Pada masa kekhalifahan Ustman bin Affan ra, terjadilah apa yang dinamakan dengan fitnah, ada juga yang menamakan dengan huru-hara, yang saya melihat disinilah awal kejadian-kejadian berikutnya dalam sejarah Islam terutama berhubungan dengan perang yang terjadi di antara ummat Islam sendiri yang melibatkan tokoh-tokoh utama (sahabat-sahabat besar Nabi Muhammad saw) baik pada zaman kekhalifahan Ali bin Abi Thalib ra maupun setelahnya bahkan akibatnya dirasakan hingga kini, seperti adanya kelompok syiah yang menyebar di belahan bumi ini. Namun rupanya Rasulullah saw pun melalui mukjijat kenabiannya sudah mengabarkan kepada kita tentang kejadian fitnah besar ini. Salah satu haditsnya adalah sebagai berikut :
Imam Ahmad berkata, Affan telah mengatakan kepada kami adn ia berkata, Wuhaib telah mengatakan dan ia berkata, Musa bin Utbah telah mengatakan kepada kami, kakekku dan bapak ibuku -Abu Habibah- telah mengatakan kepadaku, "Bahwa ia masuk ke dalam rumah dan Utsman sedang terkepung di dalamnya. Beliau mendengar Abu Hurairah yang meminta izin untuk bicara maka beliau mengizinkannya. Ia berdiri seraya memuji Allah swt lantas berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya kalian akan menemui fitnah dan perselisihan -atau (kalau tidak salah) beliau bersabda, 'Perselisihan dan fitnah'- setelahku nanti.' Seseorang bertanya, "Siapa yang harus kami ikuti ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Ikutilah Al-Amin (yang terpercaya) ini dan para sahabatnya (yang berada di pihaknya). Sambil beliau menunjuk kepada Utsman." (Al-Musnad, 2/345 dan seperti ini juga sanad dan matan pada Fadha'il ash-Shahabah 1/450. 723 muhaqqiqnya berkata, "Sanad haditsnya shahih.")
Kejadian fitnah inilah yang akhirnya membuat Utsman bin Affan ra sebagai khalifah waktu itu terbunuh menjadi syahid di hadapan Allah swt. Utsman bin Affan ra pun mengetahui akhir dari kejadian fitnah ini yang akan merenggut jiwanya, padahal waktu itu banyak para sahabat mau membantu Utsman ra untuk ikut menjaga rumahnya termasuk dari Ali bin Abi Thalib ra yang menyuruh anaknya untuk ikut menjaga di rumah Utsman. Tapi semua bantuan itu ditolak Utsman bin Affan ra.
Imam Ahmad berkata, Abul Mughirah telah mengatakan kepad kami dan berkata, al-Walid bin Sulaiman (pada kitab asli tertulis "Al-Walib bin Muslim" dan koreksi ini diambil dari Musnad Ahmad, 6/76) telah mengatakan kepada kami dan berkata, Rabi'ah bin Yazid telah mengatakan kepadaku dari Abdullah bin Amir, dari An-Nu'man bin Basyir, dari Aisyah ra, ia berkata, "Rasulullah saw mengutus orang kepada Utsman bin Affan agar datang menghadap. Ketika ia datang, Rasulullah saw menyambut kedatangannya. Setelah kami melihat Rasulullah menyambutnya maka salah seorang kami pun menyambut kedatangan yang lain dan ucapan terakhir yang diucapkan Rasulullah saw sambil menepuk pundaknya, "Wahai Utsman, mudah-mudahan Allah akan menyandangkan untukmu sebuah pakaian, dan jika orang-orang munafik ingin engkau menanggalkan pakaian tersebut, maka jangan engkau lepaskan, hingga engkau menemuiku (meninggal)." (Beliau bersabda demikian) tiga kali." (Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Al-Musnad, 6/86, beliau juga memiliki jalur lain yang beliau keluarkan, 6/149. Dan diriwayatkan secar ringkas oleh At-Tirmidzi dalam Manaqib Utsman bin Affan, 5/628 dan seraya berkata, "Hadits hasan shahih gharib)." Ibnu Majah dalam Sunannya pada pendahuluan, bab ke 11, 1/41, dari jalan Al-Faraj bin Fudhalah dari Rabi'ah bin Yazid.)
Mengenai kesyahidan Utsman bin Affan ra, Rasulullah saw pun sudah menyatakannya. Diriwayatkan dari Qatadah bahwa Anas bin Malik ra berkata, "Rasulullah saw pernah mendaki gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar dan Utsman, lantas gunung tersebut bergetar, maka beliau bersabda, "Tenanglah wahai Uhud! -kalau tidak salah (ingat) beliau menghentakkan kaki padanya- tidak ada siapa-siapa di atasmu melainkan hanya seorang Nabi, seorang ash-Shiddiq dan dua orang syahid."
Atas terbunuhnya Utsman bin Affan ra, sebenarnya para sahabat besar Rasulullah saw yang ada di Madinah membuat mereka terkejut. Karena aksi yang dibuat oleh pembuat kerusuhan sebelumnya adalah hanya memprotes atas kebijaksanaan yang diterapkan oleh Utsman bin Affan ra sebagai khalifah. Musyawarah di kalangan para sahabat pun sudah dilakukan untuk meredam tuntutan mereka, tetapi sikap yang berlebihan dari mereka membuat Utsman bin Affan ra terbunuh dengan cara yang zhalim.
Salah satu sahabat besar yang berada di Madinah waktu itu adalah Ali bin Abi Thalib ra, yang dalam sejarah akhirnya menjadi khalifah berikutnya menggantikan Utsman bin Affan ra. Ali bin Abi Thalib ra sendiri adalah menantu Rasulullah saw yang menikahi putri beliau, Fatimah Az-Zahra ra. Beberapa pernyataannya atas terbunuh Utsman bin Affan ra banyak diriwayatkan dalam hadits, seperti : Al-'Amasy dan lainnya berkata dari Tsabit bin Ubaid dari Abu Ja'far al-Anshari, "Ketika Utsman bin Affan terbunuh, aku mendatangi Ali yang sedang duduk di masjid dengan mengenakan sorban hitam. Aku katakan kepada beliau, "Utsman bin Affan terbunuh." Ali berkata, "Celakalah merka selamanya." Dalam riwayat lain, "Sungguh kegagalan besar bagi mereka."
Abu al-Qasim al-Baghawi berkata, "Ali bin Ja'dan telah mengabarkan kepada kami, Syarik telah mengabarkan kepada kami, dari Abdullah bin Isa, dari Ibnu Abi Laila, "Aku mendengar Ali yang sedng berada di pintu masjid atau dekat Ahjar Zait berkata dengan suara lantang, "Ya Allah, aku berlepas diri kepada-Mu dari pembunuh Utsman."
Abu Hilal berkata, dari Qatadah, dari al-Hasan, "Utsman terbunuh sementara Ali tidak berada di tempat karena sedang berada di suatu tanah miliknya. Ketika berita tersebut sampai kepada beliau, beliau berkata, "Ya Allah, aku tidak rela dan tidak pula berkomplot dengan mereka."
Ats-Tsauri dan lainnya berkata dari Thawus dari Ibnu Abbas, 'Ali berkata pada hari terbunuhnya Utsman, "Ya Allah, aku tidak membunuhnya, tidak pula atas perintahku, tapi aku dalam keadaan tidak berdaya."
Pernyataan serupa diriwayatkan dari Ali dari jalur-jalur lain. Al-Hafizh Abu al-Qasim berusaha mengumpulkan semua jalur periwayatan dan mencantumkan bahwa Ali berlepas diri dari darah Utsman, bahkan beliau bersumpah, baik dalam khutbahnya maupun dalam kesempatan lain bahwa beliau tidak membunuh Utsman, tidak menyuruhnya, tidak rela dan tidak pula terlibat dengan mereka. Beliau telah melarang namun mereka tidak lagi mendengar ucapannya. Menurut kebanyakan para Imam Hadits telah tercantum dari berbagai jalur yang memastikan bahwa Ali tidak terlibat.
Ya'qub bin Sufyan meriwayatkan dari Sulaiman bin Harb dari Hammad bin Zaid dari Mujalid, dari Umair bin Rudzi Abi Katsir berkata, "Pada suatu hari Ali berkhutbah dan seorang khawarij memotong khutbah tersebut. Lalu beliau turun dan berkata, "Sesungguhnya perumpamaan diriku dan Utsman adalah seperti tiga ekor sapi berwarna putih, hitam dan merah di tengah-tengah gerombolan singa. Setiap kali singa tersebut henadk memakan salah satu di antara ketiga sapi itu, maka sapi lain akan mencegahnya. Singa tersebut berkata kepada si sapi hitam dan si sapi merah, 'Sesungguhnya si Putih membuat rombongan ini jadi terlihat jelek.' Maka keduanya membiarkan si sapi putih, lantas singa itu pun memakannya. Ketika singa itu hendak memakan salah satu dari sapi tersebut, maka sapi yang satu mencegahnya. Lalu singa tersebut berkata kepada si sapi merah, 'Sesungguhnya si sapi hita, membuat rombongan ini jadi terlihat jelek dan warnaku seperti warna mu jika engkau membiarkan dia, aku akan memakannya.' Maka si sapi merah membiarkan si sapi hitam dimakan singa. Kemudian singa tersebut berkata kepada si sapi merah, 'Sekarang aku hendak memakanmu.' Si sapi merah berkata, "Sebelum kau makan, biarkan aku berteriak tiga kali." Singa itu berkata, "Silahkan!" Sapi merah itu berteriak, "Ketahuilah sesungguhnya aku telah dimakan pada hari dimakannya sapi putih." 3 kali.
Kemudian Ali berkata, "Sesungguhnya posisiku sangat lemah pada hari terbunuhnya Utsman," beliau katakan itu tiga kali.
Dalam khutbahnya Ali bin Abi Thalib ra, "Sesungguhnya Allah telah memuliakan kita dengan Islam dan mengangkat derajat kita dengannya. Dan Allah telah menjadikan kita bersaudara setelah kita hina, minoritas, saling membenci dan saling mendahului. Umat manusia mempertahankan hal itu sampai waktu yang dikehendaki Allah. Islam adalah agama mereka. Kebenaran tegak di antara mereka. Kitabullah adalah Imam mereka. Hingga lelaki ini (Ustman bin Affan ra) terbunuh ditangan orang-orang yang disesatkan oleh syeitan untuk menghembuskan api permusuhan di tengah umat ini. Ketahuilah, umat ini pasti berselisih sebagaimana umat-umat sebelumnya. Kita berlindung kepada Allah dari keburukan yang terjadi. Dan hal itu pasti terjadi. Ketahuilah, umat ini akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Golongan yang paling buruk adalah golongan yang menisbatkan diri kepadaku, namun tidak mengikuti amal perbuatanku. Kalian telah menemukan dan melihatnya sendiri Komitmenlah di atas agamamu dan ikutilah petunjuk Nabimu. Ikutilah sunnah beliau saw. Tinggalkanlah masalah-masalah sulit atas kalian, hingga kalian mendapatkan solusinya pada Kitabullah. Ambillah perkara-perkara yang diakui dalam Al-Quran, sedang perkara-perkara yang ditolak maka tolaklah. Ridhoilah Allah sebagai Rab kalian, Islam sebagai agama kalian, Muhammad sebagai nabi kalian dan Al-Quran sebagai hakim dan imam kalian."
====
Buku : Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul Yang Agung. Al-Hafizh Ibnu Katsir>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar