Senin, 22 Juni 2015

Masalah Managemen Panitia / DKM Masjid

Karena keluar rumah kurang lebih setengah jam dari waktu dhuhur tiba, saya harus menentukan rencana di masjid mana sholat dhuhur akan dilaksanakan. Setelah berfikir jalur yang akan dilalui dan masjid-masjid yang ada di sepanjang jalan itu, jatuhlah pilihan di sebuah masjid kecil yang berada di lingkungan perumahan elite. Walau kecil tetapi karena perumahan elite itu berada dekat dengan lingkungan bisnis biasanya jamaahnya lumayan banyak kalau waktu-waktu sholat, apalagi sekarang bulan suci Ramadhan, selain itu fasilitas nya cukup lengkap dan nyaman, air wudlu yang representatif, ruangan ber-ac, dan suasana yang nyaman karena pohon-pohon besar mengelilingi masjid tersebut.

Tiba di lokasi, terlihat banyak orang di pelataran luar masjid duduk-duduk menunggu masuk waktu dhuhur, saya pun langsung masuk ke dalam masjid karena wudlu saya masih belum batal. Suasana di dalam masjid yang sejuk karena ac, diramaikan dengungan orang-orang yang bertadarus al-Quran yang memenuhi di sudut-sudut masjid. Saya pun shalat sunat penghormatan kepada masjid. Hampir selesai shalat terdengar pengumuman dari panitia masjid melalui pengeras suara yang menghimbau kepada jamaah untuk memindahkan sepatu yang disimpan di sisi timur ke sisi selatan masjid dengan alasan bahwa sisi timur tidak ter-cover oleh CCTV. (Saya lihat bagian belakang masjid terdapat pelataran yang cukup luas yang dilindungi oleh atap yang tidak bergabung dengan bangunan utama masjid ketika dibangun pertama kali sehingga sepatu-sepatu yang disimpan diluar jauh dari jangkauan kamera CCTV)

Mendengar pemberitahuan itu, rasanya sudah kita maklumi bersama, bahwa persoalan masjid itu di mana-mana adalah peminjaman sepatu dan sandal yang umumnya sepatu dan sandal yang bagus dan mahal tanpa pemberitahuan pemiliknya dan entah kapan akan dikembalikan, itu pun kalau ada niat untuk dikembalikan. Saya sendiri sudah mengalami hal ini beberapa kali, walau bukan sepatu dan sandal yang mahal. Apalagi ini di masjid yang berada di lingkungan elite dan berada dekat dengan area bisnis, saya lihat jamaahnya umumnya para pemuda profesional yang sadar akan keislamannya, tentu asesorisnya bukanlah barang-barang yang murah dan tidak bermerek.

Contoh kasus di atas adalah salah satu kasus yang umum berada di masjid-masjid. Selain itu kasus lainnya yang umum -terutama pada bulan ramadhan ini dimana ada sholat tarawih pada malam hari- adalah suasana ribut yang dilakukan oleh anak-anak kecil. (di tempat saya, yang saya survei bukan hanya anak-anak kecil saja, tetapi juga para remaja -seumur smp dan sma- laki-laki bahkan lebih banyak perempuan! Hiks). Suasana ribut ini -plus kadang ditambah dengan suara petasan di luar masjid- membuat jamaah tidak nyaman untuk melaksanakan ibadahnya. Bisa kita bayangkan dan boleh jadi kita rasakan sendiri, bagaimana bisa konsentrasi mendengarkan ceramah atau mendengarkan lantunan merdu ayat-ayat suci dari pak Imam sementara suasananya ribut setengah mati dan tiba-tiba terdengar bunyi letusan petasan yang kadang bisa membuat kaget orang yang suka kagetan, fikiran kita juga terganggu dengan bayang-bayang hilangnya atau tertukarnya sepatu dan sandal kesayangan kita.

Di sinilah tuntutan manajemen dari panitia masjid atau DKM masjid, bagaimana caranya untuk mengatasi semua itu secara maksimal sehingga membuat jamaahnya beribadah secara khusyu dan nyaman. Kalau memang perlu untuk mempekerjakan orang untuk mengurus masalah sepatu dan sandal dengan tempat penitipannya dan menjaga anak-anak dari membuat keributan di masjid dan di luar masjid saya kira tidak ada masalah. Apalagi kalau ada remaja atau pemuda masjid hal itu bisa diberdayakan, mereka berkorban untuk tidak melaksanakan sholat dan setelah selesai semuanya, kemudian mereka sholat berjamaah tersendiri. Pengadaan CCTV adalah suatu usaha yang luar biasa dari panitia masjid, terutama untuk melindungi jamaah dari kejahatan yang lebih besar, misalnya pencurian motor atau sesuatu yang ada di mobil. Namun jamaah juga dihimbau untuk meningkatkan kewaspadaan pribadi dengan memeriksa semuanya sebelum meninggal propertinya (motor, mobil, sepatu dan sandalnya). Jangan menerapkan sikap tawakal yang salah, seperti Rasulullah saw sabdakan bahwa tawakal itu tidak melepaskan kuda begitu saja, tetapi tawakal itu adalah mengikatkan kudanya dengan baik baru masuk ke dalam masjid. Dan tentunya juga adalah kesabaran dari jamaah, karena kalau sudah berhubungan dengan penitipan sepatu dan sandal kemungkinan waktu pulang akan terhambat sedikit karena harus antri terlebih dahulu. Sikap sabar ini juga adalah dengan membantu pihak panitia untuk menegur anak-anak yang ribut selama melakukan ibadah, boleh jadi juga anak-anak tersebut adalah anak-anaknya sendiri sehingga ada kontrol dari pihak orangtua terhadap anak-anaknya juga.

Hal-hal yang sudah melekat dengan status Masjid sebagai rumah Allah seharusnya menjadi standar yang luar biasa bagi umat Islam, seperti kebersihan. Banyak masjid yang melalaikan hal ini kadang kita melihat tempat wudlu dan toilet sangat kotor, sudah pakai keramik tetapi kotornya luar biasa apalagi kalau tercium bau yang tidak sedap dan menjijikan. Kadang air yang tidak ada atau lubang wc yang tersumbat. Begitu pula di dalam masjid, karpet yang bagus tetapi penuh debu sehingga akan mengakibatkan jamaah terganggu kesehatannya. Persoalan-persoalan seperti ini banyak kita jumpai, padahal kalau kita melihat saldo kas di masjid luar biasa banyaknya. Kenapa tidak dimanfaatkan uang sumbangan jamaah itu untuk memelihara masjid dari hal-hal semacam tadi? Jangan sampai nama Islam rusak karena hal tersebut. Na'udzubillahi min dzalika.

Tidak ada komentar: