Setelah dua cerita yang saya tampilkan yang berhubungan dengan masalah keluarga bagi orang yang menjalaninya, yang satu ini entah dikatakan masalah atau tidak bagi yang menjalaninya. Pembaca tinggal menilainya sendiri
Mungkin pembaca akan menilai bahwa ini adalah cerita bohong-bohongan, saya juga tidak tahu tapi orang yang menceritakannya (dan menjalaninya) terlihat enjoy seperti tidak ada beban dan yang mengenalnya pun sepertinya membenarkannya. Cerita ini dimulai ketika saya mendapatkan undangan dari teman untuk menghadiri acara syukuran anaknya yang telah menyelesaikan kuliahnya. Teman ini adalah teman bisnis, jarang ketemu tetapi beliau selalu ingat kepada saya kalau ada acara-acara yang beliau adakan, padahal saya juga bukan teman bisnis yang luar biasa bagi dirinya dibandingkan dengan teman-teman lainnya. SAya sendiri kadang tidak terlalu percaya diri kalau berada di kerumunan teman-temannya, yaa...bagaimana saya dengan omzet bisnis yang sedikit berdampingan dengan mereka yang berkali-kali lipat nilainya dari saya. Jadi kadang saya menjaga diri dalam perbincangan alias sebatas menjadi pendengar setia saja atau sekedar ikut tersenyum dan basa-basi saja.
Untuk menghindari perhatian dari yang hadir saya datang tepat waktu, namun terlihat rumah teman itu masih sepi dari para tamu. Tenda yang terpasang terlihat juga masih tidak ada deretan kursi untuk para tamu. Walau begitu saya tetap melangkahkan kaki dari tempat parkir motor menuju tempat acara. Di depan saya beberapa ibu-ibu (sekitar 3 orang) juga menuju ke tempat lokasi acara, jadi saya berkesimpulan bahwa mereka pun adalah undangan. Sesampainya di bawah tenda artinya di depan rumah teman, suasana masih sepi yang terlihat beberapa orang tuan rumah yang saya tidak kenal dan dua orang dari pihak katering yang mempersiapkan makanan prasmanan yang sudah tersaji di meja tersendiri. Melihat kedatangan kami (ibu-ibu dan saya) tuan rumah mempersilahkan untuk langsung makan dan memberitahukan bahwa teman saya masih ada di lokasi wisuda anaknya. Yaa...sudah, karena perut sudah menderit meminta jatahnya, saya pun menyambut acara makan dengan antusias. he-he....
Selama kami makan, datang satu per satu undangan yang lain, tetapi saya melihat bahwa acara ini tidaklah sebesar yang diperkirakan karena yang hadir tidaklah terlalu banyak, jadi kemungkinan ini acara hanya untuk pihak keluarga dan beberapa kenalan dari teman saya itu. Cukup lama juga setelah saya selesai makan, tuan rumah baru datang dengan mobil sedan mewahnya. Keluar dari mobil dengan setelah baju yang resmi teman saya tersenyum melihat kami semua yang sudah hadir dan menyampaikan permohonan maaf karena urusan yang lama di tempat wisuda anaknya. Katanya acara foto-foto yang bikin lama. Masuk di area, beliau langsung ngajak makan karena dia sendiri rupanya kelaparan..he-he...yaa maklum saja dengan perawakan yang agak gemuk dan waktu makan yang sudah lewat tentu perutnya bukan hanya menderit seperti yang saya alami tetapi boleh jadi menjuriiiit!!!
Sementara, tuan rumah sedang mengisi piring dengan makanannya, datang temannya beliau. Seseorang yang sosoknya tegap, gagah dengan kepalanya yang botak ditutup songkok haji. Ucapan salam yang mantaf di depan rumah terdengar seantero tempat acara, sambil membungkukkan badan dan senyumnya yang manis tentu sambil menampilkan deretan giginya yang rapi berbaris sesuai tempatnya yang bersinar putih bersih seolah model iklan pasta gigi yang ada di te-pe! Saya ingat-ingat, perasaan pernah melihat sebelumnya di acara yang diadakan teman ini sebelumnya. Sang tuan rumah pun langsung mengajak untuk makan. Supaya lebih nyaman, sang istri tuan rumah mengangkat meja dari dalam rumah untuk mmemudahkan makan teman dan lainnya. Nah dalam acara makan inilah muncul pembicaraan yang cukup menarik bagi saya dan tentunya yang lainnya terutama ibu-ibu yang juga hadir di situ.
Entah bagaimana awal ceritanya, sang tuan rumah menyatakan bahwa teman yang gagah itu punya istri tiga. Pernyataan itu ditanggapi dengan tertawa dari orang yang dimaksud. Sang tuan rumah pun kembali menegaskan bahwa dia beristri tiga, sehingga yang mendengarpun semakin penasaran akan kebenarannya. Sang tuan rumah mengatakan seperti itu karena dia pernah bersinggungan dengan istri dari temannya itu walau tidak secara langsung. Artinya ketika mereka berdua berada di luar kota, yang jaraknya lumayan jauh, 12 jam perjalanan dari kota Makassar, teman yang gagah ini, sebutlah si G, di telepon istrinya menanyakan keberadaannya. Si G menjawab bahwa dia sedang berada di kota tertentu. Sang istri katanya tidak percaya. Untuk meyakinkan bahwa si G ini berada di kota itu si G berdalih bahwa dia bersama sang tuan rumah. Tetapi istrinya tidak percaya bahkan menuduh bahwa sang tuan rumah bersekongkol dengan si G. he-he...bagi kita heran juga, ada istri yang tidak tahu bahwa suaminya pergi jauh, dan saya yakin mereka pergi keluar kota, karena saya tahu aktifitas dari tuan rumah ini. Di situlah, si G bilang bahwa perempuan senangnya untuk di bohongi, ketika dia berkata jujur justru perempuan tidak percaya dengan kita!! O,o,...he-he..anda setuju?
Akhirnya cerita berlanjut dari si G ini, bahwa istrinya tidak hanya tiga, bahkan lebih. Dia sebutkan istrinya dari berbagai suku, ada jawa, ada menado, ada lampung, ada bugis, ada juga orang makassar dari jeneponto. Tanpa beban, apalagi ditanggapi oleh ibu-ibu yang ada disitu, si G ini mulai cerita. Dia bilang, bahwa dia pernah menikahi orang menado, dia masuk islam. Dia bilang saya ini makan haruslah bersih terutama dari hal-hal yang tidak diperbolehkan oleh agama. Tapi istrinya ini kadang masih makan makanan yang dilarang agama islam utamanya. Sehingga dia berfikir untuk menceraikan tapi bagaimana caranya? sehingga dia berfikir untuk berbuat seolah menjadi orang gila. Kejadiannya ketika pulang kampung di daerah madano sana, dia berbuat seolah gila, seperti hanya pakai celana dalam sehari-harinya, sehingga orangtua si perempuan bilang bahwa dia sudah gila. Dengan begitu katanya dia tinggalkan istrinya di orangtuanya di sana. Ups...dia cerita sambil ketawa karena pendengarpun tertawa semua.
Ketika ada salah seorang ibu bertanya istrinya yang dari jeneponto, dan bertanya jenepontonya di mana? Si G ini bilang wahhh...jangan-jangan itu keluarga ibu ya? Dia pun menjawab bahwa istrinya itu tinggal di Makassar dan berprofesi sebagai penyanyi. Dia menjadikan penyanyi ini sebagai istrinya ketika suatu saat dia bernyanyi bersama di panggung. Sejak saat itu wajah si penyanyi pun terbayang terus sehingga dia putuskan untuk menjadikannya sebagai istrinya. Istrinya yang penyanyi ini suka dicemburui oleh istri yang menelepon dia ketika dia bersama tuan rumah di luar kota. Dia bilang istri yang satu ini memang agak temperemental, suka main ke mall, mungkin karena tidak punya anak sehingga kerja nya main di mall. Dia pun cerita pernah dibuntuti ketika dia bersama dengan istrinya yang lain lagi, ketika sedang jalan-jalan ke pantai bersama anak-anaknya. Dia dibuntuti pake motor sementara dia dengan istri dan anaknya naik mobil. Sampai di pantai istri yang pecemburu ini pun menampakan diri. Pertengkaran pun terjadi. Tapi Dia bilang dalam kondisi begini saya bela istri saya yang ada anaknya.
Cerita lain, yang berhubungan dengan kondisi dua istri dalam satu tempat adalah ketika dua istrinya sakit dan masuk rumah sakit. Dia bilang satu istri di lantai bawah dan istri yang lain di lantai atas. Untuk kasus ini, ada saksinya yang hadir di acara syukuran wisuda sang tuan rumah, yaitu dokter yang bertugas di rumah sakit itu, yang nota bene adalah temannya si Gagah itu. Sang Dokter pun tertawa-tawa mengingat kejadian itu, yang sang dokter sesalkan juga adalah orang tua salah satu istri yang masuk rumah sakit itu adalah teman baik dari orangtuanya. Namun sang dokter tidak mau juga cerita baik kepada orangtua itu yang sahabat ayahnya maupun kepada istri temannya tentang suami atau menantunya yang banyak istrinya itu. Waduh!!!
Gara-gara si gagah ini, suasana acara syukuran wisuda itu menjadi ramai, semua tertawa, dan si Gagah ini pun tidak merasa bersalah telah menceritakan status dirinya dan istri-istrinya. Karena ibu-ibu dan saya yang datang pertama sudah merasa lama sekali di tempat itu, dan karena sedang ada acara lain ibu-ibu minta izin pamit, dan kesempatan itupun saya pergunakan juga untuk pamit. Si Gagah bilang kenapa cepat pulang naa ceritanya belum selesai. Si gagah bilang begitu sambil tertawa diiringi yang lain. Waduh....bagaimana pendapat kalian semua terhadap si Gagah ini?????
Tidak ada komentar:
Posting Komentar