Rabu, 08 Januari 2014

makalah pilkades tasiwalie

I. PENDAHULUAN

Berbicara masalah Potensi Desa dan permasalahannya adalah berbicara mengenai kondisi alam dan masyarakat desa tersebut serta aspek-aspek yang berhubungan serta berpengaruh terhadap dinamika kehidupan di desa tersebut. Desa Tasiwalie, merupakan salah satu desa dari delapan desa dan dua kelurahan yang berada di kecamatan Suppa . Kecamatan Suppa sendiri merupakan kecamatan dari kabupaten Pinrang yang berada di bagian paling selatan yang berbatasan langsung dengan kotamadya Pare pare.

Jarak dari desa Tasiwalie dengan ibu kota kecamatan berjarak kurang lebih 4 km dan jarak dari desa Tasiwalie ke ibukota kabupaten berjarak kurang lebih 28 km. Sedangkan jarak dari desa Tasiwalie ke kotamadya Pare pare kurang lebih 7 km.

Secara Geografi, desa Tasiwalie mempunyai luas wilayah sekitar 11.536 km2 yang berbatasan langsung dengan (4) empat wilayah, yaitu :

- Sebelah Utara : Desa Lotang Salo - Sebelah Timur : Desa Maritengngae - Sebelas Selatan : Desa Wiring Tasi - Sebelah Barat : Selat Makassar

Terbagi atas 3 (tiga) dusun, yaitu : 1. Dusun KaE 2. Dusun Parengki 3. Dusun Sabamparu

Secara Topografi, desa Tasiwalie yang merupakan daerah pesisir pantai, mempunyai dataran yang rata atau datar dengan ketinggian rata-rata berkisar 2 (dua) meter di atas permukaan laut. Hal ini menjadikan desa Tasiwalie, 60 (enam puluh) persen adalah kawasan pertambakan dan 40 (empat puluh) persen kawasan perkebunan dan Peternakan.

Jumlah penduduk desa Tasiwalie berdasarkan data tahun 2011 sebanyak 4.196 orang, yang termasuk ke dalam 754 Kepala Keluarga dengan perincian berdasarkan jenis kelamin, 2.814 orang laki-laki dan 1.382 orang perempuan.

Sumber mata pencaharian penduduk desa Tasiwalie pada umumnya adalah petani, nelayan dan peternak. Namun ada juga yang bekerja sebagai pedagang, pegawai negeri, pegawai swasta dan buruh bangunan. Secara umum kondisi ekonomi masyarakat desa Tasiwalie sudah berada dalam kategori sejahtera, meskipun masih ada yang berada dalam kondisi miskin.

Fasilitas umum yang terdapat di desa Tasiwalie selain dari kantor desa terbatas pada fasilitas untuk sektor kesehatan dan sektor pendidikan serta tempat ibadah. Untuk sektor kesehatan fasilitas yang ada adalah : - PUSTU (Puskesmas Pembantu) sebanyak 1 (satu) unit - POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) sebanyak 3 (tiga) unit Sedangkan Fasilitas di sektor pendidikan terdiri dairi : - Taman kanak-kanak (TK) sebanyak 2 (dua) unit - Sekolah Dasar (SD) sebanyak 3 (tiga) unit - Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 1 (satu) unit Sementara fasilitas tempat ibadah berupa Masjid terdapat 5 (empat) masjid dam 1 (satu) musholla, dengan perincian berdasarkan lokasi, yaitu sebagai berikut : - Di dusun KaE terdapat 1 (satu) Masjid dan 1 (satu) musholla - Di dusun Parengki terdapat 2 (dua) Masjid - Di dusun Sabamparu terdapat 2 (dua) Masjid

II. POTENSI DESA DAN PERMASALAHANNYA

Seperti yang sudah disampaikan terdahulu bahwa berbicara masalah potensi desa dan permasalahannya harus mengacu pada kondisi alam desa dan masyarakatnya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Untuk mempermudah pembahasan maka saya akan membaginya ke dalam bagian-bagian yang sesuai.

2.1. Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia adalah subjek dan objek dari proses pembangunan. Baik pembangunan fisik maupun mental. Dengan mudahnya akses informasi baik itu media elektronik maupun alat telekomunikasi serta sarana dan prasarana transportasi, sumber daya manusia desa Tasiwalie cukup terbuka terhadap perubahan baik itu yang sifatnya sosial maupun teknologi. Hal ini merupakan potensi yang utama dan mendasar untuk proses pembangunan desa menuju kesejahteraan masyarakatnya.

Masyarakat dengan berbagai latar belakang dan profesi menerima dengan tangan terbuka siapa pun yang mengembangkan kehidupan perekonomian di desa Tasiwalie. Begitu pula dengan pola pemikiran dalam berusaha dan berkeluarga, seperti pemakaian teknologi dalam bertani dan nelayan, menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.

Meskipun begitu, masih ada permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan sumber daya manusia ini. Kemudahan informasi yang didapat juga merupakan salah satu aspek rawan terutama bagi para remaja dan pemuda dalam pergaulan sehari-hari. Di mana jika pertahanan mentalnya kurang kuat akan mengakibatkan mereka terjerumus ke perilaku yang kurang baik dan bersinggungan dengan masalah hukum, atau lebih jauh lagi merusak tatanan kehidupan bermasyarakat. Juga masih ditemukan kekurang mengertian terutama dalam pemikiran berkeluarga, seperti : pernikahan di usia dini, kesehatan ibu dan anak dan lain sebagainya.

2.2. Sumber Daya Alam. Sumber Daya Alam desa Tasiwalie yang terdiri dari lahan perkebunan, pertambakan dan pesisir pantai, menjadikannya sebagai mata pencaharian pada umumnya masyarakat desa Tasiwalie.

2.2.1. Lahan perkebunan. Dari beberapa tahun yang lalu potensi lahan perkebunan desa Tasiwalie sudah di kenal orang sebagai salah satu penghasil buah mangga, yang hasilnya dikirim antar pulau. Walaupun belakangan ini produksi buah mangga menurun seiring adanya penyakit, sebagian masyarakat mengalihkan lahan perkebunannya dengan menamam tanaman semusim seperti palawija dan jagung manis. Hanya permasalahan yang utama dari tanaman semusim adalah harga yang tidak stabil. Kemudian dengan pertimbangan bahwa desa Tasiwalie dekat dengan pusat-pusat bisnis seperti kotamadya Parepare dan juga karena kondisinya yang sesuai, mengundang para pengusaha lokal maupun dari luar desa untuk berusaha di lahan ini dengan mendirikan peternakan ayam, baik ayam petelur maupun ayam pedaging. Perkembangan usaha ini menunjukan hal yang positif. Hanya ke depan perlu difikirkan mengenai aspek lingkungannya, bagaimana pun kehidupan dan pertumbuhan pendudukan juga akan berkembang, artinya tempat pemukiman akan semakin meluas semestara usaha peternakan ayam yang ada member efek tercemarnya udara dari kotoran ayamnya.

Lahan perkebunan ini juga biasa dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk dipergunakan memelihara hewan peliharaan yang mempunyai nilai ekonomi seperti sapi dan ayam dalam kapasitas terbatas (skala rumah tangga), bukan sistem intensif, seperti peternakan ayam di atas. Hanya permasalahan yang timbul khususnya untuk sapi, perlunya diberi pengertian yang lebih intensif kepada para pemilik sehingga tidak terjadi gesekan antar masyarakat dikarenakan sapi memakan tanaman milik orang lain atau merusak properti orang lain. Juga untuk menjaga keamanan dari pencurian sapi diharapkan para pemilik mempunyai kandang sapi masing-masing, di samping itu saat ini kotoran sapi sudah bisa dimanfaatkan untuk biogas. Permasalahan bagi peternak ayam skala rumah tangga, yaitu pengetahuan mengenai kesehatan ayam masih dikurang diketahui sehingga jika ada wabah penyakit ikut juga terserang hingga menyebabkan kematian ayam.

2.2.2. Lahan Pertambakan. Ketika udang windu (dikenal juga dengan nama udang sitto) masih menjadi primadona hasil ekspor dari Indonesia, kecamatan Suppa adalah salah satu daerah di kabupaten Pinrang yang disebut sebagai daerah penghasil Dollar. Produksi udang dari kecamatan Suppa termasuk yang terbesar. Tetapi ketika udang sudah mulai banyak penyakit sehingga petani dan pengusaha tambak kesulitan untuk budaya udang windu, sinar kecamatan Suppa seolah meredup. Begitu pula dengan desa Tasiwalie yang meupakan bagian dari kecamatan Suppa.

Lahan Pertambakan merupakan lahan yang mendominasi desa Tasiwalie yaitu sebanyak 60 (enam puluh) persen dar keseluruhan wilayan desa Tasiwalie. Saat ini lahan pertambakan dikelola secara tradisional yang kebanyakan dengan pola polikultur, yaitu menggabungkan budidaya udang wndu dengan ikan bandeng (disebut juga dengan ikan bolu). Permasalahan yang ada adalah tingkat kematian udang masih selalu terjadi pada udang windu, hal ini juga bisa disebabkan pengetahuan petani tambak kurang memahami tentang teknik budadaya udang yang baik, yang sekarang sedang gencar disuarakan oleh Dinas Perikanan. Penyuluhan yang rutin tentang hal ini juga masih kurang dari instansi terkait. Perlu juga diberikan alternatif jenis udang yang dibudidayakan kepada para petani tambak. Saat ini di beberapa daerah sudah memasyarakat budidaya udang vanname (biasa disebut udang putih), seperti di kabupaten Barru, para petani tambak sebagian besar sudah memelihara udang vanname dengan sistem tradisional dengan hasil yang cukup menggembirakan.

2.2.3. Lahan Pesisir Pantai. Sejak budidaya udang windu mulai dikenal masyarakat Sulawesi Selatan akhir tahun 1980, kecamatan Suppa terknal sebagai daerah penghasil benih udang, yang biasa disebut dengan Benur, yang dihasilkan dari Hatchery-hatchery udang baik yang berskala usaha besar maupun yang berskala rumah tangga (HSRT/back yard). Sebagian Hatchery tersebut berada di desa Tasiwalie, yang saat ini yang masih beroperasi ada 2 (dua) Hatchery besar dan 3 (tiga) Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT/back yard).

Dengan adanya Hatchery-hatchery tersebut desa Tasiwalie dikenal sebagai penyuplai kebutuhan benur, baik untuk kebutuhan lokal dalam arti kebutuhan di kabupaen Pinrang maupun untuk di luar Pinrang bahkan kadang sampai dikirim ke Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Keberadaan Hatchery ini juga menjadikan sebagian masyarakat mendapatkan penghasilan dari jalur tata niaga benur itu sendiri, ada yang berprofesi sebagai penyalur benur dan penggelondong benur. Untuk menjaga kesinambungan usaha pada setiap level tata niaga, pihak instansi terkait dalam hal ini dinas perikanan harus tetap memberikan dorongan dan bimbingan yang sifatnya teknis maupun kebijakan yang memudahkan kepada semua pelaku di bidang usaha ini, terutama pada masyarakat yang sifatnya usaha pribadi.

Lahan pesisir pantai desa Tasiwalie juga menjadi lahan untuk masyarakat mencari penghidupan dengan berprofesi sebagai nelayan. Namun nelayan yang ada masih terbatas kepada nelayan kecil dengan sarana dan peralatan yang sederhana. Perlu juga dorongan dan bimbingan dari instansi pemerintah yaitu dinas perikanan setempat (kabupaten maupun provinsi) untuk meningkatkan ketrampilan dan alat, serta pengetahuan dan tanggung jawab moral untuk kelestarian pesisir pantai dari kegiatan yang melanggar hukum seperti pengunaan bom ikan dan racun yang akan merusak ekosistem perairan laut, terutama hilangnya atau semakin jauhnya daerah hidup dari ikan itu sendiri.

Lahan pesisir pantai desa Tasiwalie yang mempunyai kecuraman yang tidak terlalu tajam dengan ombak yang tidak terlalu besar, menjadikannya sebagai daerah atau desa wisata. Hal ini mendorong beberapa pengusaha untuk membuat tempat-tempat untuk rekreasi pantai. Begitu pula Pemrintah pusat melalui salah satu departemennya memberikan bantuan untuk pengembangan kawasan wisata ini. Hal ini perlu disosialiisasikan kepada masyarakat dan pengusaha yang bergerak di bidang usaha itu untuk memberikan konstribusi bagi peningkatan penghasilan masyarakat setempat, misalnya dengan membuka tempat berjualan di tempat rekreasi pantai tersebut. Ke depan, perlu ditata ulang mengenai pengawasan sehingga pihak-pihak luar yang berekreasi pantai tidak membawa dampak negatif ke masyarakat sekitar.

Lahan pesisir Pantai desa Tasiwaie juga berpotensi mengundang penusaha-pengusaha di bidang sarang burung walet. Datangnya investor yang menginvestasikan dananya di desa Tasiwalie akan membuka perputaran uang di desa Tasiwalie akan semakin cepat dan tentunya juga akan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya.

2.3. Sosial dan Pendidikan Kehidupan sosial dan pendidikan masyarakat desa Tasiwalie termasuk yang baik. Tidak ada kasus-kasus yang menonjol yang berhubungan dengan masalah sosial, kalaupun ada bisa diselesaikan dengan baik. Tetapi kehidupan yang baik ini harus tetap dijaga, melalui pendidikan baik formal (sekolah) maupun informal (pengajian, musyawarah dll). Meskipun sarana pendidik di desa Tasiwalie hanya ada sampai tingkat lanjutan pertama tetapi dengan kesadaran yang tinggi orangtua dan kemaupun anak-anak untuk menggapai pendidikan yang lebih tinggi, banyak anak-anak yang sekolah keluar dari desa Tasiwalie untuk melanjutkan di tingkat lebih tinggi, baik SMA maupun SMK. Bahkan banyak orang tua yang menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi. Hal ini merupakan potensi yang sangat besar untuk proses pembangunan di desa Tasiwalie. Walaupun anak-anaknya nanti tidak tinggal di kampung halamannya, mereka hidup dan berusaha di luar desa Tasiwalie, tetapi sumbangsih kepada kampung halaman masih tetap ada, entah itu berupa materi atau pemikiran, dan hal itu sudah terjadi selama ini. Contoh sederhana adalah adanya sumbangan untuk pembangunan masjid-masjid sebagian berasal dari mereka.



III. KESIMPULAN DAN SARAN

Desa Tasiwalie, kecamatan Suppa kabupaten Pinrang dengan kondisi alam dan masyarakatnya serta akses yang ada didalamnya mempunyai potensi yang luar biasa untuk berkembang dan mensejajarkan diri dalam proses pembangunan untuk mensejahterakan masyarakat desa Tasiwalie sendiri maupun masyarakat Indonesia secara menyeluruh melalui proses dinamika usaha yang terus berkembang yang ada di desa Tasiwalie. Hambatan dan permasalahan akan selalu ada dan muncul seiring kemajuan yang ingin dicapai. Jadikan hambatan dan permasalahan yang ada pemicu tujuan keberhasilan untuk segera tercapai dengan kebijaksaan semua pihak dan elemen masyarakat.

Dibutuhkan figur yang mampu untuk menata atau memenej semua potensi dan permasalahannya yang ada sehingga proses berjalan dengan baik dan meminimalisir kegagalan yang ada. Tidak ada figur yang sempurna, tetapi figur yang mempunyai keinginan dan kemauan untuk bergerak ke arah positif untuk kesejaheraan masyarakat desa Tasiwalie. Sehingga figur tersebut menjadi panutan di masyarakat untuk bersama bergandeng tangan membangun desa Tasiwalie menjadi lebih baik lagi.



Dari uraian Makalah di atas, dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim saya menetapkan VISI dan MISI dalam rangka pencalonan sebagai Kepala Desa Tasiwalie Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang periode 2013 – 2019. Semoga Allah merahmati. Amin

VISI Menjadi Kepala desa Tasiwalie yang bersih, transpasan dan amanah dalam rangka mewujudkan masyarakat desa Tasiwalie yang agamis, dinamis, kompak, kreatif, inovatif, santun dan berkepribadian.

MISI 1. Memperkokoh persatuan dan kesatuan antar warga desa Tasiwalie tanpa memandang agama, status sosial, golongn maupun jenis kelamin. 2. Meningkatkan sistem pelayanan kepada masyarakat. 3. Memberdayakan masyarakat dalam proses pembangunan melalui penguatan ekonomi kerakyatan dan optimalisasi potensi lokal. 4. Terwujudnya tranparansi dan profesionalisme dalam penyelenggaraan pemerintahan. 5. Pelestarian lingkungan hidup dalam setiap kebijakan pembangunan. 6. Mendorong partisipasi masyarakat dala proses pembangunan sebagai upaya wujudkan pembangunan yang berkeadilan sosial.

Tidak ada komentar: