http://news.liputan6.com/read/2237512/gubernur-sulsel-sajikan-ikan-setan-untuk-jokowi
Membaca judul di atas membuat saya tergelitik membaca isi artikel tersebut. Bukan moment dari judul tersebut yang menarik perhatian saya tetapi kata-kata Setan yang tercantum dijudul itu. Kata setan di judul itu disandingkan dengan kata ikan sehingga membuat kata setan sebagai kata menunjukkan status si ikan yaitu nama dari ikan tersebut. Walau setelah saya baca isinya ada nama lain yang disandingkan dengan nama ikan setan tersebut, yaitu ikan escobar. Tetapi yang menjadi pertanyaan saya kenapa ikan itu dinamakan ikan setan? Apakah dari wajahnya yang menyeramkan sehingga membuat takut orang yang melihatnya? Kalau memang seperti itu, pertanyaan berikutnya apakah wajah setan itu memang menyeramkan? siapa yang pernah melihat wajah setan? Atau apakah karena tingkah laku dari ikan ini sehingga dinamakan seperti setan? Pertanyaan lanjutan, tingkah laku yang bagaimana sehingga dikatakan dengan nama ikan setan. Apakah sebagai predator yang ganas, lebih ganas mana dengan ikan hiu? atau sebagai ikan yang selalu mengganggu ketentraman rumah tangga ikan yang lain, atau yang selalu mengganggu keamanan lingkungan di komunitas ikan, atau yang selalu mencuri, residivis hingga teroris di dunia ikan? Semua pertanyaan ini perlu penjelasan sehingga penamaan ikan seperti itu yaitu ikan setan menjadi jelas adanya.
Di lain waktu, ketika saya pulang berjalan kaki menuju rumah dan melewati lorong yang terdapat jejeran rumah petak dimana salah satu rumah petak itu selalu terbuka pintu rumahnya. Pas, berada di depan pintu rumah petak yang terbuka itu anak bungsu dari empunya rumah yang masih berumur sekitar 2 tahun sedang berdiri dengan tangan berpegangan ke papan pembatas yang tingginya sedada anak itu (maksudnya papan pembatas itu adalah supaya anak kecil itu tidak bebas keluar rumah). Biasa kalau sudah bertemu dengan anak itu saya akan bersapa ria atau sekedar menjulurkan tangan kanan untuk meminta tepukan tangan dari dia, "ces dulu dong!" Waktu itu pun hal yang sama saya lakukan dan setelah dia memenuhi permintaan saya dengan pukulan tangan kanannya, dia pun berseru sambil menunjukkan jari-jarinya ke atas di belakang saya, "setan! setan!" Ups! saya agak terkejut sedikit dengan seruannya, yang memaksa saya untuk menengokkan kepala untuk melihat ke arah yang ditunjuk anak kecil itu. Mata saya pun tertumbuk kepada makhluk yang sedang duduk di atas tembok setinggi dua setengah meteran, yang tidak saya sadari saya pun telah melewatinya tadi. Dan makhluk itu adalah anak remaja yang entah kenapa nongkrong sendirian di atas sana pada waktu petang hari yang sudah mulai merambat gelap. Setelah menemukan bukti 'setan' di TKP, saya pun melanjutkan perjalanan saya. Hanya yang menggangu fikiran saya siapa yang mengajarkan anak sekecil itu dengan kosakata setan yang dinisbatkan kepada anak remaja yang sedang duduk-duduk sendirian di tembok pada awal malam? Apakah orang tuanya yang tidak menyetujui tingkah laku anak remaja itu sehingga mengajari anaknya dengan istilah seperti itu? Dengan harapan -mungkin- anaknya kelak tidak bertindak seperti itu!
Kasus orangtua yang melindungi anaknya dari perilaku yang menyimpang atau yang mengkhawatirkan selalu ditakuti-takuti dengan kata-kata, "Awas ada setan!" dengan harapan anaknya tidak jadi melakukan perbuatan itu. Tetapi kata-kata setan ini, saat ini, tidak hanya ditujukan kepada anak-anak kecil saja. Orang-orang remaja atau dewasa pun, dan ini sering kita temukan, suka mengumpat dengan kata-kata -baik serius atau sekedar main-main-, "dasar setan!' kepada orang lain yang tidak menyetujui tingkah lakunya.
Yang lebih luar biasa, kata setan juga pernah kita temukan dalam penamaan produk kuliner dan makanan yang digabungkan dengan kata setan menjadi kuliner yang terkenal di daerah tertentu. Seperti Bakso Setan, bakso yang gedenya sangat buuuesar hingga memenuhi mangkok bakso itu sendiri. Di tempat lain ada juga Mie Setan. Mie yang mempunyai rasa pedas yang sangat nendang! Begitu pula dengan Nasi Goreng Setan, dengan cita rasa yang sama dengan Mie Setan karena rasa penasnya yang di atas rata-rata! Anda semua pernah mencoba kuliner yang disandingkan dengan kata Setan? Kalau saya, dari sekian banyak makanan itu, alhamdulillah belum pernah satu pun merasakannya!! glek!! Mudah-muhanan tidak pernah, karena saya sendiri membayangkan dengan memakan makanan dengan kata setan di belakanganya......saya takut menjadi Setan yang sebenarnya!!! Na'udzubillah min dzalika. Owh, owh......
Tetapi sebenarnya kalau kita kembalikan kepada Al-Quran, bahwa syeitan itu terdiri dari makhluk Jin dan Manusia (Al-Quran surat Annas (114) ayat terakhir) tentu secara fisik belum tentu menakutkan. Syeitan dalam terminologi ke-Islam-an adalah sosok yang bersebrangan dengan Aqidah Islam dan berusaha untuk meruntuhkannya. Tentu kalau begitu, terutama manusia, belum tentu sosoknya sesuatu yang menakutkan, boleh jadi dia adalah sosak yang cantik dan ganteng menurut pandangan manusia, tetapi tidak berada dalam jalur yang benar! Jadi kalau begitu penggunaan kata-kata setan yang disandingkan dengan sesautu yang nyleneh adalah tidak tepat, termasuk dalam penggunaan yang disandingkan dengan makanan! Contoh sederhana, seperti bakso setan, kenapa tidak dinamakan saja Bakso Masya Allah! Wallahu'alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar