Guru, layaknya seorang ibu, yang melahirkan anaknya kemudian menyusuinya hingga memeliharanya dalam perjalanan pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Setiap proses selalu ada dalam penglihatan dan pengamatannya serta genggamannya. Senyum kebahagiaan akan tergambar manakala sang pujaannya tumbuh dan berkembang dengan baik. Sebaliknya akan was-was hingga meneteskan airmata manakala sang pujaan ada dalam masalah, entah itu kesehatannya maupun kejadian yang diluar harapannya.
Guru, walau tidak setiap waktu dan setiap kesempatan mendampingi siswanya tetapi jiwa mereka ada dalam genggamannya, selalu ada dalam pengamatannya. Sehingga perkembangan siswanya akan memberinya kebahagiaan dan kepuasan batinnya, bahwa usahanya yang hanya untuk membantu siswa mengembangkan kemampuannya yang sebenarnya ada dalam diri siswa itu sendiri. Begitu juga sebaliknya ketika siswa nya tidak mau atau tidak ada kemauan untuk mengembangkan diri walau sang guru sudah berusaha dengan berbagai langkah dari yang halus hingga yang sedikit menyakitkan sebagai proses penyadaran tapi tetap tidak berubah apalagi pengaruh yang tidak baik dari pergaulannya lebih kuat dari himbuan kebaikan dari sang guru, akan membuat batin sang guru sesak dan menyedihkan, seolah usahanya sia-sia tanpa hasil.
Guru, dalam istilah sederhana dikatakan yang diGugu dan yang ditiRU. Untuk meningkatkan kualitas siswa, guru pun harus meningkatkan standar dirinya. Sehingga kebahagiaan yang lain adalah ketika sang siswa menjadi seseorang yang berguna untuk dirinya, keluarganya dan Masyarakat serta Bangsa dan Negaranya, dari hasil refleksi guru bagi siswanya.
Bravo Sang Guru!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar