Selasa, 15 April 2014

Menunggu Keajaiban.

Pohon lengkeng pingpong di depan rumah sudah berumur kalau tidak salah 4-5 tahun. Dibandingkan yang ditanam di kebun yang didepan rumah ini lambat sekali berbuah, bahkan saya merasa pohon lengkeng yang ini tidak akan berbuah. Pertumbuhannya lumayan bagus dibandingkan yang dikebun karena yang ditanam di depan rumah selalu saya perhatikan dan kadang saya beri pupuk. Kelemahannya juga adalah periode kena sinar matahari per harinya tidak selama pohon lengkeng yang ditanam di kebun. Lengkeng pingpong yang di tanam di kebun sudah pernah berbuah walaupun hanya satu dua.

Tapi musim kemarau yang lalu pohon lengkeng yang ditanam di rumah mulai berbunga di beberapa tempat. Alhamdulillah. Saya berfikir karena semakin tinggi pohonnya sehingga periode kena sinar matahari menjadi lebih lama dalam satu harinya. Bunga itupun akhirnya menjadi buah, bahkan ada rumpun bunga yang seluruhnya menjadi buah sehingga membentuk rumpun buah yang sangat bagus seperti rumpun buah lengkeng yang dijual di toko-toko buah. ah...sayang saya tidak sempat mendokumentasikannya. Saya dan keluarga berharap menikmati buah lengkeng pingpong itu ketika sudah masak nantinya.

Hari demi hari, buah itu semakin besar. Bahkan karena berupa rumpun dahan yang menopang buah-buah itu mengayun ke bawah karena semakin beratnya. Kondisi itu menarik perhatian anak-anak tetangga yang selalu datang ke rumah untuk bermain dan mengaji, hingga ada anak yang penasaran dan berani untuk mengambil dan mencobanya. waduh!!! Istri saya sampai marah-marah karenanya, yang punya pohon saja belum sempat merasakan eehhhh...ini anak-anak berani mengambil tanpa izin. he-he.... namanya juga anak-anak.

oh iya, sebelumnya saya sampaikan dulu bawa pohon lengkeng ini adalah jenis lengkeng pingpong. kenapa di sebut pingpong karena buahnya besar sebesar bola pingpong tidak seperti lengkeng biasanya. Asal pohon ini konon katanya dari vietnam. Ada orang yang bawa buah itu ke Indonesia (jawa). Kemudian bijinya di tanam dan tumbuh baik. Akhirnya pohonnya diperbanyak dengan sistem okulasi. Saya membeli bibitnya yang dibawa teman dari jawa. Cukup mahal, kalau tidak salah Rp. 175.000 per pohon. Hanya yang saya tanam baik yang di rumah maupun yang dikebun ternyata buahnya tidak sebesar yang saya lihat dalam promosinya. tapi tidak apa-apa, yang penting pohonnya sudah berbuah dan buahnya manis sekali!!

Berbeda dengan pohon rambutan, yang saya juga ada tanam baik di pekarangan rumah maupun di kebun, Pohon lengkeng ini menurut teman lebih suka daerah yang panas dan tidak terlalu memerlukan air yang banyak. Ah...sayangnya, musim hujan kemarin yang intensitas hujannya sangat tinggi disamping juga karena adanya peninggian jalan di depan rumah yang berakibat ditinggikan juga pekarangan rumah sehingga menutup jalan air dari kebun ke selokan, mengakibatkan kadang kebun tergenang air yang cukup lama. Dan itu berlangsung beberapa kali selama musim hujan kemarin. saya pun tidak bisa berbuat apa-apa karena kesibukan dan kondisi ketinggian selokan dan dasar kebun. sehingga saya hanya berharap air yang tergenang terserap ke dalam tanah. Saya tahu bahwa ini akan berakibat tidak baik ke pohon lengkeng maupun pohon rambutan yang saya tanam.

Ternyata benar, lama-lama daun pohon lengkeng menjadi kering hingga semua daun yang tersisa. Pohon rambutan masih bisa bertahan mungkin karena sifatnya, tapi yang saya tahu kalau lama-lama tergenang pohon rambutan pun akan mati. Sudah hampir dua bulan lebih daun-daun di pohon lengkeng kering. Tetapi yang saya heran daun itu tidak gugur berjatuhan. Hingga saat ini saya berharap masuk musim kemaraun, pohon lengkeng itu tumbuh kembali dan muncul tunas-tunas baru. Kalau ada kesempatan kadang saya mencoba mencungkil batangnya, apakah kering atau tidak, walau kering saya tetap berharap. Allah swt yang Maha Besar dan Maha Menghidupkan. Jika Allah swt berkehendak, keajaiban itu akan datang!

Tidak ada komentar: