Hari sabtu ini, hari terakhir di sepuluh hari pertama puasa Ramadhan, yang dikenal dengan periode Rahmat, diistilahkan juga dengan periode penuh rahmat dan kasih sayang. Besok, hari ahad adalah hari pertama dari periode kedua, yaitu sepuluh hari kedua, yang dikenal dengan periode maghfiroh, yang diartikan juga dengan periode penuh pengampunan. Periode-periode ini, termasuk periode sepuluh terakhir, (seperti diketahui bahwa sepuluh terakhir adalah periode itkum minannar yang diartikan periode pembebasan dari api neraka, dimana pada masa itu pula ada malam yang sangat luar biasa karena nilainya yang diberikan Allah swt yaitu malam lailatul qodar) adalah penghargaan Allah swt kepada hamba-Nya yang menjalani perjuangan selama bulan Ramadhan ini hingga titik terakhir dan mengambil hikmah dari semua itu.
Walau hadist tentang pembagian periode ini lemah dari segi sanadnya tetapi banyak para ustadz banyak menyampaikannya di mimbar-mimbar ceramah selama bulan ramadhan ini. Dengan maksud bahwa untuk memicu sikap istiqomah dan jiwa kompetisi terhadap nafsu yang tidak benar bagi kaum muslimin untuk tetap beribadah kepada Allah swt selama bulan ramadhan ini. Lemahnya sanad hadist ini dinyatakan bahwa setiap waktu atau hari bahkan selain bulan ramadhan pun jika orang benar-benar beribadah karena Allah disitu terhimpun rahmat, maghfiroh serta pembebasan dari api neraka, tidak terletak kepada waktu tertentu.
Tetapi ternyata perhargaan yang disediakan dan akan diberikan kepada hamba-Nya yang sukses dalam perjaungan selama bulan Ramadhan, tidak semua orang mau dan ingin mendapatkannya. Seperti yang disampaikan secara umum oleh para penceramah di bulan ramadhan ini, sebagai bukti dari kenyataan itu dan itu pula yang saya rasakan sebagai panitia masjid di tempat saya. Di awal ramadhan, masjid penuh dengan jamaah baik jamaah laki-laki maupun perempuan apalagi ibu-ibu, sehingga kadang membuat repot panitia masjid untuk mengaturnya. Bukan hanya waktu shalat tarawih saja tetapi juga waktu-waktu shalat wajib, jamaah meningkat berkali lipat. Alhamdulillah. Namun sayang, sejalan berjalannya hari, bahkan tidak sampai beberpa hari, masjid mulai kosong lagi. Saya dan teman sudah mulai longgar untuk mengatur jamaah terutama anak-anak yang selalu bikin ribut.
Inilah yang selalu saya istilahkan sebagai keajaiban bulan Ramadhan, di awal masjid terasa menjadi kecil karena penuh sesak oleh jamaah, tetapi kemudian masjid kembali terasa menjadi besar karena mulai banyak shaf-shaf yang kosong. Penceramah justru bertanya, "Pada kemana ini jamaah, di masjid tidak ada, kadang di rumah juga di cek tidak ada?" He-he....jawabannya untuk orang kota gampang sekali apalagi kalau menjelang Idul Fitri tiba, Masjid kosong, Mall-mall menjadi penuh!!! Astaghfirullahal'adzim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar