Jumat, 11 April 2014

Mistoro, sosok transmigran yang sukses!

Tanpa sengaja saya ketemu dengan Mistoro ini, transmigran yang sukses! Sukses boleh jadi bukan banyak mobil, rumahnya besar atau tanahnya bejibun. Sukses boleh jadi adalah suatu peningkatan kehidupan dari sebelumnya, lepas dari kesulitan dan adanya kemudahan yang didapat dari usahanya.

Ketika itu(4 April 2014) saya melewati batas provinsi antara Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah, di daerah Mangkutana dimana waktu itu saya sedang ada dalam perjalanan dari Makassar Sulawesi Selatan menuju Balantak, Luwuk Sulawesi Tengah. Saya berniat, karena baru pertama kali, saya mau berhenti di perbatasan itu dan mengabadikannya. Ternyata tepat di sekitar perbatasan yang memang berada dalam ketinggian terdapat warung kecil. Saya pun menyempatkan singgah di warung itu apalagi ketika berangkat dari penginapan saya belum minum air hangat.

Di warung ada dua orang selain ibu yang punya warung. saya sempat menyapa anak muda yang duduk agak keluar, rupanya anak muda ini sudah menikmati sajian yang ada di warung. sedangkan seorang lagi yang agak lebih tua daru yang duduk di luar sedang sibuk makan mie siram. Saya pun duduk agak ke dalam warung dan ternyata pemandangan dari sisi ini sangat luar biasa, hamparan kaki gunung berselimutkan awam pagi (rupanya itu adalah danau poso). Setelah mengabadikan keindahan itu di hp sederhana saya, saya pun duduk di meja dimana teh panas pesanan saya datang tidak lama setelah itu.

Saya untuk coba membuka pembicaraan dengan sosok yang sedang makan mie ini. Saya mulai bertanya tujuan yang akan dituju. beliau pun menyebutkan nama desa yang akan dituju. dari aksennya saya tahu bahwa beliau adalah orang jawa dan saya berfikir jauh bahwa bapak yang satu ini adalah transmigran dari jawa. Bapak ini pun melanjutkan pembicaraan bahwa tujuan ke desa itu untuk membeli bibit pohon manggis, yang rupanya saat ini sedang banyak yang mencari. ternyata memang Bapak ini pengusaha bibit-bibit pohon buah-buahan di mangkutana, hanya untuk pohon manggis beliau belum punya sehingga harus membeli dari pembibit lain (tapi ini pun bibit pohon manggis dari biji bukan hasil tempel/okulasi)

Di sela-sela pembicaraan, saya pun bertanya untuk sebuah kepastian tentang status Bapak ini yaitu asal mula daerah. Beliau pun menceritakan bahwa dulu, 1979, beliau bersama keluarga bertransmigrasi ke sulawesi ini dan ditempatkan di daerah mangkutana yang sekarang berada di kabupaten luwu timur. Dengan sudah begitu lamanya, saya pun bertanya pertanyaan yang aneh sebenarnya, "apakah Bapak betah di sini?". Bapak yang mengenalka dirinya mistoro ketika saya tanya namanya, menjawab dengan lugas ,"Iya Pak, dulu saya di jawa tidak punya tempat yang layak. rumah saja kecil tidak ada halaman. Berusaha hanya untuk makan hari itu saja, tidak berfikir untuk hari esok. Tapi sekarang alhamdulillah sudah ada semuanya disini." Saya pun bertanya, "apakah Bapak pernah pulang ke Jawa untuk menengok keluarga atau famili?" Pak Mistoro pun menjawab, "Wah..sudah tidak pernah lagi Pak. Semua keluarga saya sudah di sini semuanya." Saya bilang, "transmigrasi bedol desa dong!" "Iya pak, bedol desa, semuanya pindah ke sini"

Tidak ada komentar: