Sabtu, 18 Januari 2014
Pendengar yang baik
Terbersit dalam fikiran sebuah petikan kalimat yang mulia, yang mengatakan berbicaralah yang baik atau lebih baik diam. dalam konteks komunikasi dua arah apalagi satu arah, diam disana seperti apa yang saya pahami salah satunya adalah menjadi pendengar yang baik. untuk menjadi pendengar yang baik kadang tidaklah mudah seperti sesederhana kalimat itu dan seperti dalam fikiran orang banyak. apa yang saya rasakan dan saya alami untuk menjadi pendengar yang baik dalam beberapa waktu terakhir ini memang memerlukan kesiapan fisik dan mental tersendiri.
Beberapa saat yang lalu, ketika proses pekerjaan secara tim telah selesai dan waktu menunjukan masuk sepertiga awal malam, ada seorang tua yang masih duduk di bale2 (semacam bangku terbuat dari bambu) yang nampaknya ingin ngobrol dengan saya. sementara teman2 sudah masuk ke kamarnya masing2 dan ada juga yang mencari kegiatan sendiri di tempat lain, saya pun tetap duduk di tempat untuk menemani sang orangtua tersebut. secara fisik saya memang sudah drop tetapi karena urangtua ini saya paksakan untuk tetap melayani berkomunikasi. akhirnya percakapan berjalan sesuai alur pembicaran mulai masalah pekerjaan untuk anaknya yang harus main uang untuk menjadi pegawai, masalah sekolahan dan lain sebagainya. tapi yang bikin repot adalah ketika orangtua tersebut berbicara menggunakan bahasa daerah yang mana saya sendiri kurang memahaminya. yah...terpaksa saya pun senyam senyum dan ketawa sedikit untuk merespon pembicaraannya. otomatis sebenarnya dengan terputusnya makna informasi yang masuk ke fikiran karena fikiran tidak bisa memahami apa yang diucapkan lawan bicara akan mengurangi dari nilai komunikasi tersebut. ya...saya jadi berpura-pura mengerti akan apa yang dibicarakan orangtua tersebut dengan tingkah yang boleh jadi benar atau salah. salah? bisa jadi bahwa apa yang dimaksud orangtua itu dengan bahasa daerahnya menginginkan respon misalnya A dari saya, tapi saya merespon dengan B yaitu senyam senyum dan ketawa.
Kejadian di atas menjadikan saya teringat akan suatu kejadian ketika saya bersama dengan teman plus anak dan istri masing2 berkunjung ke rumah teman silaturrahim sehabis lebaran. di rumah teman yang kami kunjungi ada juga mertua teman yang memang sudah tua. kami memang sudah mengenal mertua teman itu sejak lama. teman saya yang sama2 berkunjung, waktu itu kebetulan duduk bersebelahan dengan baapak mertua teman saya, jadi mereka berdua terlibat pembicaraan, sementara saya yang duduk agak berjauhan hanya bisa memperhatikan dan mendengarkan apa yang mereka bicarakan dan sekali-kali menganggukan kepala sebagai rasa hormat atas apa yang disampaikan seorang orang tua. ketika sampai waktunya kami pamit dan kami pulang, di perjalanan saya sampaikan ke teman yang lama berbicara dengan mertua teman kami itu. saya bilang bahwa saya kurang mengerti apa yang disampaikan oleh mertuanya teman itu, karena memang mertua teman itu klo tidak salah sudah memasuki umur 60an, jadi bicaranya kurang begiitu jelas setidaknya untuk saya. tapi yang surprise untuk saya bahwa ternyata teman saya itu pun mengatakan tidak terlalu mengerti akan apa yang disampaikan mertua teman kami. saya jadi heran saya bilang, kok tadi kelihatannya nyambung saja. dia bilang orangtua yaa seperti itu, kita harus melayani seperti itu sehingga orangtua akan merasakan senang karena ada yang bisa diajak bicara.
Tidak mudahnya menjadi pendengar yang baik saya rasakan juga pada acara seminar yang diadakan oleh instansi terkait dengan bidang pekerjaan saya. saya sebagai peserta seminar dituntut untuk menjadi pendengar yang baik. acara yang dimulai dari pagi sampai sore itu saya lalui dengan cukup berat. bagaimana tidak malam sebelumnya saya tibur agak terlambat, lewat dari tengah malam. jadi rasa kantuk di ruang seminar selalu menyerang saya, apalagi ditambah dengan materi dan pembawa materi yang membosankan. permen yang disediakan panitia di setiap meja serta gelas minuman tidak bisa mengatasi rasa kantuk dan lelah fisik, akhirnya untuk memngatasi keadaan tersebut saya berusaha untuk selalu bergerak dalam keadaan duduk, yang otomatis saya tidak fokus lagi untuk mendengarkan sang pembicara di depan. tapi saya fikir kalau materi dan pembicaranya kurang menarik biar fisik kita siap, saya rasa saya tetap akan.....mengantuk!!!
Setelah acara seminar selesai dan semua peserta diperbolehkan untuk pulang, saya pun berkemas dan kemudian stand by di lobby hotel untuk menunggu istri saya yang akan menjemput saya. untuk menghilangkan bosen dalam menunggu saya ambil dan saya baca surat kabar yang telah disediakan pihak hotel. belum begitu lama datang teman wanita yang memang tadi ikut seminar juga. dia tanya ke saya sedang apa? saya bilang sedang menunggu istri saya yang mau menjemput saya. akhirnya dia pun duduk di kursi kosong yang ada disamping serong saya.saya fikir dia pun akan menunggu jemputan, kegiatan membacapun saya hentikan karena nampaknya dia ingin bicara dengan saya. saya pun tanyakan kabar suaminya dan kegiatan suaminya, yang dia jawab baik dan masih tetap melakukan kegiatan seperti biasanya. hanya lama-lama dalam obrolan itu teman wanita itu menangis wlau tidak terisak-isak tapi air matanya keluar dan dia berusaha menghapuskannya. dia bilang bahwa dia ingin curhat kepada saya karena dia sudah menganggap saya adalah kakaknya. ah...inilah masalahnya orang mau curhat setidaknya mencari solusi dari masalah yang dia hadapi yang dia harapkan keluar dari fikiran saya, tapi fikiran saya tidak bisa berjalan kalau orang yang mau curhat menangis di hadapan saya. dan kejadian seperti ini sudah berulang beberapa kali, beberapa teman wanita saya ketika curhat kemudian menangis di hadapan saya, fikiran saya menjadi buntu tidak bisa berkata-kata yang seharusnya mereka minta. (kalau ada yang baca tulisan ini dan masih ingat kejadian itu bahwa dia menangis di hadapan saya pasti akan tersenyum karena saya tidak bisa apa-apa, hayo siapa (salah satunya yang menjadi istri saya, yang waktu itu dia bicarakan masalah kakaknya ke saya). akhirnya karena saya tidak bisa mengemukakan pendapat terhadap masalahnya saya jadi pendengar yang baik saja, dengan bilang sabar...dan bertanya akar masalahnya saja. belum selesai pembicaraan hp saya berbunyi dan saya lihat dari istri saya yang ternyata sudah ada di depan hotel, teman wanita tadi mengerti bahwa itu adalah telepon dari istri saya. akhirnya dia pun menghentikan pembicaraannya. untuk meringankan hatinya saya pun ajak dia untuk ketemu istri saya, karena memang mereka saling mengenal. uh!
Selesai shalat magrib berjamaah di masjid terdekat saya berniat untuk pulang ke rumah tetapi dari sisi kiri masjid ada orangtua menghampiri saya dan mengajak salaman, tetapi dari gerak tubuh salamannya dia mengajak saya untuk duduk kembali, saya pun kembali duduk berhadapan dengan orangtua tersebut. orangtua ini, pensiunan pns dan biasa berkecimpung di masyarakat. sejak saya pindah rumah di tempat dimana saya tinggal sekarang, saya memang akrab dengan orangtua ini. rumah kami sebenarnya berbeda blok tetapi kami selalu bertemu di masjid dan biasa bertukar fikiran tentang segala hal, yang tentunya karena pengalaman hidupnya selalu orangtuia ini yang mendominasi pembicaraan, dan tugas saya memang berusaha menjadi pendengar yang baik. malam itu beliau berkeluh kesah tentang kepanitiaan yang berhubungan dengan pembangunan pintu gerbang, ada pihak-pihak yang tidak jujur dalam penggunaan dana yang terkumpul dari masyarakat. saya sendiri bukan termasuk panitia dan apalagi tokoh yang menjadi tempat untuk berkeluh kesah. tetapi karena saya ingat teman saya yang menyatakan bahwa sikap orangtua itu akan senang kalau kita menjadi pendengar yang baik bagi dirinya, saya pun melakukan hal itu hingga bunyi adzan isya berbunyi. di akhir pembicaraan beliau mohon ke saya untuk menghadiri acara tazkiah di tempat orang yang meninggal, beliau berharap saya hadir karena pihak keluarga yang meninggal boleh dibilang keluarganya jauh-jauh. sama seperti saya yang memang orang rantau. saya pun mnejawab insya Allah akan datang, walau dalam hati agak kurang sreg dengan acara seperti itu.
Setelah makan malam dan ada kegiatan sedikit yang harus saya selesaikan saya pun berangkat ke acara tazkiah. di tengah jalan terdengar acara sudah dimulai. sesampainya di tempat saya di persilahkan duduk dan saya lihat disamping orangtua teman akrab di masjid masih ada tempat yang kosong. saya pun salami orangtua tersebut dan duduk di sampingnya untuk ....menjadi pendengar yang baik dari cermah yang disampaikan oleh ustadz.
Wah..wah...hari yang penuh dengan informasi yang masuk ke otak saya karena saya telah menjadi pendengar yang baik, maupun "tidak baik" (karena fisik dan mental yang tidak siap!!!)
Wasslam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar