Kamis, 09 Januari 2014

Uji Nyali

Uji Nyali.

satu bulan terakhir ini, saya sering pergi ke pantai dimana di sana terdapat tempat untuk praktek budidaya rumput laut anak-anak SMK, bahkan untuk itu saya dengan anak-anak sering beremdam di air laut untuk praktek budidaya rumput laut.

dengan seringnya saya ke pantai tersebut, membuat perhatian dari masyarakat utamanya para nelayan yang perahunya ditambatkan di sekitar itu. kadang sebelum saya terjun ke laut saya sempatkan juga untuk berkomunikasi dengan mereka, khususnya untuk lebih mengetahui kondisi perairan di sekitar dimana praktek itu dilakukan. Mereka pun banyak bertanya tentang apa yang saya lakukan dan kadang memberi masukan untuk kelayakan dan kelancaran praktek.

Di sela-sela itu, kadang saya memperhatikan kehidupan mereka sebagai nelayan, yang umumnya adalah nelayan kecil -dilihat dari perahu yang mereka pergunakan- dimana perahunya hanya perahu yang dipakai untuk memancing ikan saja dengan kapasitas 2 sampai 3 orang. Dengan kondisi seperti sekarang ini, yaitu musim yang dikenal dengan musim barat, dimana angin dan ombak cukup besar, merupakan hambatan yang utama untuk mencari kehidupan. Tetapi mereka tetap beraktifitas untuk memancing ikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti yang saya lihat tadi pagi, perahu yang ditambat di pantai sisa satu dua perahu, padahal kemarin pagi masih banyak perahu yang ditambatkan di pantai. entah suatu perjuangan dalam kehidupan atau perjudian dalam kehidupan. Saya teringat ajakan dengan nada penekanan seorang nelayan tua ke saya dua hari yang lalu, bahwa saya harus ikut dia untuk memancing ikan (sunu) besok lusa, dia bilang jangan hari ini ombak sedang keras! memang sejak saya lihat perahu-perahu mereka sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan keluarganya, ada terbersit keinginan untuk suatu saat ikut bersama mereka memancing ikan dengan perahu mereka, tapi tidak kali ini (musim ini) dan setelah saya punya baju pelampung! saya dengan tersenyum menjawab nelayan tua itu dengan, iya saya ingin tahu juga. Teringat beberapa tahun yang lalu, saya pun pernah pergi naik perahu penangkap telur ikan terbang, yang mana perahunya lebih besar dari perahu mancing nelayan tua itu, tapi tetap intinya sama tidak ada kamar untuk berbaring, kita hanya duduk di atas atap ruangan mesin kena panas dan air hujan. berangkat dari galesong, takalar sore hari, tiba di pulau barangcaddi dan barang lompo pagi harinya, dengan tanpa baju pelampung!! (begitu pula pulangnya, diguyur hujan sejak berangkat hingga sampai di tujuan, tidak bisa menutup mata sedekitpun dengan perasaan menggigil karena kedinganan!!! modal nekat!)

Dengan nelayan tua ini, saya tidak mau berangkat dengan modal nekat, apalagi dengan perahu yang lebih kecil! smoga kita menjadi lebih bersyukur dengan kondisi kita yang boleh jadi sudah berada di zona nyaman dalam kehidupan ini dan menikmati kesyukuran itu dengan mau berbagi dengan orang yang lebih membutuhkan. amin (februari 2013, FB) 61

Tidak ada komentar: