Sabtu, 05 September 2015

Guruku cantik, guruku malang!

Setelah 3 jam pelajaran berkoar-koar di depan siswa di dalam kelas, istilah kerennya mah transfernisasi pengetahuan, tenggorokan pun terasa kering kerontang, yang membuat kemudi di otak merubah haluan arah dari arah menuju ruangan guru ke arah kantin, yang mengakibatkan buritan pun dengan tanpa paksaan menurutinya, layaknya budak kepada tuannya.

Di samping gudangnya obat kekeringan tenggorokan, tujuan ke kantin juga ingin menutupi rasa rindu dengan mas subroto sang peracik mie bakso yang ada di kantin. Beliau biasa telepon ke saya kalau lama tak basua. Namun sayang seribu sayang, setelah jangkar dilepaskan dan tali pengikat sudah ditambatkan, konternya mas subroto kosong melompong tanpa sang tuannya. Untuk mengurangi rasa kekecewaan, saya pun menuju konter yang lain yang menyediakan segala macam kebutuhan siswa terutama berhubungan dengan masalah perut.

Setelah berdiri di samping etalase konter, saya pun memperhatikan sekeliling ruangan kantin yang dipenuhi siswa yang sedang duduk di meja sedang makan makanannya dan juga siswa yang sedang berebut makanan yang tersaji di konter dimana saya berdiri. Sementara saya memperhatikan mereka, salah satu dari dua orang penjaga, yang sudah saya kenal, bertanya ke saya, "Mau beli apa Pak?" Saya pun sambil bercanda menjawab pertanyaan itu, "Berapa harganya yang sedang menjual?" Sang Penjaga pun menjawab dengan cepat-cepat, sambil tertawa "Kalau penjualnya tidak dijual Pak!" Akhirnya saya pun hanya membeli teh gelas untuk membasahi tenggorokan yang kering ini.

Teh gelas yang ada digenggaman, saya bawa menuju meja yang dipenuhi oleh para siswa. Melihat ada tempat duduk kosong, saya pun minta ijin untuk duduk di tempat itu. Kemudian saya bilang bahwa saya akan menonton para siswa yang sedang makan di situ. Mendengar hal itu mereka tidak mengiyakan ataupun tidak menolaknya, bahkan siswi yang duduk disamping kiri menawarkan makanannya ke saya. Tetapi saya bilang bahwa saya sedang minum!!

Sambil minum teh gelas saya, saya melihat bahwa siswi-siswi yang ada di depan saya sedang makan, ada yang makan nasi kuning, ada juga yang sedang makan gorengan yang dicampur sambal yang telah disiapkan di meja. Namun ada yang ganjil yang saya perhatikan dari cara makan mereka. dua, tiga orang dari mereka makan dengan tangan kiri, sehingga memaksa saya untuk bicara,
"Kalau makan jangan pakai tangan kiri. Kalian kidal ya?"
Mereka menjawab, "Tidak Pak!" sambil merubah posisi makannya dengan tangan kanan.
Saya pun melanjutkan, "Biar kidal juga tetap makannya harus pakai tangan kanan! Kalian tahu kenapa tidak boleh makan dengan tangan kiri?"
Mereka pun menjawab, "Jorok ya Pak!"
"Bukan. Kalau makan pakai tangan kiri itu perbuatan syeitan!" tegas saya.

Rupanya penjelasan saya mengenai makan dengan tangan kiri sudah mereka pahami, sehingga mereka melanjutkan pertanyaan di luar topik yang pertama dibahas.
"Bapak, guru ya?" Mereka bertanya dengan rasa penasaran.
Saya fikir, ini pasti siswa baru sehingga tidak kenal dengan saya. saya pun menjawabnya dengan singkat, "Iya!"
dilanjutkan dengan pertanyaan, "Kalian kelas berapa?"
"Kelas sepuluh Pak!" jawabnya.

Saya pun berkesimpulan bahwa mereka anak multi media, karena saya mengajar di kelas sepuluh jurusan perikanan. Tetapi saya tetap bertanya untuk memastikan, "Kalian anak multi media ya?"
"Iya Pak!" tukasnya. Tetapi salah satu dari mereka bertanya, "Bapak mengajar di kelas berapa?"
"Kelas sepuluh dan kelas duabelas" jawab saya.
"Pelajaran apa Pak?" mereka memburu saya!
Saya pun tertawa dalam hati saya, dan keluarlah sikap ngawur saya dengan balik bertanya, "Menurut kalian dengan wajah begini, kira-kira saya ini guru (mata pelajaran) apa?"
Tanpa jeda mereka menjawab, "GURU AGAMA!!!!"

xixixixixi.......dengan senyum mengambang di bibir saya, saya pun beranjak dari kursi dan meninggalkan mereka! entah mereka heran, entah mereka puas atau ......apalah-apalah!!!

Tidak ada komentar: