Rabu, 08 Januari 2014

kemarau, sampah dan rokkok!

kemarau, sampah dan rokok September 17, 2011 at 8:30pm Seharusnya saya iri mendengar dan melihat di daerah lain terjadi hujan bahkan hingga banjir, sehingga rasa panas ini terobati dengan -setidaknya- sejuknya udara dingin. tapi untuk sekarang kondisi cuaca tidaklah bisa dikatakan seperti sewaktu saya masih sekolah dasar. musim hujan...ya musim hujan dimana-mana, musim kemarau...ya musim kemarau dimana-mana. perkiraan cuaca dari pihak yang berwenang pun kadang tidak bisa menjadi acuan. dengan kondisi seperti ini lebih baik saya mengembalikan kepada Allah swt, yang memang menjadikan semua itu terjadi. Dia lebih mengetahui kapan akan diturunkan hujan dan dijadikan kemarau di suatu tempat. panas dan hujan ada nilai positifnya masing-masing. memang, musim kemarau kali ini mengakibatkan permukaan bukit dan ladang didominasi warna coklat, yaitu warna tanah dan rumput-rumput yang kering. tetapi di tempat-tempat tertentu dimana air tanah masih memungkinan di dapat, hamparan tanaman semangka tersebar dimana-mana, begitu pula dengan buah semangkanya berjejer rapi dan tertib di pinggir jalan merayu sang pembeli. dan ternyata tidak hanya semangka, lahan kosong di sekitar rumah pun di musim kemarau itu berubah menjadi hamparan kebun kangkung darat dan sayur sawi. menampakkan senyum manis bagi sang petani ketika panen tlah tiba (kadang beberapa ikat mampir dirumah tanpa diminta alias anu-gra..tis he-he...) pagi ini, di lokasi kerja, saya lihat di halaman banyak sekali sampah berserakan yang tentunya di dominasi oleh daun-daun kering dan bunga yang layu. Daun-daun tua dari pohon jawa yang tumbuh subur merelakan dirinya untuk jatuh ke permukaan tanah, begitu pula bunga-bunga layu dari tanaman bunga kertas warna merah muda dengan sukacita melepaskan diri dari inangnya karena telah habis masa mekarnya. ternyata disamping daun dan bunga, sebagian ranting yang rapuh pun ikut meramaikan suasana kemarau ini. masya Allah...itulah kehidupan alami. tetapi ah sayang...di sana juga terlihat sampah puntung rokok dan bungkus rokok berserakan di sela-sela daun, ranting dan bunga yang telah mati. (aih...kodong) akhirnya, dengan kerja sama yang baik bersama seikat sapu lidi terkumpullah semua sampah itu pada dua lokasi tumpukan yang berbeda. tanpa basa basi yang berkepanjangan sang korek api mengambil peran berikutnya, sehingga tanpa tersisa semua terlumat api yang semakin membesar. uh...udara panas semakin panas terasa, peluh pun seolah tidak mau ketinggalan partisipasinya dengan membasahi kaos putih berlengan panjang yang menempel membalut seluruh badan yang 'masih' proposional (he-he...) sebenarnya babak terakhir berada di ujung bale-bale, dengan menggenggam gelas kaca berisi air teh tawar hangat, yang siap mengantarkannya ke lubang mulut yang kekeringan dan membilaskannya akan dahaga di kerongkongan, ah...ni'matnya kian terasa ketika sang peluh semakin deras keluar dari pori-pori kulit yang sudah tidak muda lagi. seharusnya kata berikutnya adalah di en alias wis dah sampai sini. ternyata tdak, setiap langkah pikiran selalu berputar tentang semuanya yang terjadi, dan yang luar biasanyo adalah begitu banyak puntung rokok yang bertebaran yang berada di antara sampah yang berserakan. dan hal itu sudah berulang-ulang. dan ini pasti terjadi karena orang yang merokok tidak mau bertanggung jawab akan perilaku merokoknya, sehingga salah satunya membuang sembarangan puntung dan bungkus rokoknya. fenomena orang yang merokok adalah fenomena yang luar biasa. orang yang merokok tidak tergantung kepada status sosial dari orang tersebut. tidak tergantung kepada tingkat pendidikan orang tersebut, dan juga tidak tergantung kepada karakter orang tersebut. kita tahu kalau ada sesauatu yang dicap jelek di masyarakat seperti misalnya korupsi, dan ada koruptor yang mempunyai jabatan tinggi, kaya berpendidikan tinggi maka orang akan menyebutnya bahwa dia adalah oknum. dan biasanya perbandingan orang melakukan itu dengan yang tidak melakukan perbandingannya bisa jadi 1 : 1000 atau bahkan lebih. tapi merokok biar sudah dikatakan secara medis tidak baik (apalagi secara hukum agama) bikin rusak paru-parulah, bikin tidak bisa lurus burung kesayangannya, atau membahayakan janin dan bayi bagi ibu-ibu, eh....tetap saja mereka teh merokok, dan orang itu tidak dikatakan sebagai oknum karena jumlahnya juga buaanyak, mungkin hampir setara dengan yang tidak merokok. yah...ternyata ketika saya belajar tentang keberkahan dari kejadian yang ada, kemarau, hujan dan lain sebagainya, akhirnya saya pun dapat pelajaran bahwa rokok tidak memberikan keberkahan untuk sang.......hapunten anu kasuhun, adios parantos waktosna

Tidak ada komentar: