1. Pulau Kayangan.
Pulau Kayangan ini dekat dengan kota Makassar. Pulau kecil, yang memang oleh Pemda dijadikan tempat pariwisata pantai/laut. Untuk menuju ke sana, sudah disediakan oleh pengelola perahu kecil yang bermesin yang memuat beberapa orang untuk menuju ke sana. Tentunya karena daerah wisata dan dikuasai oleh Pemerintah/pengelola, maka kita harus membeli tiket masuk ke area tersebut. Tiket ini sudah termasuk ongkos perahu pergi dan pulang ke pulau Kayangan. Karena tempat wisata yang dikelola di pulau tersebut tersedia bermacam aneka mainan untuk anak-anak hingga kamar-kamar untuk menginap.
Dari pulau Kayangan ini, kalau melihat ke arah timur maka akan terlihat pemandangan daratan kota Makassar dengan gedung-gedungnya yang menjulang. Kemudian ketika kita berangkat menuju ke pulau, di atas perahu, yang memakan waktu sekitar 15 menit, kita akan melihat pemandangan pelabuhan Sukarno-Hatta Makassar dengan segala atribut dan kegiatannya, termasuk terparkirnya kapal-kapal besar di dermaga. Kalau melihat ke arah barat maka akan terlihat laut lepas dengan kekhasan warna lautnya dan panorama langitnya, bahkan kalau sedang beruntung kita bisa melihat kapal besar yang baru bergerak masuk atau keluar pelabuhan.
2. Pulau Barang Lompo.
Saya, bererta istri dan adik perempuan saya pergi ke pulau Barang Lompo ini karena diajak teman yang sedang ulang tahun. Pulau Barang Lompo masih termasuk kawasan kota madya Makassar. Teman yang sedang Ulang Tahun ini berprofesi sebagai dosen UNHAS fakultas Kelautan. Beliau sudah biasa ke pulau ini karena di pulau ini ada instalasi, kalau tidak salah laboratorium, yang berhubungan dengan keilmuan kelautan. Jarak tempuh, lebih jauh dari pulau Kayangan, kalau memakai perahu atau kapal kayu yang khusus mengangkut penumpang dari pulau ini ke kota makassar sekitar satu jam. Di pulau ini banyak penduduk yang tinggal dan berkehidupan di pulau ini.
3. Pulau Selayar.
Ketika saya masih aktif di perusahaan agen pakan Udang, beberapa kali saya ke pulau Selayar ini. Pulau yang berada di ujung selatan Pulau Sulawesi (Sulawesi Selatan), bisa dibilang termasuk pulau yang cukup besar, sehingga termasuk wilayah kabupaten sendiri ditambah dengan pulau-pulau sekitarnya. Bahkan nama kabupatennya pun sama dengan nama pulau ini, kabupaten Selayar. Ya! saya datang ke pulau ini untuk urusan bisnis, memasarkan pakan udang yang kami pegang keagenannya. Di pulau Selayar ini, ada beberapa konsumen kami waktu itu, yang salah satunya pengusaha besar keturunan Tionghoa. Ketika awal tahun ini, saya bertemu dengan mahasiswa asal Selayar dan kemudian saya tanyakan apakah dia tahu tentang pengusaha itu? Dia menjawab tahu! Padahal sewaktu saya masih suka ke sana kurang lebih dua puluh tahun yang lalu, saya yakin dia masih kecil.
Pulau Selayar ini bisa ditempuh dengan kapal Feri selama 1 jam perjalanan dari pelabuhan Bira di kabupaten Bulukumba (4-5 jam perjalanan darat dari kota makassar). Sekarang sudah ada pesawat yang menghubungkan kota makassar dengan pulau Selayar. Di Pulau selayar ini pula terdapat ibu kota kabupaten Selayar, yaitu kota Benteng.
Karena posisinya yang strategis pulau Selayar selalu dijadikan jalur kapal-kapal besar untuk melewatinya, konon terutama kapal-kapal dagang zaman dulu untuk menghindari arus yang kuat yang berada di laut selatan pulau Sulawesi. Akibatnya diperkirakan banyak potensi harta karun di laut sekitar pulau Selayar yang berasal dari kapal-kapal yang karam pada zaman dahulu. Tidak hanya di laut, di darat pun sudah banyak peninggalan-peninggalan kerajaaan zaman dulu yang ditemukan di pulau ini, seperti Gong terbesar yang berada di pulau Selayar.
Karena pada musim-musim tertentu arusnya sangat kuat di sekitar pulau ditambah dengan kondisi angin musim maka gelombang di sekitar pulau Selayar termasuk yang berbahaya pada musim-musim tertentu. Dulu, ketika fasilitas pelabuhan dan kapal feri yang tidak terlalu besar, mengakibatkan masyarakat pulau Selayar tidak bisa melakukan perjalanan ke pulau Sulawesi untuk beberapa lama. Bahkan saya dengar saat ini, kalau kondisi gelombang sangat tinggi, kapal feri pun dilarang untuk berlayar.
4. Pulau Balang Lompo dan Balang Ca'di,
Kedua pulau ini berdekatan posisinya. Lompo artinya dalam bahasa makassar besar, Ca'di artinya kecil. Masuk di wilayah kabupaten Pangkep. Saya dengan teman saya ke sana berhubungan dengan bisnis, mencari rumput laut. Yang kami dengar di dua pulau tersebut banyak penduduknya budidaya rumput laut. Ternyata memang benar di sana banyak sekali penduduk kedua pulau yang budidaya rumput laut.
Perjalanan ke kedua pulau ini meninggalkan kesan tersendiri karena kami mempergunakan perahu penangkap telur ikan terbang yang kecil. Boleh dibilang tidak ada tempat berteduh di perahu itu karena ruangan yang ada di situ pula mesin perahu ada. Jadi kalau kami masuk di ruangan kecil itu suara mesin dan bau oli sangat membuat tidak nyaman suasana. Akhirnya kami duduk-duduk di atap ruangan mesin. Kami berangkat dari Galesong kabupaten Takalar menjelang maghrib. Suasana malam yang indah karena cuacanya cerah dengan ombak yang tidak terlalu besar. Kami tiba di dua pulau itu sekitar jam 6 pagi, jadi selama hampir 12 jam semalaman kami berada di atas perahu kecil di tengah laut selat karimata.
Kalau tidak salah, kami dua hari di dua pulau itu mencari rumput laut. Kami dapatkan beberapa karung rumput laut. Pulang dari sana dengan waktu yang hampur sama, menjelang maghrib. Hanya sayang, selama perjalanan hujan turun tidak pernah berhenti semalaman. Badan kami pun basah kuyup dan kedinginan yang luar biasa karena ditempa juga angin malam. Sampai di Galesong, rasanya seperti keluar dari siksaan yang mendera kami. Tangan dan kaki kami yang keriput karena kedinginan, baju dan celana yang basah kuyup, rasanya sinar mentari pagi seperti tim sar yang menolong kami dari rasa membeku kedinginan.
5. Pulau Dutungan
Pulau Dutungan berada di kabupaten Barru. Konon ini pulau milik pribadi, keturunan raja-raja Barru dulunya. Pulaunya kecil saja seperti pulau Kayangan. Kami bisa mengelilinginya dengan berjalan kaki. Pulau ini dijadikan area wisata. Di dalamnya tersedia rumah-rumah vila untuk disewakan. Kami sempat bermalam satu malam. Kami berangkat berombongan ke pulau Dutungan, sekitar 7 keluarga dengan anak-anak yang buanyak. Menyebrang ke pulau Dutungan hanya memakan waktu sekitar 10-15 menit. Pulaunya kelihatan jelas dilihat dari daratan.
Kita bisa berenang di pantai yang bersih, main futsal sederhana (ada lapangan di tembok, lebih kepada untuk acara kumpul-kumpul) , bakar ikan dan lain sebagainya.
6. Pulau Tanakeke
Pulau Tanakeke, yang sampai saat ini saya masih rutin ke sana karena urusan pekerjaan, berada di kabupaten Takalar. Pulaunya cukup besar, dengan pulau-pulau lain di sekitarnya (pulau Satanga). Di huni banyak penduduk yang terbagi ke dalam 2 desa. Ditempuh sekitar 1 jam dari daratan dengan cuaca yang baik dan 1-2 jam kalau cuaca tidak baik, artinya kalau ombaknya cukup besar. Namun kalau sudah besar sekali ombaknya kebanyakan penduduk di sana juga tidak berani untuk menyebrang. Sudah banyak kejadian perahu (disebut juga Jolloro) yang tenggelam dihantam ombak yang keras, yang tentunya memakan korban manusia.
7. Pulau Bouluang.
Pulau Bouluang, letaknya dekat dengan pulau Tanakeke, arah ke barat (kalau tidak salah). Perjalanan dari pulau Tanakeke kalau cuaca bagus kurang lebih sekitar 20 menit. Sungguh memberikan suasana nyaman sewaktu saya menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di pulau itu. Bagaimana tidak? pulau ini ditumbuhan banyak pepohonan, kelapa dan pohon-pohon besar lainnya sehingga suasana teduh dan menyenangkan, cocok untuk beristirahat dari kebisingan kota dan kesibukan orang kota. Boleh jadi karena itulah pula di pulau ini tidak kesulitan air tawar meskipun musim kemarau, yang berbeda dengan di pulau Tanakeke.
Pulau yang tidak terlalu besar, yang terdapat sekitar 100 rumah penduduk yang kebanyakan bermata pencaharian menangkap ikan, juga sudah dilengkapi dengan energi tenaga surya sehingga kalau malam tiba, sudah terang benderang. hhhmmmm..... rasanya ingin tinggal lebih lama lagi!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar