Selasa, 09 Juni 2015

Wasiat Umar ra kepada Saad ra

Ketika Umar bin Al-Khathab ra (14 H) mengangkat Sa'ad bin Abi Waqqash ra sebagai panglima tertinggi untuk berjihad di bumi Irak yang dikuasai Persia, beliau berwasiat, "Janganlah engkau merasa bangga dengan kedudukanmu bahwa orang akan mengatakan, "Engkau adalah keponakan Rasulullah dan sekaligus sebagai sahabatnya." Sesungguhnya Allah tidak menghapus kejelekan dengan kejelekan, tetapi Dia akan menghapus kejelekan dengan kebaikan. Sesungguhnya tidak ada manfaatnya berbangga dengan keturunan (nasab) di sisi Allah kecuali dengan kepatuhan yang tulus kepada-Nya. Seluruh manusia, baik yang berasal dari keturunan mulia maupun dari keturunan yang rendah hakikatnya adalah sama dalam pandangan Allah. Mereka semua adalah hamba Allah dan Allah Rabb mereka. Tingkat mereka akan berbeda-beda sesuai dengan kemaafan yang diberikan Allah padanya dan sedikit banyaknya ketaatan mereka kepada Allah. Lihatlah seluruh perkara yang telah diperbuat Rasulullah saw sejak beliau diutus hingga berpisah dengan kita, kemudian ikuti jejaknya karena sesuangguhnya itulah kebaikan yang hakiki. Inilah nasihatku padamu, dan jika engkau menolaknya dan membencinya maka amalanmu akan gugur sia-sia dan engkau akan menjadi merugi."

Ketika melepas kepergiannya, Umar berpesan lagi kepada Sa'ad, "Engkau akan menghadapi suatu perkara yang sangat berat. Maka bersabarlah dan bersabarlah terhadap apa pun yang menimpamu, maka akan terkumpul dalam dirimu rasa takut kepada Allah, dan ketahuilah, sesungguhnya takut (khasyyah) kepada Allah akan dapat melekat dengan dua perkara, yaitu dengan mentaati-Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Sesungguhnya barang siapa yang dapat selalu patuh dan tunduk kepada-Nya, dia adalah orang-orang yang membenci dunia dan mencintai akherat.

Sebaliknya orang-orang yang bermaksiat melanggar perintahnya adalah orang-orang yang mencintai dunia dan membenci akherat. Sesungguhnya hati itu diciptakan Allah memiliki hakikat. Ada yang bersifat Rahasia dan ada yang bersifat terang-terangan. Ada pun hakikat hati yang terang-terangan yaitu jika dia merasa bahwa orang yang memujinya dan menghinanya sama saja tidak dapat mempengaruhi dirinya dalam berbuat kebaikan. Adapun hakikat hati yang rahasia dapat diketahui dengan munculnya hikmah dari dalam hatinya melalui ungkapan lidahnya dan kecintaan manusia terhadap dirinya.

Dan sesungguhnya jika Allah mencintai seseorang maka Allah akan menjadikan orang tersebut dicintai makhluk-Nya. Sebaliknya jika Allah membenci seorang hamba, maka Dia akan menjadikan hamba tersebut dibenci oleh makhluk-Nya. Maka ukurlah di mana kedudukan dirimu di sisi Allah dengan kedudukanmu di sisi manusia."

Dari buku : Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul Yang Agung, Al-Hafizh Ibnu Katsir.

Tidak ada komentar: