Walau hari kartini itu sendiri sudah lewat, saya mencoba untuk ikut menulis barang satu dua kata yang langsung saya rasakan sendiri berhubungan dengan hari kartini tersebut atau lebih dalamnya dengan ruh hari tersebut yang di Indonesia sangat disanjung. ya...disanjung karena berhubungan dengan keberadaan wanita Indonesia, yang boleh jadi menjadi terangkat posisinya karena sosok kartini. Sang Kartini, RA Kartini, sendiri adalah sosok wanita jawa, dari kalangan bangsawan, yang dengan adat jawanya dan yang dengan posisinya mempunyai akses yang lebih luas dan kuat dengan kehidupan sosialnya. Kemungkinan-kemungkinannya posisinya menjadi lebih terbuka. Bayangkan bagaimana kalau sosok kartini sebagai orang yang dari kalangan bawah atau rakyat biasa. Atau yang lebih keras lagi sebagaimana orang-orang yang tidak setuju dengan RA Kartini dijadikan sebagai hari yang luar biasa di Indonesia, mereka menuntut bahwa seperti Tjuk Nyak Din bisa dijadikan sosok yang lebih menginspirasi kaum wanita Indonesia. Tentu dengan perjuangannya menolak Belanda sebagai penjajah hingga ikut memeranginya bahkan hingga mengorbankan diri demi kedaulatan bangsa dan negara.
Terlepas dari kontroversi mengenai siapa yang lebih berhak dari beberapa tokoh wanita Indonesia untuk dijadikan panutan, bagi saya itu tidak masalah. Hari kartini pun sudah terlalu lama dirayakan oleh masyarakat Indonesia. Riak-riak kecil itu, barangkali hanya sebagai letupan aspirasi demokrasi dari kehidupan masyarakat Indonesia sendiri. Saya sendiri sementara ini sedang menikmati hidup di antara "kartini-kartini kecil saya". Sang Ibu mereka yang dalam beberapa hari ini tidak berada di rumah, menjadikan mereka 3 anak perempuan saya dan 2 anak yatim perempuan yang ada dirumah, bahu membahu mengurus masalah rumah, mulai memasak untuk saya dan mereka sendiri, mencuci pakaian, membersihkan rumah dan lain sebagainya. Saya, sang kartono, yang satu-satunya laki-laki di rumah menjadikan mereka menutup apa yang selama ini dilakukan oleh ibunya he-he....kecuali hati saya dengan status sebagai sang suami yang masih beristri. Hiks!
Hanya memang, hari kartini saat ini, kalau saya melihat lebih jauh dari apa yang terjadi pada perempuan di Indonesia khususnya, sungguh sangat memprihatinkan. Baru-baru ini, kejadian meninggalnya seseorang perempuan yang akhirnya disinyalir sebagai seorang yang berprofesi PSK yang beroperasi di tempat kosnya. Dengan kecanggihan teknologi saat ini, dia menjajakan dirinya lewat media online. Diperkirakan perempuan seperti ini sangat banyak terutama di kota-kota besar. Kemudian, ada juga TKW yang meninggal karena dieksekusi di Arab Saudi karena telah membunuh majikannya. TKW yang hanya sebagai Pembantu Rumah Tangga, yang boleh jadi dari segi keahlian dan pendidikannya kurang, harus terbang jauh ke negara yang budaya dan bahasa yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya.
Berikutnya adalah adanya pesta Bikini yang rencana nya akan diselenggarakan di sebuah hotel untuk siswa-siswa yang baru lulus Ujian Nasional bagi siswa SMA dan sederajat. Walau acara ini sudah dibatalkan dan dibantah oleh panitianya mengenai pesta bikini ini, tetapi ini adalah sesuatu yang bikin miris bagi agama dan adat ketimuran kita. Saya yakin usaha-usaha seperti ini akan terus berlanjut ke depannya, yang intinya bagaimana perempuan itu diekspoitasi dari segi fisik untuk menonjolkan akan kelebihan diri dengan membuka bagian-bagian tubuhnya untuk dilihat banyak orang. Di satu sisi, kadang orang menilainya sebagai sisi yang artistik dari penciptaan Tuhan! Ups
Dari kejadian-kejadian miring ini apakah Kartini akan menyetujuinya jika beliau masih hidup hingga kini? Boleh jadi di sisi lain beliau akan bangga dengan pakaian kebaya atau baju adat yang dipakai selama memperingati hari beliau. Beliau juga akan tersenyum melihat prestasi gemilang dari para perempuan yang mempunyai kedudukan yang tinggi di kehidupan sosial dan berbangsa yang boleh jadi sejajar dengan kaum laki-laki, sebagaimana dicita-citakan beliau. Sebuah pencapaian yang tidak mudah bagi para perempuan tersebut untuk menggapai kedudukan itu dalam posisi dimana dominasi laki-laki yang masih sangat dominan di tempat-tempat tertentu.
Saya sendiri, tidak terlalu berharap terlalu tinggi terhadap kartini-kartini kecil saya yang sedang berkembang itu dalam kehidupan dunia. Entah mau jadi apa mereka ke depannya, yang jelas mereka adalah investasi saya khususnya di kehidupan akherat kelak. Anak-anak yang sholeh, yang mengerti akan kedudukannya di dunia ini terhadap Tuhannya, sehingga menjadikan mereka sebagai hamba-Nya yang menuruti aturan hidup yang telah ditetapkan-Nya apapun profesinya kelak. Untuk yang satu ini, saya rasa dan saya yakin, saya lebih hebat dari Kartini itu sendiri untuk harapan anak-anak perempuan saya (dan perempuan lainnya di dunia ini!). Smoga....amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar