Jumat, 26 Juni 2015

Bengkok

Yang kita tahu tentang arti bengkok adalah kebalikan dari kata lurus, tidak lurus. Sedangkan kata lurus, yaa kita paham semua (seperti juga kata bengkok! He-he…). Saya pun penasaran definisi yang lebih akurat dari sekedar kebalikan kata, saya pun coba cari google, dengan harapan saya menemukan kata di Wikipedia, tetapi di halaman pertama tidak saya temukan hal itu. Yang ada malah berhubungan dengan tanah bengkok dan yang berhubungan dengan kesehatan yaitu (maaf) penis bengkok. Saya tidak melanjutkan ke halaman berikutnya karena sudah terlanjur kecewa dengan halaman pertama. Saya pun berselancar ke kbbi (kamus besar bahasa Indonesia) online. Setelah di klik, ternyata hasilnya pun hampir sama, yang muncul adalah kata tanah bengkok!

Aduh, gimana ini? Kalau begitu kita bersandarkan saja ke pengertian kita sehari-hari, bahwa bengkok itu ya tidak lurus. Semua orang paham tentang itu. Adapun bengkok yang dikaitkan dengan kata tanah di depannya justru berarti tanah atau property yang dikuasai desa yang dipakai atau digarap kepala desa sebagai jatah untuk memenuhi kehidupannya selama menjadi kepala desa, bukan tanah yang tidak lurus. Karena tidak ada uraian mengenai definisi bengkok, kita kembali saja kepada pengertian awal yang kita punya mengenai bengkok, yaitu yang tidak lurus, cocok seperti dalam fikiran kita pada kata (sekali lagi maaf) penis bengkok tadi! Penis bengkok memang penisnya yang tidak lurus! Hiks

Maaf (ketiga kalinya), sedikit mengulas tentang penis bengkok, bahwa penis bengkok ini adalah suatu masalah yang ada di dunia kesehatan yang konotasinya yaa negative lah kalau kebengkokannya sudah keterlaluan! Xixixi……. Tetapi bengkok kalau kita lihat dari keragaman dunia ini menjadi sesuatu yang artistic (boleh jadi termasuk –maaf untuk keempat kalinya- penis bengkok tadi, artistic toh? Xixixi…). Coba bayangkan bagaimana kalau semua benda (termasuk diri kita sendiri) terdiri dari sesuatu yang lurus saja, dan rasanya itu sesuatu yang tidak mungkin, dengan adanya bengkok atau kebengkokan terbentuklah benda-benda baik yang bergerak (hidup) maupun yang tidak bergerak yang indah dilihat dan rasanya senang, tentram untuk dinikmati. Untuk itu kita ucapkan Masya Allah dan Allahu Akbar atas kekuasaan Tuhan yang telah membuat seperti itu.

Secara sederhana, dulu ketika kita masih anak-anak (tahun 70an), kita dimanjakan oleh pak Tino Sidin dalam acara menggambar di TVRI. Kita belajar menggambar sesuatu yang ada di alam ini dengan cara yang sangat mudah yaitu dengan garis lurus dan garis melengkung (bengkok), sehingga terbentuklah apa yang kita inginkan dalam seni menggambar.

Namun ternyata, kata bengkok tidak hanya disandingkan dengan benda atau fisik saja, tetapi juga dengan pemikiran, keyakinan, karakter, perilaku kata bengkok (biasa diistilahkan dengan kata salah, jelek, menyimpang) juga disandarkan, artinya tidak lurus dari pemahaman pada umumnya. Kalau begitu tentu ada standardisasi yang menyatakan bahwa ini lurus dan ini bengkok, bahkan dalam istilah lain yang lebih ekstrim dan lebih serem, juga dikatakan sesat. Nyerempet-nyerempet ke sisi hukum pidana.

Standardisasi untuk menetapkan lurus atau bengkoknya, boleh jadi sifatnya relative boleh jadi juga sifatnya mutlak. Standar yang sifatnya mutlak biasanya berhubungan dengan hal-hal yang berhubungan dengan ke-Tuhan-an atau agama, yang tentunya penafsiran lurus dan bengkoknya atau sesatnya pemahaman ditafsirkan oleh ahli dibidang tersebut, yaitu ulama-ulama yang mumpuni. Beberapa minggu yang lalu saya mendengarkan uraian dari pasangan suami istri yang berbeda suku, yang satu jawa dan yang satu dari bugis Makassar. Sang istri bercerita bahwa makan dengan mengangkat kaki di kursi bagi orang bugis sebagai suatu penghormatan, tetapi di jawa itu tidak baik. Kalau begitu Lurus dan tidak baiknya sesuatu dilihat dari pandangan komunitasnya. Tetapi pertentangan seperti ini tidak akan menimbulkan masalah ketika semua orang mengerti tentang kondisinya atau pemahamannya. Tetapi lain masalahnya ketika berhubungan dengan masalah keyakinan. Hal ini akan menimbulkan atau setidaknya berpotensi gesekan-gesekan yang boleh jadi mengarah ke adu kekuatan di antara para pengikutnya. Hal seperti ini diperlukan turun tangannya pihak penguasa untuk meredam gejolak yang ada yang akan mengganggu ketentraman masyarakat secara menyeluruh.

Tidak ada komentar: