yang memiliki kekuasaan, tetapi Al-Muqtadir lebih besar lagi kekuasaan-Nya. Kuasa sama dengan kehendak. Memalui kehendak, sesuatu menjadi ada sesuai dengan rencana kehendak dan ilmu (pengetahuan) yang pasti yang selaras dengan keduanya. Allah Maha Kuasa menciptakan kebangkitan. Kekuasaan mutlak hanya ada pada-Nya dan milik-Nya yang menciptakan setiap wujud tanpa memerlukan bantuan dari siapa pun.



42. AL-WAHHAB (Maha Memberi Karunia)

Karunia merupakan hadiah yang bebas dari imbalan dan kepentingan. Jika karunia yang bersifat seperti ini banyak jumlahnya, pihak yang memberikannya dapat disebut sebagai pemberi atau dermawan. Namun, kedermawanan tidak dapat benar-benar dibayangkan kecuali dari Allah semata, karena Dialah yang memberi setiap manusia apa yang dibutuhkannya, bukan untuk mendapatkan balasan atau kepentingan tertentu, sekarang atau pun di masa yang akan datang. Akan tetapi siapa pun yang memberikan sesuatu dengan maksud agar kepentingannya terwujud cepat atau lambat, dia bukanlah pemberi atau dermawan. (br />


43. AL-'AZHIM (Maha Agung)

Menurut Al-Ghazali, nama ini pada permulaan sifatnya ditujukan kepada tubuh (jasmani), misalnya, hadza jisman 'azhim (tubuh ini besar) dan hadza jismun a'zham (tubuh ini lebih besar). Ada pun Allah tidak dibatasi tubuh, tidak ada sesuatu pun yang lebih besar daripada-Nya, dan Dia tidak bisa diliputi oleh pandangan, tidak bisa dipahami dan dibayangkan akal. Dia benar-benar Maha Besar, akal dan pikiran tidak mampu mendapatkan hakikat-Nya.

Al-'Azhim mempunyai arti bahwa Allah adalah Dzat yang mencapai tingkatan yang paling puncak dari sifat agung, sehingga tidak bisa dibayangkan oleh akal dan tidak bisa diliput oleh mata batin. Atau, Dialah yang memiliki ketinggian, kemuliaan dan kekuasaan. Dia tidak membutuhkan pembantu dan tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. Allah adalah Dzat Yang Maha Besar secara mutlak, lahir dan batin. Allah berfirman, "Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar(QS. Al-Baqarah (2):255)



44. AL-AWAL (Maha Awal)

Al-Awal adalah suatu Dzat yang tiada sesuatu sebelum-Nya, sehingga nama ini menunjukkan kedahuluan Allah. Kedahuluan-Nya itu bersifat mutlak bukan kedahuluan yang bersifat relatif (nisbi), semacam bila dikatakan : ini lebih awal dibanding yang setelahnya, dan ada yang lain sebelumnya. Nama Allah Al-Awwal menunjukkan bahwa segala sesuatu selain-Nya baru ada setelah sebelumnya tidak ada.



45. AL-AKHIR (Maha Akhir)

Al-Akhir adalah Dzat yang tiada sesuatu setelah-Nya. Nama Allah Al-Alhir ini menunjukkan keabadian-Nya dan kekekalan-Nya. Ini menunjukkan bahwa Dia merupakan tujuan dan tempat bergantung seluruh makhluk menuju kepada-Nya dengan ibadah, harapan, rasa takut dan seluruh keperluan mereka.



46. AZ-ZAHIR (Maha Zahir)

Dia adalah Dzat yang zahir (nyata) keberadaan-Nya bagi akal yang sehat dengan tanda-tanda petunjuk berupa langit, bumi, manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain.



47. AL-BATIN (Maha Batin)

Al-Batin ialah yang tertutup dari pandangan mata dan angan-angan sehingga tidak bisa diperkirakan bagaimana Dia dan tidak diketahui keadaan-Nya.
Menurut Ibnu Athailah, Allah menampakkan segala sesuatu karena Dia batin, dan merasahiakan wujud segala sesuatu karena Dia zahir. Az-ZAhir dan Al-Batin termasuk juga ke dalam mudhafat, sebab zahir itu menjadi zahir pula bagi sesuatu, dan menjadi batin bagi sesuatu yang lain; tidak pernah menjadi zahir dan batin saja dari satu segi, tetapi menjadi zahir dengan dikaitkan pada pemahaman zahir dan batin dari segi lain.



48. AL-KARIM (Maha Mulia, Maha Pemaaf)

Menurut Ibnu Qutaibah, Al-Karim artinya pemaaf. Allah adalah Al-Karim yang memaafkan dosa para hamba-Nya yang beriman. Menurut Al-Azhari, Al-Karim salah satu sifat dan nama Allah. Makanya, Dzat yang sangat banyak memiliki kebaikan, amat pemurah, pemberi nikmat dan keutamaan. Al-Karim adalah nama yang mencakup kepada sifat yang terpuji.



49. AR-RA'UF (Maha Penyantun)

Allah menciptakan semua makhluk. Dia juga dapat memusnahkan segalanya karena Dia memerlukan makhluk-makhluk-Nya. Namun semuaa kekuasaan tidak menghalangi-Nya untuk mewujudkan kasih sayang dan ampunan-Nya. Tidak juga menghalangi kemampuan-Nya untuk melihat segala perbuatan makhluk-Nya baik yang bermaksiat, ingkar maupun yang berbuat baik.

Walaupun dapat menghukum karena melihat dosa-dosa, namun Dia memilih untuk memaafkan. Ini membuktikan bahwa kasih sayang dan ampunan-Nya tidak berbatas. Orang yang angkuh, yang percaya bahwa kita memiliki kehidupan karena diri kita sendiri dan menjadi penentu diri sendiri, orang ini tidak melihat tanda-tanda kebesaran Allah dan kasih sayang-Nya di sekelilingnya.



50. AL-HALIM (Maha Penyantun)

Ibnu Faris menjelaskan bahwa huruf ha, lam dan mim antara lain bermaknatidak terburu-buru. Kata itu juga lawan dari kata thaisy yang berarti ringan tangan atau mudah berbuat (Mu'jam Maqayis Al-Lugah). Menurut syeikh As-Sa'di, nama Al-Halim artinya yang memiliki sifat penyantun yang sempurna, yang sifat santun-Nya mencakup juga orang-orang yang kafir dan fasik serta ahli maksiat. Dia menahan hukuman-Nya untuk segera ditimpakan kepada orang-orang yang berbuat zalim, maka Allah memberi tempo agar mereka bertobat. Namun Allah tidak lalai bila mereka tetap berbuat dosa dan terus menerus dalam sikap melampaui batas dan tidak kembali.



51. AL-WALIY (Maha Pelindung)

Kata ini terdiri dari wau, lam dan ya yang artinya "dekat". Lalu berkembang menjadi "pendukung", "pembela", "pelindung" dan lainnya yang semuanya bermakna kedekatan. Selain itu, makna Al-Waliy adalan "mencintai".

Allah mencintai makhluk-Nya. Di antara makhluk-Nya ada yang kedudukannya sangat tinggi dan sangat dekat dengan-Nya. Jadi, Allah adalah walinya orang beriman. Ciri kasih sayang Allah yang terbesar adalah manusia dibimbing manusia dari kegelapan menuju cahaya.



52. AL-'AFUW (Maha Pengampun/Pemaaf)

Menurut Abdurrahman As-Sa'di, Allah Maha Memaafkan orang-orang yang berbuat dosa, dengan tidak menyegerakan siksaan bagi mereka. Allah juga mengampuni dosa-dosa mereka. Maka Allah menghapuskan dosa dan bekas-bekas dari diri mereka. Inilah sifat Allah yang tetap dan terus ada pada zat-Nya (Yang Maha Mulia), dan inilah perlakuan-Nya kepada hamba-hamba-Nya setiap waktu (yaitu) dengan pemaafan dan pengampunan.



53. AL-QAYYUM (Maha Mengurus Makhluk-Nya terus menerus)

Ada juga yang mengartikan, Maha Berdiri Sendiri (tidak memerlukan sesuatu pun). Allah adalah Al-Qayyum secara mutlak, karena Dia sama sekali tidak membutuhkan tempat, bahkan tidak membutuhkan suatu apa pun untuk kelangsungan wujud-Nya, dan yang demikian itu disertai dengan pemberian wujud kepada segala sesuatu, pemenuhan kebutuhan mereka secara sempurna dan terus menerus.



54. AL-'AZIZ (Maha Perkasa)

Kata 'aziz berasal dari 'azza ya'uzzu yang berarti mengalahkan. Namun juga dapat berasal dari kata 'azza ya'izzu yang bermakna tidak ada duanya, sangat sudah diraih. Atau, dapat juga dari kata 'azza ya'azzu yang berarti menguatkan sehingga tidak terbendung. Kata Al-'Aziz sendiri sering diberi makna yang Maha Perkasa atau yang Maha Mulia. Sedang kata 'izzat sering dimaknai kemuliaan, keperkasaan dan kekuatan.

Ada beberapa unsur keperkasaan yang menyusun al-'izzat, menurut Imam Al-Ghazali yakni perannya yang sangat penting, sangat dibutuhkan, dan sulit diraih. Peran Allah dalam mengatur jagat raya ini sangat penting. Tanpa peran-Nya, jagat raya ini akan hancur berantakan. Tidak ada satu makhluk pun yang mampu menggantikan peran Allah dalam mengatur jagat raya.



55. AL-FATHIR (Maha Pencipta)

Allah yang menciptakan, Mengadakan, Membentuk rupa, Mempunyai Nama-Nama yang paling baik. Semua yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dia lah juga yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. Allah menciptakan setiap makhluk secara sempurna dan dalam bentuk yang terbaik, sesuai dengan ukuran yang paling tepat pada masing-masingnya.



56. AL-QAHHAR (Maha Perkasa)

Secara bahasa, Al-Qahhar berasal dari kata "qahara" yang berarti menundukkan untuk mencapai tujuan, mencegah lawan dari mencapai tujuan, serta merendahkannya. Allah Al-Qahhar artinya Allah Maha Menundukkan segala yang ada di alam ini. Allah lah yang menundukkan matahari, bumi dan planet lainnya. Semua beredar di garis edarnya masing-masing. Allah pula yang menundukkan laut sehingga manusia dapat berlayar. Allah berfirman, katakanlah (ya Muhammad), Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan, dan sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah Yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan" (QS. Sad (38) : 65)



57. AL-MUTA'ALI (Maha Tingg)

Maha Tinggi dari sifat-sifat kurang atau dari pencapaian akal dan pikiran. Allah adalah Tuhan Yang Maha Tinggi, yang memberi kekayaan kepada makhluk-makhluk-Nya tanpa pernah kehabisan kekayaan. Hamba Al-Muta'ali adalah yang dapat menyaksikan ketinggian ilahi yang tak ada batasnya, yang terjadi karena kesadarannya, ingatannya, kepatuhan yang terus menerus kepada Allah.



58. AR-RAFI' (Maha Meninggikan)

Ia berasal dari kata ra-fa-'a yanga artinya meninggikan, sedang arti Ar-Rafi' adalah Yang Maha Meninggikan. Allah adakah wujud yang Maha Tinggi, bahkan Dia adalah setinggi-tinggi wujud dalam segala sifat keagungan-Nya. Dalam Al-Quran bisa dijumpai beberapa ayat yang menjelaskan tentang Allah yang meninggikan derajat Nabi dan Para wali (kekasih)-Nya. Di antaranya adalah Nabi Isa as yang telah diwafatkan, kemudian ditinggikan derajat oleh-Nya, setelah di dunia dihinakan oleh umatnya. Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan meninggikanmu" (QS. Ali Imran (3) :55)



59. ASH-SHAMAD (Tempat Meminta Segala Sesuatu)

Ibnu Faris menjelaskan bahwa asal kata nama ini menunjukkan dua makna, salah satunya adalah al-qasd(tujuan), artinya : orang yang dinamakan ini adalah pemimpin yang dituju (dijadikan rujukan) dalam semua urusan. Kemudian Ibnu Faris berkata, "Allah Yang Maha Agung kemuliaan-Nya adalah Ash-Shamad, karena Dialah yang dituju oleh semua hamba-Nya dengan doa dan permohonan mereka."



60. AL-WADUD (Maha Pengasih)

Menurut Al-Ghazali, kata wadud lebih mendekati makna rahmat, tetapi rahmat menyandarkan kebaikan kepada orang yang dikasihani, sedangkan orang yang dikasihani ialah orang yang membutuhkan dan orang yang kesulitan. Adapun perbuatan Ar-Rahim mensyaratkan orang yang dikasihani itu lemah, sedangkan perbuatan Al-Wadud tidak demikian. Sebab, rahmat-Nya diberikan Allah kepada siapa yang dikehendaki-Nya, termasuk di dalamnya orang mukmin, orang durhaka, orang kuat dan orang lemah. Tetapi kasih sayang-Nya khusus bagi orang-orang mukmin, sebab mereka adalah orang-orang yang dikasihi Allah, dan merekalah orang-orang yang khusus mendapatkan kasih sayang-Nya sebagai tambahan dari rahmat yang telah mereka peroleh.


selanjutnya......

Tidak ada komentar: